MAKALAH
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
“KONSEP
DASAR DAN TEORI BELAJAR”
Dosen
Pengampu:
Lailatul Badriyah,S.Psi,MA
Disusun
oleh:
Mila
Okta Saputri (1611270009)
Sinta
Jardana (1611270014)
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU
FAKULTAS
TARBIYAH DAN TADRIS
TAHUN
2017
KATA
PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah saya
ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam kepada
junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang
telah memperjuangkan Agama Islam. Kemudian dari pada itu, saya sadar bahwa
dalam menyusun makalah ini banyak yang membantu terhadap usaha saya, mengingat
hal itu dengan segala hormat saya sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada Allah SWT, dan dosen pengampu
serta teman berpartisipasi dalam
menyelesaikan makalah ini. Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan
tersebut saya hanya dapat berdo' a dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan
jerih payah mereka menjadi amal soleh di mata Allah SWT. Amin. Dan dalam
penyusunan makalah ini saya sadar bahwa masih banyak kekurangan dan kekeliruan,
maka dari itu saya mengharapkan keritikan positif, sehingga bisa diperbaiki
seperlunya. Akhirnya saya tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir
amalan saya dan bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi seluruh
pembaca. Amin Yaa Robbal 'Alamin.
Bengkulu, Maret 2017
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN COVER.....................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG........................................................................
1.2
RUMUSAN MASALAH....................................................................
1.3
TUJUAN..........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.2 Konsep Dasar dan
Strategi Belajar...........................................................
2.3 Teori Belajar dalam Prembelajaran..........................................................
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan..........................................................................................
3.2
Saran...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Masalah
Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer dan diartikan
sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu
peperangan. Seorang yang berperang dalam mengatur strategi, untuk memenagkan
peperangan sebelum melakukan tindakan, ia akan menimbang bagaimana kekuatan
pasukan yang dimilikinya baik dilihat dari kuantitas maupun kualitasnya.
Setelah semuanya diketahui, baru kemudian ia akan menyusun tindakannya yang
harus dilakukan, baik tentang siasat peperangan yang harus dilakukan, taktik
dan teknik peperangan, maupun waktu yang tepat untuk melakukan serangan. Dengan
demikian dalam menyusun strategi perlu memperhitungkan berbagai faktor, baik
dari dalam maupun dari luar. Istilah strategi, sebagaimana banyak istilah lainnya,
dipakai dalam banyak konteks dengan makna yang tidak selalu sama. Didalam
konteks belajar mengajar, strategi berarti pola umum perbuatan guru-peserta
didik didalam perwujudan kegiatan balajar-mengajar. Sifat umum pola tersebut
berarti bahwa macam dan urutan perbuatan yang dimaksud tampak dipergunakan atau
dipercayakan guru dan peserta didik didalam macam-macam peristiwa belajar.
Dengan demikian maka komsep strategi dalam hal ini merujuk pada karakteristik
abstrak rentetan perbuatan guru dan peserta didik didalam peristiwa
belajar-mengajar. Implisit dibalik karakteristik abstrak itu adalah rasional
yang membedakans trategi yang satu dari strateegi yang lain secara fundamental.
Istilah lain yang yang juga dipergunakan untuk maksud ini adalah model-model mengajar.
Sedangkan rentetan perbuatan guru-peserta didik dalam suatu peristiwa
belajar-mengajar aktual tertentu, dinamakan prosedur instruksional. Teori
adalah seperangkat azaz tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide,
konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji
kebenarannya. Teori belajar adalah suatu teori yang didalamnya terdapat tata
cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa,
perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar
kelas.
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
konsep dasar strategi pembelajaran ?
2. Apa
saja teori belajar dalam pembelajaran ?
1.3
Tujuan
Masalah
1.
Untuk mengetahui konsep dasar strategi pembelajaran.
2. Untuk
mengetahui teori belajar dalam pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar
Strategi Pembelajaran
A.
Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Menurut Mansur (1991)
terdapat empat konsep dasar strategi pembelajaran:
1) Mengidentifikasikan
serta menetapkan tingkah laku dari kepribadian anak didik sebagaimana yang
diharapkan sesuai tuntutan dan perubahan zaman.
2) Mempertimbangkan
dan memilih sistem belajar mengajar yang tepat untuk mencapai sasaran yang
akurat.
3) Memilih
dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap
paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan guru dalam
menunaikan kegiatan mengajar.
4) Menetapkan
norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar
keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam melakukan
evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar.
Pengertian Strategi Pembelajaran Strategi
berasal dari bahasa yunani yaitu strategos yang artinya suatu usaha untuk
mencapai suatu kemenangan dalam suatu peperangan awalnya digunakan dalam
lingkungan militer namun istilah strategi digunakan dalam berbagai bidang yang
memiliki esensi yang relatif sama termasuk diadopsi dalam konteks pembelajaran
yang dikenal dalam istilah strategi pembelajaran
Setelah
mencermati konsep strategi pembelajaran, kita perlu mengkaji pula tentang
istilah lain yang erat kaitannya dengan strategi pembelajaran dan memiliki
keterkaitan makna yaitu pendekatan, metode, dan teknik.
Pendekatan pembelajaran adalah suatu cara
pandang dalam melihat dan memahami situasi pembelajaran. Terdapat dua
pendekatan dalam pembelajaran yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher
centred approach) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student centred
approach).
Metode
pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam menyampaikan bahan agar
tujuan atau kompetensi dasar tercapai.
Teknik pembelajaran adalah cara yang dilakukan
orang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode, yaitu cara yang harus
dilakukan agar metode yang dilakukan berjalan efektif dan efesien.3 Strategi
pembelajaran berbeda dengan desain instruksional karena strategi pembelajaran
berkenaan dengan kemungkinan variasi pola dalam arti macam dan urutan umum
perbuatan belajar-mengajar yang secara prinsip berbeda
antara
yang satu dengan yang lain, sedangkan desain instruksional menunjuk pada
cara-cara merencanakan sesuatu sistem lingkungan belajar.[1][1]
Pengelompokan
Strategi Pembelajaran Dalam hal ini ada dua pengelompokan yaitu pengelompokan
dari Gagne dan Briggs dan pengelompokan menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil. 1)
Pengelompokan Gagne dan Briggs Kedua pakar ini mengelompokan strategi
pengajaran menurut dasarnya menjadi lima macam: a. Pengaturan Guru Dan Peserta
Didik. b. Struktur Even Dan Pengajaran. c. Peranan Guru dan Peserta Didik Dalam
Mengolah Pesan. d. Proses Pengolahan Pesan. e. Tujuan-Tujuan Belajar.5 2)
Pengelompokan Bruce Joyce dan Marsha Weil Pengelompokan ini lebih komprehinsif
dibandingkan dengan pengelompokan Gagne dan Briggs sebagai mana yang diuraikan
didepan. Bruce Joyce dan Marsha Weil mengemukakan empat klasifikasi model-
model pengajaran/mengajar:
a. Konsep
dasar
Dengan
perkembangan disini dimaksudkan sebagai perubahan-perubahan yang dialami oleh
individu atau organisme menuju tingkat kedewasanya (maturity)
yang berlangsung secara sistematik dan bersikenambung,baik mengenai fisik (jasmani) maupun pisikis (rohania)
Terdapat
beberapa istilah yang bertalian dan sering diasosiasikan dengan konsep
pengembangan (divlomen)
tersebut,antar lain pertumbuhan (growth) ,kematangan atau masa peka(maturation)
dan belajar (learning) atau
pendidikan (edication) serta latihan (training)
Dengan
istilah pertumbuhan dapat diartikan sebagai pertumbuhan alamiah secara
kuantatif pada segi jasmania atau pisik dan atau menunjukan kepada suatu pungsi
tertentu yang baru
(yang tadinya belum tampak) dari organisme atau individu,baik pifik maupun pisikis(temasuk pola-pola perilaku dan sipat –sipat keperibadian) dalam artian yang luas
(yang tadinya belum tampak) dari organisme atau individu,baik pifik maupun pisikis(temasuk pola-pola perilaku dan sipat –sipat keperibadian) dalam artian yang luas
Kematangan
atau masa peka menunjukan kepada suatu
masa tertentu yang merupakan titik kulminasi dari suatu pase pertumbuhan
sebagai titik tolak kesiapapu dari suatu pungsi untuk menjalankan pungsinya
Belajar atau pendidikan dan
latihan,menujukan kepada perubahan dalam pola-pola sambutan atau perilaku dan
aspek-aspek keperibadian tertentu sebagai hasil usaha individu atau organisme
yang bersangkutan dalam batas-batas waktu setelah tiba masa pekanya. Dengan
demikian,dapat dibedakan bahwa perubahan-perubahan perilaku dan peribadi
sebagai hasil belajar itu berlangsung secara internasional atau dengan sengaja
diusahakan oleh individu yang bersangkutan,sedangkan perubahan dalam arti
pertumbuhan dan kematangan berlangsung secra alamia menurut jalanya pertumbuhan
waktu atau usia yang ditempuh oleh yang bersangkutan.[2][2]
b.manifestasi
perkembangan
manifestasi perkembangan individu dapat
ditunjukkan dengan munculnya atau hilangnya,bertamba atau
berkurangnyabagian-bagian fungsi-fungsiatau sifat-sifat psikofisis,baik secara
kuantitatif,yang sampai batas tertentu dapat diamati dan diukur dengan
mempergunakan teknik dan instrumen yang sesuai
perubaha-perubahan aspek fisik dapat diidentifikasi relatif lebih mudah manifestasinya, karna
dapt dilakukan pengamatan dan pengukuran secara langsung, seperti perkembangan
tinggi dan berat badan, tanggal dan tumbuhnya gigi, dan sebagainya.
Lain halnya dengan segi-segi psikis yang
relatif sulit untuk identifikasinya, karna kita hanya dapat mengamati dan
sampai batas tertentu mengukur manifestasi perkembangan tersebut secara tidak
langsung dalam bentuk atau wujud prilaku yang sebenarnya pula bergntung dan dipengaruhi
oleh tingka-tingkat perkembangan aspek pisiknya.beberapa diantara wujud
perkembangan prilaku tersebut, antara
lain :
1.perkembangan
perseptua(pengamatan ruang,pengamatan wujud dan situasi)
2.
perkembangan penguasaan dan kontrol motorik( koorddinasi pengindraan dan gerak)
3.perkembangan
penguasaan pola-pola keterampilan mental fisik (cerdas,tangkas, dan cermat)
4.perkembangan
pengetahuan bahasa dan berpikir
c.beberapa
cara pendekatan
ada dua cara pendekatan yaitu pendekatan
longidinal dan cross sectional
pendekatan longidinal dipergunakan
untuk memahami perkembangan prilaku dan pribadi seseorang atau jumlah kasus
tertuntu (mengenai satu atau sejumlah aspek prilaku atau pribadi tertentu)
dengan mengikuti proses perkembangan dari satu titik waktu atau pase
tertentu ketitik waktu atau fase yang
berikutnya. Oleh karena itu, tekniknya berbentuk case studi (studi khusus)
eksprementasi dan sebagainya.
Adapun pendekatan cross sectional
biasanhya digunakan untuk memahami suatu aspek atau sejumlah aspek perkembangan
tertentu pada suatu atau beberapa kelompok populasi tingkatan usia subjek
tertentu serempak pada saat yang sama. Oleh karena itu, teknik yang sesuai
dengan pendekatan ini, antara lain teknik survey.[3][3]
1.
TEORI PEMBELAJARAN
Teori ialah prinsip kasar yang menjadi dasar pembentukan sesuatu ilmu
pengetahuan. Dasar teori ini yang akan di kembangkan pada ilmu pengetahuan agar
dapat di ciptakan pengetahuan baru yang lebih lengkap dan detail sehingga dapat
memperkuat pengetahuan tersebut.Teori juga merupakan satu rumusan
daripada pengetahuan sedia ada yang memberi panduan untuk menjalankan
penyelidikan dan mendapatkan maklumat baru. Sehingga ada ahli yang mengemukakan
asumsinya terhadap kebutuha adanya sebuah rumusan teori. Menurut Snelbecker(di
situs www.teknologi-pembelajaran.com) menjelaskan sejumlah asumsi dijadikan dasar untuk menentukan gejala yang
diamati dan atau teori yang dirumuskan. Asumsi-asumsi itu adalah:
1. Ilmu dan pengetahuan berkembang dengan pesat dengan implikasi bagi
kebanyakan orang untuk mengikuti perkembangan itu.
2. Pertambahan penduduk akan senantiasa terjadi meskipun dengan derajat
perbandingan yang kian mengecil. Perkembangan penduduk ini membawa implikasi
makin banyaknya mereka yang perlu memperoleh pendidikan.
3. Terjadinya perubaha-perubahan mendasar dan bersifat menetap di bidang
sosial, politik, ekonomi, industri, atau secara luas kebudayaan, yang
menghendaki re-edukasi atau pendidikan terus-menerus bagi semua orang.
4. Penyebaran teknologi ke dalam kehidupan masyarakat yang makin meluas.
Masyarakat mengandung budaya dan teknologi, yang memengaruhi segenap bidang
kehidupan, termasuk di dalamnya bidang pendidikan.
5. Makin terbatasnya sumber-sumber tradisional sehingga harus diciptakan
sumber-sumber baru dan sementara itu memanfaatkan sumber yang makin terbatas
itu secara lebih berdaya guna dan berhasil guna. Termasuk dalam sumber
tradisional ini adalah sumber insani untuk keperluan pendidikan.
Dan untuk asumsi tersebut dapat di buktikan kebenarannya atau tidak itu
tidak menjadi masalah dalam teori Pembelajaran. Yang terpenting adalah hasil
Teori -teori yang di kemukakan ahli dapat memberikan rumusan baru pada
pembelajaran. Pada asasnya, teori-teori pembelajaran masa kini dapat
diklasifikasikan kepada teori yang utama yaitu yaitu behavioris, kognitif,
sosial, humanis, Piaget, Vygotsky, Ausubel, dan Konstruktivisme. Untuk lebih
jelasnya, disini akan di bahas satu-persatu di bawah ini.
1. Teori Behavioris
Teori behavioris yang diperkenalkan oleh Ivan
Pavlov dan dikembangkan oleh Thorndike dan Skinner, berpendapat
bahwa pembelajaran adalah berkaitan dengan perubahan tingkah laku. Teori
pembelajaran mereka kebanyakannya dihasilkan dengan. Mereka menumpukan ujian
kepada perhubungan antara ‘rangsangan’ dan ‘gerakbalas’ yang menghasilkan
perubahan tingkah laku. Ujian ini bisa bersifat sebagai suatu usaha yang dapat
merubah tingkah laku orang agar bisa lebih baik. Maka perubahan inilah yang di
sebut pembelajaran. Secara umumnya memang teori behavioris menyatakan bahwa
pengajaran dan pembelajaran akan mempengaruhi segala perbuatan atau tingkah
laku pelajar sama ada baik atau sebaliknya. Teori ini juga menjelaskan bahwa
tingkah laku pelajar dapat diperhatikan dan diprediksi apakah mengarah ke hal
positif atau negative.
·
Contoh Kasus Dalam Teori Behavioris
Jono baru saja beranjak dari SMP menuju SMA. Ia masuk
ke SMA yang terkenal sebagai SMA yang dihuni oleh orang-orang kelas atas.
Padahal ia berasal dari keluarga yang tergolong menengah kebawah. Awalnya orang
tua Jono tidak memperbolehkan Jono masuk kesekolah tersebut karena takut Jono
terpengaruh gaya hidup mereka. Namun paksaan Jono yang yang sedemikian rupa
membuat orang tuanya luluh juga.
Setelah beberapa lama berada disekolah itu, Jono
seperti mengalami diskriminasi karena ia tidak pernah mau untuk ikut bermain
dengan teman-temannya saat ia diajak. Sedikit demi sedikit, Ia mulai merasa
dikucilkan. Awalnya, ia tidak terpengaruh. Namun lama kelamaan, ia mulai merasa
kesepian. Bahkan, teman-temannya senang sekali mengerjai Jono. Perilaku
teman-temannya mulai membuat Jono tidak fokus. Prestasi belajar mulai menurun.
Ini membuat Jono selalu stress.
Keadaan seperti ini mulai mengubah Jono. Jono yang
selama ini selalu rendah hati mulai merasa harus seperti teman-temannya.
Akhirnya muncul juga keinginan untuk bermain dengan teman-teman. Ia mencuri
uang orang tuanya untuk bisa berpenampilan seperti teman-temannya. Keadaan
hidup seperti ini membuat ia tak nyaman. Ia ingin sekali tidak seperti ini,
namun itu hanya tinggal keinginan saja. Ketakutan akan dikucilkan membuat ia
tetap menjalankan kebiasaan buruk ini.Contoh kasus:
2. Teori Kognitif
Teori kognitif pula berpendapat bahwa pembelajaran
ialah suatu proses pendalaman yang berlaku dalam akal pikiran, dan tidak dapat
diperhatikan secara langsung dengan tingkah laku. Ahli-ahli psikologi kognitif
seperti Bruner dan Piaget menjelaskan kajian kepada berbagai jenis pembelajaran
dalam proses penyelesaian masalah dan akal berdasarkan berbagai peringkat umur
dan kecerdasan pelajar. Teori-teori pembelajaran mereka adalah bertumpu kepada
cara pembelajaran seperti pemikiran cerdik, urgensi penyelesaian masalah,
penemuan dan pengkategorian. Menurut teori ini, manusia memiliki struktur
kognitif, dan semasa proses pembelajaran, otak akan menyusun segala pernyataan
di dalam ingatan
·
Contoh Pembelajaran Teori Kognitif :
Teori
pembelajaran kognitif merupakan pembelajaran yang menitikberatkan pada
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki peserta didik (individu). Mahasiswsa
Salah satu mata kuliah yang menggunakan teori ini adalah Kalkulus.
Pada saat dosen
menjelaskan sub materi deferensial (turunan) I. Contoh pembelajaran adalah
sebagai berikut:
Dosen hanya
menjelaskan gambaran umum dari materi deferensial yang berupa kumpulan
rumus-rumus dasar perhitungan yang kemudian memberikan contoh-contoh soal
deferensial untuk diselesaikan dalam kurun waktu tertentu oleh masing-masing
mahasiswa.
Dengan batasan
waktu yang diberikan mahasiswa diberikan tanggungjawab dan keleluasan untuk
menyelesaikan soal dengan berdasarkan pada konsep yang telah diberikan. Selama
kurun waktu tersebut, dosen berkeliling untuk memperhatikan yang dikerjakan
mahasiswa.
Setelah waktu
yang ditentukan habis, dosen mulai menunjuk beberapa mahasiswa untuk
mengerjakan soal di depan kelas. Dari proses tersebut dosen dapat menganalisis
sejauh mana kemampuan dari mahasiswa yang dididiknyaontoh kasus:
2. Teori Kognitif
Teori kognitif pula berpendapat bahwa pembelajaran
ialah suatu proses pendalaman yang berlaku dalam akal pikiran, dan tidak dapat
diperhatikan secara langsung dengan tingkah laku.. Beliau menjelaskan lagi, bahwa aspek pemerhatian pelajar terhadap
apa yang disampaikan atau dilakukan oleh guru dan juga aspek peniruan
oleh pelajar akan dapat memberikan kesan yang menarik kepada kepahaman pelajar.
Sehingga dalam pembelajaran perlu ada obyek belajar sehingga seorang guru dapat
mempraktekkan materinya untuk lebih dipahami siswa dengan obyek tadi.
4. Teori Humanisme
Teori humanis juga berpendapat pembelajaran manusia
bergantung kepada emosi dan perasaannya. Seorang ahli teori ini, Carl Rogers
menyatakan bahwa setiap individu itu mempunyai cara belajar yang berbeda dengan
individu yang lain. Oleh karena itu, strategi dan pendekatan dalam proses
pengajaran dan pembelajaran hendaklah dirancang dan disusun mengikut kehendak
dan perkembangan emosi pelajar itu. Beliau juga menjelaskan bahwa setiap
individu mempunyai potensi dan keinginan untuk mencapai aktualisasi diri. Maka,
guru hendaknya menjaga psikologi pelajar dan memberi bimbingan supaya potensi
mereka dapat diperkembangkan ke tahap maksimal.
5. Teori Piaget
Menurut Piaget (Dahar 1996; Hasan 1996; Surya 2003),
setiap individu mengalami tingkat-tingkat perkembangan intelektual dalam
pembelajaran. Tahap- tahap tersebut berdasarkan umur seorang anak. Tahap-tahap
tersebut sebagai berikut:
·
Tingkat Sensorimotor (0-2 tahun)
Anak mulai belajar dan mengendalikan lingkungannya
melalui kemampuan panca indra dan gerakannya. Perilaku bayi pada tahap ini
semata-mata berdasarkan pada stimulus yang diterimanya. Sekitar usia 8 bulan,
bayi memiliki pengetahuan object permanence yaitu walaupun objek pada suatu
saat tak terlihat di depan matanya, tak berarti objek itu tidak ada. Sebelum
usia 8 bulan bayi pada umumnya beranggapan benda yang tak mereka lihat berarti
tak ada. Pada tahap ini, bayi memiliki dunianya berdasarkan pengamatannya atas
dasar gerakan/aktivitas yang dilakukan orang-orang di sekelilingnya.
·
Tahap Preoporational (2-7 tahun)
Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir sebelum
bertindak, meskipun kemampuan berpikirnya belum sampai pada tingkat kemampuan
berpikir logis. Masa 2-7 tahun, kehidupan anak juga ditandai dengan sikap
egosentris, di mana mereka berpikir subyektif dan tidak mampu melihat
obyektifitas pandangan orang lain, sehingga mereka sukar menerima pandangan
orang lain. Ciri lain dari anak yang perkembangan kognisinya ada pada tahap
preporational adalah ketidakmampuannya membedakan bahwa 2 objek yang sama
memiliki masa, jumlah atau volume yang tetap walau bentuknya berubah-ubah.
Karena belum berpikir abstrak, maka anak-anak di usia ini lebih mudah belajar
jika guru melibatkan penggunaan benda yang konkrit daripada menggunakan hanya
kata-kata.
·
Tahap Concrete (7-11 thn)
Pada umumnya, pada tahap ini anak-anak sudah memiliki
kemampuan memahami konsep konservasi (concept of conservacy), yaitu meskipun
suatu benda berubah bentuknya, namun masa, jumlah atau volumenya adalah tetap.
Anak juga sudah mampu melakukan observasi, menilai dan mengevaluasi sehingga
mereka tidak se-egosentris sebelumnya. Kemampuan berpikir anak pada tahap ini
masih dalam bentuk konkrit, mereka belum mampu berpikir abstrak, sehingga
mereka juga hanya mampu menyelesaikan soal-soal pelajaran yang bersifat
konkrit. Aktifitas pembelajaran yang melibatkan siswa dalam pengalaman langsung
sangat efektif dibandingkan penjelasan guru dalam bentuk verbal (kata-kata).
·
Tahap Formal Operations (11 tahun ke atas)
Pada tahap ini, kemampuan siswa sudah berada pada tahap berpikir abstrak.
Mereka mampu mengajukan hipotesa, menghitung konsekuensi yang mungkin terjadi
serta menguji hipotesa yang mereka buat. Kalau dihadapkan pada suatu persoalan,
siswa pada tahap perkembangan formal operational mampu memformulasikan semua
kemungkinan dan menentukan kemungkinan yang mana yang paling mungkin terjadi
berdasarkan kemampuan berpikir analistis dan logis.
Sehingga pada yang terakhir inilah merupakan kesempurnaan dari penerimaan
pembelajaran yang baik dan mengembangkan potensi diri yang sempurna.
6. Teori Vygotsky
Vygotsky adalah salah seorang tokoh
konstrutivisme. Hal terpenting dari teorinya adalah pentingnya interaksi antara
aspek internal dan eksternal pembelajaran dengan menekankan aspek ling-kungan
sosial pembelajaran. Vygotsky yakin bahwa pembelajaran terjadi
ketika siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun
tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas itu
berada dalam zona perkembangan proksimal (zone of proximal
development).
Sumbangan teori Vigotsky adalah
penekanan pada bakat sosio budaya dalam pembelajaran. Menurutnya, pembelajaran
terjadi ketika siswa bekerja dalam zona perkembangan proksima (zone of
proximal development). Zona perkembangan proksima adalah tingkat
perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan seseorang pada ketika
pembelajaran berlaku.
Astuty (2000) secara
terperinci, mengemukakan bahwa yang dimaksudkan dengan “zona
per-kembangan proksima” adalah jarak antara tingkat per-kembangan
sesungguhnya dengan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan
sesungguhnya adalah kemampuan pemecahan masalah secara mandiri sedangkan
tingkat per-kembangan potensial adalah kemampuan pemecahan masalah di bawah
bimbingan orang dewasa melalui kerja sama dengan rakan sebaya yang lebih mampu.
Oleh yang demkian, maka tingkat perkembangan potensial dapat disalurkan
melalui model pembelajaran koperatif. Ide penting lain juga diturunkan Vygotsky ialah
konsep pemenaraan (scaffolding) (Nur 2000), yaitu memberikan sejumlah bantuan
kepada siswa pada tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian menguranginya dan
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengambil alih tanggung jawab sekadar
yang mereka mampu. Bantuan tersebut berupa petunjuk, peringatan,
dorongan, menguraikan masalah pada langkah-langkah pemecahan, memberi contoh
ataupun hal-hal lain yang memungkinkan siswa tumbuh sendiri
.
Teori Vygotsky
Vygotsky adalah salah seorang tokoh konstrutivisme.
Hal terpenting dari teorinya adalah pentingnya interaksi antara aspek internal
dan eksternal pembelajaran dengan menekankan aspek ling-kungan sosial
pembelajaran. Pembelajaran bermakna merupakan suatu
proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat
dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta,
konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah disiswai dan diingat
siswa. Suparno (1997) mengatakan pembelajaran bermakna adalah suatu proses
pembelajaran di mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang
sudah dimiliki seseorang yang sedang melalui pembelajaran.
Menurut Ausubel, pemecahan masalah yang sesuai adalah
lebih bermanfaat bagi siswa dan merupakan strategi yang efisien dalam
pembelajaran. Kekuatan dan makna proses pemecahan masalah dalam pembelajaran
sejarah terletak pada kemampuan siswa dalam mengambil peranan pada kumpulannya.
Untuk melancarkan proses tersebut maka diperlukan bimbingan secara langsung
daripada guru, sama ada secara lisan maupun dengan tingkah laku, manakala siswa
diberi kebebasan untuk membangun pengetahuannya sendiri.
Selanjutnya Ausubel mengatakan bahwa ada dua jenis
belajar, yaitu belajar bermakna (meaningful learning) dan belajar menghafal
(rote learning). Bahan pelajaran yang dipelajari haruslah bermakna. Belajar
bermakna adalah suatu proses di mana informasi baru dihubungkan dengan struktur
pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Belajar akan
bermakna bila siswa mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang
terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif ialah
fakta-fakta, konsep konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari
dan diingat oleh siswa.
Lebih lanjut Ausubel (dalam Kartadinata, 2001)
mengemukakan, seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena, pengalaman dan
fakta-fakta baru ke dalam skemata yang telah dipelajari. Hal ini menjadikan
pembelajaran akuntansi tidak hanya sebagai konsep-konsep yang perlu dihapal dan
diingat hanya pada saat siswa mendapat materi itu saja tetapi juga bagaimana
siswa mampu menghubungkan pengetahuan yang baru didapat kemudian dengan konsep
yang sudah dimilikinya sehingga terbentuklah kebermaknaan logis.[4][4]
DAFTAR
PUSTAKA
[1] Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Refika
Aditama, 2007), hlm. 46
Abrari Rusyan.1989.Pendekatan
dalam Proses Belajar Mengajar.Bandung:Remadja
Gino,
Suwarni, Suripto, Maryanto, Sutijan.2000.Belajar dan Pembelajaran I.Surakarta:
UNS
Mulyasa.2007. Menjadi
Guru Profesional.Bandung : PT Remadja Kosdakarya
[1] [1] Strategi
Belajar Mengajar (Bandung: Refika Aditama, 2007), hlm. 46
[2] [2]
Psikologi pendidikan (bandung:PT REMAJA ROSDA KARYA,2007), hlm
[3][3]Makmun
Abin Syamsyudin
[4] [4]WWW.PEMBELAJARAN.COM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar