Bab I
Pendahuluan
A.
Latar
Belakang
Di dalam
proses belajar dan mengajar ada berbagai kendala. Kendala tersebut bisa berupa
kondisi pembelajaran yang membosankan, siswa yang kurang memperhatikan dan tidak mau mendengarkan penjelasan
gurunya,serta anak didik yang bandel. Bagi guru semua peristiwa tersebut adalah
peistiwa yang sangat menjengkelkan,sehingga guru menganggap kelas tersebut
menjadi kelas yang bandel,sulit di diurus dan lain sebagainya.
Guru yang
demikian tidak bisa dikatakan sebagai guru yang bijak karena hal-hal yang
membosankan pada proses pembelajaran dikelas dipicu oleh guru tersebut yang
tidak mampu mengkondisikan kelas
senyaman mungkin bagi siswanya disaat proses belajar dilaksanakan.
Ketika
mengajar guru tidak berusaha mencari informasi,apakah materi yang telah
diajarkannya telah dipahami siswa atau belum.Ketika proses belajar dan
pembelajaran guru tidak berusaha mengajak siswa untuk berpikir.Komunikasi
terjadi hanya pada satu arah,yaitu dari guru kesiswa.Guru berpikir bahwa materi
pelajaran lebih penting daripada mengembangkan kemampuan berpikir peserta
didik.Lalu guru menganggap peserta didik sebagai tong kosong yang harus diisi
dengan sesuatu yang dianggap penting.Hal-hal demikian adalah kekeliruan guru
dalam mengajar.Oleh karena itu makalah yang membahas mengenai teori belajar ini
disusun agar para pendidik mampu mengetahui dan memahami secara teoritis
perubahan perilaku peserta didik dalam proses belajar dan pembelajaran sehingga
proses belajar tersebut bisa berjaalan secara maksimal berdasarkan tujuan awal
pembelajaran itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan teori ?
2.
Apa yang dimaksud dengan belajar ?
3.
Apa yang dimaksud dengan teori
Behavioristik ?
4.
Apa yang dimaksud dengan teori
Kognitivistik ?
5.
Apa yang dimaksud dengan teori Konstruksivistik
?
6.
Apa yang dimaksud dengan teori
Humanistik ?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian dari
teori.
2.
Untuk mengetahui dan memahami
pengertian dari belajar.
3.
Untuk mengetahui dan memahami
pengertian dan penjelasan dari teori
Behavioristik.
4.
Untuk mengetahui dan memahami
pengertian teori belajar Kognitif.
5.
Untuk mengetahui dan memahami
pengertian teori Konstruktivisme.
6.
Untuk mengetahui dan memahami
pengertian teori Humanistik
Bab II
Pembahasan
A.
Pengertian
Teori
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel,
definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan
sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan
menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah.
Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran “pemikiran
teoritis” yang mereka definisikan sebagai “menentukan” bagaimana dan mengapa
variable-variabel dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan.
Kata teori
memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang pengetahuan yang berbeda pula tergantung pada metodologi dan konteks diskusi.
Secara umum, teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan
fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta.Selain itu, berbeda dengan teorema, pernyataan teori umumnya hanya diterima secara
"sementara" dan bukan merupakan pernyataan akhir yang konklusif. Hal
ini mengindikasikan bahwa teori berasal dari penarikan kesimpulan yang memiliki
potensi kesalahan, berbeda dengan penarikan kesimpulan pada pembuktian
matematika.
Sedangkan secara lebih spesifik di dalam ilmu sosial,
terdapat pula teori sosial. Neuman mendefiniskan teori sosial adalah sebagai
sebuah sistem dari keterkaitan abstraksi atau ide-ide yang meringkas dan
mengorganisasikan pengetahuan tentang dunia sosial.Perlu diketahui bahwa teori
berbeda dengan idiologi, seorang peneliti kadang-kadang bias dalam membedakan
teori dan ideologi. Terdapat kesamaan di antara kedunya, tetapi jelas mereka
berbeda. Teori dapat merupakan bagian dari ideologi, tetapi ideologi bukan
teori. Contohnya adalah Aleniasi manusia adalah sebuah teori yang diungkapakan
oleh Karl Marx, tetapi Marxis atau Komunisme secara keseluruhan adalah sebuah
ideologi.
B.
Pengertian
belajar
Belajar
adalah proses sadar seorang individu untuk merubah perilaku menjadi lebih
baik.Menurut Skinner belajar adalah suatu perilaku.pada saat belajar,maka
responnya menjadi lebih baik.Sebaliknya,bila ia tidak belajar maka responnya
menurun.Dalam belajar ditemukan adanya ha-hal berikut:
1.
Kesempatan terjadinya peristiwa yang
menimbulkan respons peserta didik.
2.
Respon si peserta didik.
3.
Konsekuensi yang bersifat menguatkan
respon tersebut.Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi
tersebut.Sebagai ilustrasi,perilaku respon anak didik yang baik diberi
hadiah,sedangkan perilaku respon yang tidak baik diberi teguran atau hukuman.
Menurut Gagne,belajar adalah kegiatan yang kompleks hasil belajar berupa
kapabilitas.Setelah belajar, orang memilki pengetahuan,keterampilan,sikap,dan
nilai.Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari stimulasi yang berasal dari
lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh peserta didik. Dengan
demikian belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat
stimulasi lingkungan melalui pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru.Tiga
komponen penting dalam belajar menrut Gagne,yaitu kondisi internal,kondisi
eksternal,dan hasil belajar.
C.
Teori
behavioristik
Teori
belajar behaviorisme merupakan teori belajar yang telah cukup lama dianut oleh
para pendidik. Teori ini dicetuskan oleh Gage dan Berliner yang berisi tentang
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini mengutamakan
pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi
tidaknya perubahan tingkah laku. Teori behavioristik dengan model hubungan
stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.
Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau
pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Behaviorisme
merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi
fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain,
behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan
individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih
refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai
individu. Dengan kata lain proses pembelajaran menurut teori Behaviorisme adalah
bahwa proses pembelajaran lebih menekankan pada proses pemberian stimulus
(rangsangan) dan rutinitas respon yang dilakukan oleh siswa. Inti pembelajaran
dalam pandangan behaviorisme terletak pada stimulus respon (S-R).
Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang
berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang
diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan
siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi
antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat
diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon,
oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima
oleh siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan
pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi
atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Tujuan
pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas yang menuntut pebelajar untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan,
kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian
yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke
keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga
aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan
penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib
tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi
menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya
menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang
benar. Maksudnya bila siswa menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan
guru, hal ini menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya.
Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan
pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran.
Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan siswa secara individual (Degeng,
2006).
Prinsip-Prinsip
dalam Teori Behavioristik:
1.
Obyek psikologi adalah tingkah laku.
2.
Semua bentuk tingkah laku di
kembalikan pada reflek.
3.
Mementingkan pembentukan kebiasaan.
4.
Perilaku nyata dan terukur memiliki
makna tersendiri.
5.
Aspek mental dari kesadaran yang
tidak memiliki bentuk fisik harus dihindari.
Tokoh-Tokoh Aliran Behaviorisme
a)
Edward LeeThorndike
Menurutnya belajar merupakan proses
interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang
terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang
dapat ditangkap melalui alat indera. Respon adalah reaksi yang dimunculkan
peserta didik ketika belajar, juga dapat berupa pikiran, perasaan, gerakan atau
tindakan. teori ini sering disebut teori koneksionisme.
b)
John Watson
Kajian tentang belajar disejajarkan
dengan ilmu-ilmu lain seperti Fisika atau Biologi yang berorientasi pada
pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur. Belajar
merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon, namun keduanya harus
dapat diamati dan diukur.
c)
Edwin Guthrie
Azas belajar Guthrie yang utama
adalah hukum kontiguiti, yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu
gerakan. Hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar.
Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku
seseorang.
d)
Burrhus Frederic Skinner
Konsep-konsep yang dikemukanan
tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Respon yang
diterima seseorang tidak sesederhana konsep yang dikemukakan tokoh sebelumnya,
karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi
antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang
diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah
yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku.
D. Teori kognitivistik
Teori
belajar kognitif berasal dari pandangan Kurt Lewin (1890-1947), seorang Jerman
yang kemudian beremigrasi ke Amerika Serikat.Teori kognitivisme ini memiliki
perspektif bahwa para peserta didik memproses informasi dan pelajaran melalui
upayanya mengorganisir,menyimpan,dan kemudian menemukan hubungan antara
pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Teori ini menekankan
pada bagaimana informasi diproses.
Karakteristik
:
1.
Belajar adalah proses mental bukan
behavioral
2.
Siswa belajar secara individu dengan
pola deduktif dan induktif
3.
Instrinsik motivation, sehingga
tidak perlu stimulus
4.
Siswa sebagai pelaku untuk menuntun
penemuan
5.
Guru memfasilitasi terjadinya proses
insight.
Beberapa
tokoh dalam aliran kognitivisme :
a)
Teori Gestalt dari Wertheimer dkk
Menekankan pada kebermaknaan dan
pengertian sehingga tidak menimbulkan ambiguitas dalam proses pembelajaran.
b)
Teori Schemata Piaget
Teori ini mengatakan bahwa
pengalaman kependidikan harus dibangun di sekitar struktur kognitif siswa. Struktur
kognitif ini bisa dilihat dari usia serta budaya yang dimilik oleh siswa.
c)
Teori Belajar Sosial Bandura
Bandura mempercayai bahwa model akan
mempunyai pengaruh yang paling efektif apabila mereka dianggap atau dilihat
sebagai orang yang mempunyai kehormatan, kemampuan, status tinggi, dan juga
kekuatan, sehingga dalam banyak hal seorang guru bisa menjadi model yang paling
berpengaruh.
d)
Pengolahan Informasi Norman
Norman melihat bahwa materi baru
akan dipelajari dengan menghubungkannya dengan sesuatu yang sudah diketahuinya,
yang dalam teorinya di sebut learning by analogy. Pengajaran yang efektif
memerlukan guru yang mengetahui struktur kognitif siswa.
E. Teori Konstruktivistik
Menurut cara
pandang teori konstruksivisme belajar adalah proses untuk membanguin
pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Artinya siswa akan cepat
memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu dibangu atas dasar realitas yang ada
di dalam masyarakat. Evaluasi pembelajaran. Dalam treori kontruktivisme,
evaluasi tidak hanya dimaksudkan untuk mengetahui kualitas siswa dalam memahami
materi dari guru. Evaluasi menjadi saran untuk mengetahui kekurangan dan
kelebihan proses pembelajaran.
Konstruktivisme
sebagai deskripsi kognitif manusia seringkali diasosiasikan dengan pendekatan
paedagogi yang mempromosikan learning by doing. Teori ini memberikan keaktifan
terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau
teknologi, dan hal lain yang diperlakukan guna mengembangkan dirinya sendiri.
Menurut asalnya,
teori konstruktivime bukanlah teori pendidikan. Teori ini berasal dari disiplin
filsafat, khususnya filsafat ilmu. Pada tataran filsafat, teori ini membahas
mengenai bagaimana proses terbentuknya pengetahuan manusia. Menurut teori ini
pembentukan pengetahuan terjadi sebagai hasil konstruksi manusia atas realitas
yang dihadapinya. Dalam perkembangan kemudian, teori ini mendapat pengaruh dari
disiplin psikologi terutama psikologi kognitif Piaget yang berhubungan dengan
mekanisme psikologis yang mendorong terbentuknya pengetahuan. Menurut kaum
konstruktivis, belajar merupakan proses aktif siswa mengkostruksi pengetahuan.
Proses tersebut dicirikan oleh beberapa hal sebagai berikut:
1.
Belajar berarti membentuk makna.
Makna diciptakan siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami.
Konstruksi makna ini dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai.
2.
Konstruksi makna merupakan suatu
proses yang berlangsung terus-menerus seumur hidup.
3.
Belajar bukan kegiatan mengumpulkan
fakta melainkan lebih berorientasi pada pengembangan berpikir dan pemikiran
dengan cara membentuk pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil dari
perkembangan melainkan perkembangan itu sendiri. Suatu perkembangan yang
menuntun penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang.
4.
Proses belajar yang sebenarnya
terjadi pada waktu skemata seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran
lebih lanjut. Situasi disekuilibrium merupakan situasi yang baik untuk belajar
5.
Hasil belajar dipengaruhi oleh
pengalaman belajar dengan dunia fisik dan lingkungan siswa.
6.
Hasil belajar siswa tergantung pada
apa yang sudah diketahuinya.
Bagi kaum konstruktivis, belajar
adalah suatu proses organik untuk menemukan sesuatu, bukan suatu proses mekanis
untuk mengumpulkan fakta. Dalam konteks yang demikian, belajar yang bermakna
terjadi melalui refleksi, pemecahan konflik pengertian dan selalu terjadi
pembaharuan terhadap pengertian yang tidak lengkap.
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut
dapat ditarik sebuah inferensi bahwa menurut teori konstruktivisme belajar
adalah proses mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengabstraksi pengalaman
sebagai hasil interaksi antara siswa dengan realitas baik realitas pribadi,
alam, maupun realitas sosial. Proses konstruksi pengetahuan berlangsung secara
pribadi maupun sosial. Proses ini adalah proses yang aktif dan dinamis.
Beberapa faktor seperti pengalaman, pengetahuan awal, kemampuan kognitif dan
lingkungan sangat berpengaruh dalam proses konstruksi makna.Argumentasi para
konstruktivis memperlihatkan bahwa sebenarnya teori belajar konstrukvisme telah
banyak mendapat pengaruh dari psikologi kognitif, sehingga dalam batas tertentu
aliran ini dapat disebut juga neokognitif.
Walaupun mendapat pengaruh psikologi
kognitif, namun harus diakui bahwa stressing point teori ini bukan terletak
pada berberapa konsep psikologi kognitif yang diadopsinya (pengalaman,
asimilasi, dan internalisasi).melainkan pada konstuksi pengetahuan. Konstruksi
pengetahuan yang dimaksudkan dalam pandangan konstruktivisme yaitu pemaknaan
realitas yang dilakukan setiap orang ketika berinteraksi dengan lingkungan.
Dalam konteks demikian, konstruksi atau pemaknaan terhadap realitas adalah
berlajar itu sendiri. Dengan asumsi seperti ini, sebetulnya substansi
konstrukvisme terletak pada pengakuan akan hekekat manusia sebagai homo creator
yang dapat mengkonstruksi realitasnya sendiri.Adapun prinsip-prinsip teori
belajar konstruktivistik adalah sebagai berikut :
1.
Pengetahuan dibangun oleh siswa
sendiri
2.
Pengetahuan tidak dapat dipindahkan
dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
3.
Murid aktif megkontruksi secara
terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.
4.
Guru sekedar membantu menyediakan
saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
5.
Menghadapi masalah yang relevan
dengan siswa.
6.
Struktur pembalajaran seputar konsep
utama pentingnya sebuah pertanyaan
7.
Mencari dan menilai pendapat siswa.
8.
Menyesuaikan kurikulum untuk
menanggapi anggapan siswa.
F. Teori Humanistik
Teori
belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya,
bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah
membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu
masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik
dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Dalam teori
belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu
sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses
belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan
dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori
ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada
belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia
keseharian.. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan
manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.
Dalam teori
belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik dalam proses belajarnya harus
berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan
sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut
pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Selanjutnya
Gagne dan Briggs mengatakan bahwa pendekatan humanistik adalah pengembangan
nilai-nilai dan sikap pribadi yang dikehendaki secara sosial dan pemerolehan
pengetahuan yang luas tentang sejarah, sastra, dan pengolahan strategi berpikir
produktif Pendekatan sistem bisa dapat di lakukan sehingga para peserta didik
dapat memilih suatu rencana pelajaran agar mereka dapat mencurahkan waktu
mereka bagi bermacam-macam tujuan belajar atau sejumlah pelajaran yang akan dipelajari
atau jenis-jenis pemecahan masalah dan aktifitas-aktifitas kreatif yang mungkin
dilakukan.pembatasan praktis dalam pemilihan hal-hal itu mungkin di tentukan
oleh keterbatasan bahan-bahan pelajaran dan keadaan tetapi dalam pendekatan
sistem itu sendiri tidak ada yang membatasi keanekaragaman pendidikan ini.Tokoh
utama teori humanistik adalah C. Rogger
dan Arthur Comb.
Tujuan utama
para pendidik adalah membantu si peserta didik.
untuk mengembangkan dirinya,
yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri
sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang
ada dalam diri mereka.
Jadi, teori
belajar humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan
bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan potensi
dirinya.
Beberapa prinsip Teori belajar
Humanistik:
1.
Manusia mempunyai belajar alami
2.
Belajar signifikan terjadi apabila
materi plajaran dirasakan murid mempuyai relevansi dengan maksud tertentu.
3.
Belajar yang menyangkut perubahan di
dalam persepsi mengenai dirinya.
4.
Tugas belajar yang mengancam diri
ialah lebih mudah dirasarkan bila ancaman itu kecil.
5.
Bila bancaman itu rendah terdapat
pangalaman peserta didik dalam memperoleh cara.
6.
Belajar yang bermakna diperolaeh jika
peserta didik melakukannya
7.
Belajar lancer jika peserta didik
dilibatkan dalam proses belajar.
8.
Belajar yang melibatkan peserta
didik seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam.
9.
Kepercayaan pada diri pada peserta
didik ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri.
10.
Belajar sosial adalah belajar
mengenai proses belajar.
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Dari
deskripsi yang dikemukakan pada pembahasan, dapat disimpulkan bahwa Teori
belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasikan
kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode
pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas. Namun teori
belajar ini tidak-lah semudah yang dikira, dalam prosesnya teori belajar ini
membutuhkan berbagai sumber sarana yang dapat menunjang, seperti : lingkungan
siswa, kondisi psikologi siswa, perbedaan tingkat kecerdasan siswa. Semua unsur
ini dapat dijadikan bahan acuan untuk menciptakan suatu model teori belajar
yang dianggap cocok, tidak perlu terpaku dengan kurikulum yang ada asalkan
tujuan dari teori belajar ini sama dengan tujuan pendidikan.
Teori-teori pembelajaran tersebut menjelaskan apa itu belajar dan bagaimanamana belajar itu terjadi.
Teori Behavioristik merupakan teori yang menyatakan bahwa belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antar stimulus dan respon.Dalam pandangan Piaget, belajar yang sebenarnya bukanlah sesuatu yang
diturunkan oleh guru,
melainkan sesuatu yang
berasal dari dalam diri anak sendiri.Belajar merupakan sebuah
proses penyelidikan dan penemuan spontan.
Berkaitan dengan belajar, Piaget membangunteorinya berdasarkan pada konsep Skemayaitu,
stuktur mental ataukognitif yang menyebabkan seseorang secaraint elektual beradaptasi dan mengoordinasikan lingkungan sekitarnya. Skema pada prinsipnya tidak statis melainkan selalu mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan kognitif manusia. Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu
pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses
belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif.
Konflik kognitif ini hanya dapat diatasi melalui pengetahuan akan dibangun
sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya.
Menurut teori humanistik belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik dalam proses belajarnya harus
berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan
sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut
pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
B. Salam Penutup dan Saran
Demikian
makalah yang telah diselesaikan oleh penulis. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi semua kalangan khususnya para pendidik serta calon
pendidik.Untuk memperbaiki kualitas,maka penulis mengharapkan kritik dan saran
agar makalah ini menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Djaali,Dr.H.2008.Psikologi
Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara
Dimyati,Mudjiono.2009.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta:Rineka
Cipta
Sanjaya,Wina.2006.Strategi Pembelajaran.Jakarta:Kencana
Surianto.2009.TeoriKonstruktivisme.(online).(https://surianto200477.wordpress.com/2009/09/17/teori-pembelajaran-konstruktivisme/
diakses 13 maret 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar