Kecerdasan ganda
pendidikan
pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan potensi individu. Melalui
pendidikan, potensi yang dimiliki oleh individu akan diubah menjadi kompetensi.
Kompetensi mencerminkan kemampuan dan kecakapan individu dalam melakukan suatu
tugas atau pekerjaan. Tugas pendidik atau guru dalam hal ini adalah
memfasilitasi anak didik sebagai individu untuk dapat mengembangkan potensi yng
dimkili menjadi kompetensi sesuai dengan cita-citanya. Program pendidikan dan
pembelajaran seperti yang berlangsung saat ini oleh karenanya harus lebih
diarahkan atau lebih berorientasi kepada invidu peserta didik.
Kenyataan menunjukkan bahwa program pendidikan yang berlangsung saat ini lebih banyak dilaksanakan dengan cara membuat generalisasi terhadap potensi dan kemampuan siswa. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahman pendidik tentang karakteristik individu.
Kenyataan menunjukkan bahwa program pendidikan yang berlangsung saat ini lebih banyak dilaksanakan dengan cara membuat generalisasi terhadap potensi dan kemampuan siswa. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahman pendidik tentang karakteristik individu.
Salah
satu karakteristik penting dari individu yang perlu difahami oleh guru
sebagai pendidik adalah bakat dan kecerdasan individu. Guru yang tidak memahami
kecerdasan anak didik akan memiliki kesulitan dalam memfasilitasi proses
pengembangan potensi individu menjadi yang dicita-citakan. Generalisasi
terhadap kemampuan dan potensi individu memberikan dampak negatif yaitu siswa
tidak memiliki kesempatan untuk mengebangkan secara optimal pternsi yang aa
pada dirinya. Akibat penanganan salah seperti yang dilakukan oleh sistem
persekolahan saat ini kita telah kehilangan bakat-bakat cemerlang.
Individu-individu yang cerdas tidak dapat mengembangkan potensi diri mereka
secara optimal.
Teori
Kecerdasan Ganda (Multiple Inteligence) yang dikemukakan oleh Howard Gardner – seorang professor psikologi dari Harvard University – akan dijadikan acuan untuk lebih memahami
bakat dan kecerdasan individu. Tulisan ini bertujuan untuk membahas dan lebih
memahami tentang upaya yang perlu dilakukan oleh guru dan pendidik dalam
membantu memfasilitasi pengembangan potensi individu peseta didik.
Dalam berabad abad lamanya,pendidikan selalu
berkonsentrasi dan berusaha mengembangkan kecerdasan peserta didik yang
bersifat tunggal.Selama ini skala kecerdasan hanya dilihat pada skala pada
skala kecerdasan tunggal,skala ini kurang dapat meramalkan kinerja yang sukses
untuk masa depan seseorang.Sedangkan pada dasarnya manusia memiliki
banyak macam kecerdasan,maka dari itu dalam pembahasn kali ini kami akan
menjelaskan teori tentang kecerdasan seseorang yang beragam bentuknya.
A. Pengertian
Kecerdasan Ganda
Kecerdasan
merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang dapat diaktifkan melalui proses
belajar, interaksi dengan keluarga, guru, teman dan nilai-nilai budaya yang
berkembang. Kecerdasan mengandung dua aspek pokok yaitu; kemampuan belajar dari
pengalaman dan beradaptasi terhadap lingkungan.
B. Macam-macam
kecerdasan Ganda
Gardner
(1983) berhasil mengidentifikasi tujuh macam kecerdasan, yang kemudian dikenal
sebagai kecerdasan ganda (Multiple
Intelligence) atau biasa disingkat dengan MI.
Ketujuh jenis kecerdasan tersebut adalah musical/rhythmic
intelligence bodily/kinesthetic intelligence, logical/mathematical
intelligence,visual/spatial intelligence, verbal/linguistic
intelligence, interpersonal intelligence, dan intrapersonal
intelligence (dalam perkembangannya ditambah
satu jenis kecerdasan sehingga menjadi delapan, yakni naturalistic intelligence).
1.
Kecerdasan musical
Gardner
menyebut kecerdasan musical ini dengan istilah musical/ rhythmic intelligence. Kecerdasan musical (KM) adalah kemampuan untuk
menghasilkan dan mengapresiasi musik. Kemampuan ini meliputi menyanyi, bersiul,
memainkan alat-alat musik, mengenal pola-pola nada, membuat komposisi musik,
mengingat melodi, memahami struktur dan irama musik. Gardner telah
mengidentifikasi bahwa inti dasar KM musical meliputi aspek irama, pola
titinada, harmoni, dan timber, tetapi dia segera mengusulkan adanya kekuatan
emosional misterius dari musik. Dia menunjukkan beberapa fakta untuk mendukung
teorinya bahwa kemampuan musikan berfungsi seperti sebuah intelegensi, yakni
apa yang oleh composer disebut sebagai logical musical thinking dan musical
mind (101-2). Kecerdasan musik merupakan
kecerdasan yang paling awal berkembang dalam diri manusia (Grow, 2005).
2.
Kecerdasan Kinesthetic
Jenis kecerdasan ini berkaitan dengan pengendalian gerakan badan. Pengenalian
gerakan badan ini terletak di korteks motoris dengan setiap belahan otak
mendominasi atau mengendalikan gerakan badan di sisi yang berlawanan (Gardner,
1983). Orang yang cerdas secara kinesthetic akan lebih mudah menirukan dan
menciptakan gerakan. Seorang olahragawan yang cerdas kinesthetic akan dapat
menyelesaikan dan mencari alternatif gerakan. Penyelesaian gerakan tentu
berbeda dengan penyelesaian persamaan matematika, sehingga dalam hal ini orang
yang cerdas gerak badan boleh jadi tidak cerdas secara matematik dan
sebaliknya.
3.
Kecerdasan logical/mathematical
Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan
angka-angka dan bilangan, berpikir logis dan ilmiah, adanya konsistensi dalam
pemikiran.. Seseorang yang cerdas secara logika-matematika seringkali tertarik
dengan pola dan bilangan/angka-angka. Mereka belajar dengan cepat operasi
bilangan dan cepat memahami konsep waktu, menjelaskan konsep secara logis, atau
menyimpulkan informasi secara matematik. Kecerdasan ini amat penting karena
akan membantu mengembangkan keterampilan berpikir dan logika seseorang. Dia
menjadi mudah berpikir logis karena dilatih disiplin mental yang keras dan
belajar menemukan alur piker yang benar atau tidak benar. Di samping itu juga
kecerdasan ini dapat membantu menemukan cara kerja, pola, dan hubungan,
mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, mengklasifikasikan dan
mengelompokkan, meningkatkan pengertian terhadap bilangan dan yang lebih
penting lagi meningkatkan daya ingat.
4.
Kecerdasan visual/spatial
Kecerdasan
ini ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk melihat secara rinci gambaran
visual yang terdapat di sekitarnya. Seorang seniman dapat memiliki kemampuan
persepsi yang besar. Bila mereka melihat sebuah lukisan, mereka dapat melihat
adanya perbedaan yang tampak di antara goresan-goresan kuas, meskipu orang lain
tidak mampu melihatnya. Dengan mengamati sebuah foto, seorang fotografer dapat
membuat analisis mengenai kelemahan atau kekuatan dari foto tersebut seperti
arah datangnya cahaya, latar belakang, dan sebagainya, bahkan mereka dapat
memberi jalan keluar bagaimana seandainya foto itu ditingkatkan kualitasnya.
Kecerdasan ini sangat dituntut pada profesi-profesi seperti fotografer,
seniman, navigator, arsitek. Pada orang-orang ini dituntut untuk melihat secara
tepat gambaran visual dan kemudian member arti terhadap gambaran tersebut.
5.
Kecerdasan verbal/linguistik
Orang-orang
yang memiliki kecerdasan ini memiliki kemampuan untuk menyusun pikirannya
dengan jelas. Mereka juga mampu mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata
seperti berbicara, menulis, dan membaca. Orang dengan kecerdasan verbal ini
sangat cakap dalam berbahasa, menceriterakan kisah, berdebat, berdiskusi,
melakukan penafsiran, menyampaikan laporan dan berbagai aktivitas lain yang
terkait dengan berbicara dan menulis. Kecerdasan ini sangat diperlukan pada
profesi pengacara, penulis, penyiar radio/televisi, editor, guru.
6.
Kecerdasan interpersonal
Kecerdasan
ini berkait dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain.
Pada saat berinteraksi dengan orang lain, seseorang harus dapat memperkirakan
perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan keinginan teman interaksinya,
kemudian memberikan respon yang layak. Orang dengan kecerdasan Interpersonal
memiliki kemampuan sedemikian sehingga terlihat amat mudah bergaul, banyak
teman dan disenangi oleh orang lain. Di dalam pergaulan mereka menunjukkan
kehangatan, rasa persahabatan yang tulus, empati. Selain baik dalam membina
hubungan dengan orang lain, orang dengan kecerdasan ini juga berusaha baik
dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan perselihanan
dengan orang lain. Kecerdasan ini amat penting, karena pada dasarnya kita tidak
dapat hidup sendiri (No man is an Island). Orang yang memiliki jaringan sahabat
yang luas tentu akan lebih mudah menjalani hidup ini. Seorang yang memiliki
kecerdasan “bermasyarakat” akan (a) mudah menyesuaikan diri, (b) menjadi orang
dewasa yang sadar secara sosial, (b) berhasil dalam pekerjaan
7.
Kecerdasan intrapersonal
Kecerdasan
intrapersonal diperlihatkan dalam bentuk kemampuan dalam membangun persepsi
yang akurat tentang diri sendiri dan menggunakan kemampuan tersebut dalam
membuat rencana dan mengarahkan orang lain
8.
Kecerdasan naturalistik
Keahlian
mengenali dan mengkategorikan spesies-flora dan fauna di lingkungannya. Para
pecinta alam adalah contoh orang tergolong sebagai orang – orang yang memiliki
kecerdasan ini.
Konsep
MI merupakan kritik terhadap Psychometric yang biasa digunakan untuk mengukur
kecerdasan manusia yang hanya bertumpu pada kekuatan otak kiri manusia. Selama
ini pengukuran kecerdasan hanya pada aspek kuantitatif (logical) dan verbal.
Manusia yang memiliki skor rendah berdasarkan tes tersebut dianggap memiliki
tingkat kecerdasan rendah atau biasa disebut IQ(intelligence quotion) rendah. Pengukuran kecerdasan dengan IQ dalam
perkembangannya dianggap tidak representatif, karena ada banyak fakta manusia
dengan IQ rendah tetapi ternyata dalam hidupnya lebih sukses daripada orang
yang mempunyai tingkat IQ tinggi. Orang dengan IQ yang pas-pasan ternyata dapat
mempunyai keahlian yang hebat dalam bidang-bidang tertentu, seperti ahli
melukis, ahli olah raga, ahli menyanyi, dan lain-lain. Kekuatan yang mendorong
tes-tes MI adalah bahwa tes-tes yang biasa dilakukan inkonsisten terhadap
teori-teori ilmiah besar yang mapan. MI bukanlah suatu domain atau disiplin
ilmu tersendiri. Konsep MI merupakan suatu jenis konstrak baru, tetapi MI tidak
sama dengan style atau gaya pembelajaran, gaya kognitif, atau gaya bekerja
(Gardner, 1995).
MI
sebagai suatu konsep baru berdampak pada pembuatan desain dan kurikulum
sekolah. Teori MI menganjurkan bahwa ada beberapa kecerdasan manusia yang
relatif independen dan dapat dijadikan mode dan dikombinasikan dalam
keserbaragaman cara agar sesuai dengan masing-masing individu dan budaya.
Independensi masing-masing jenis kecerdasan ini dapat ditunjukkan pada kasus
orang tidak dapat menguasai matematika, tetapi dia amat cepat membuat atau
memahami arti keindahan sebuah lukisan atau komposisi lagu. Kasus lainnya,
seorang yang tidak dapat memiliki kemampuan verbal dan spatial tetapi sangat
cerdas dalam gerak/kinesthetik. Dalam diri manusia mungkin terdapat satu, dua,
tiga atau lebih jenis kecerdasan yang menonjol. Jenis kecerdasan ini meungkin
selanjutnya berkaitan dengan learning
style dan life style.
C. Kecerdasan
Ganda dan Perubahan Paradigmatik Pembelajaran
Teori MI melahirkan suatu paradigma baru dalam penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran. Pertama, perubahan
pola pikir para guru. Pola pikir yang dimaksud dalam hal ini adalah para guru
harus mengubah cara berpikir bahwa di dalam kelas tidak ada siswa yang bodoh,
apalagi beranggapan bahwa sebagian siswa cerdas, sebagian sedang-sedang saja,
dan sebagian lainnya tidak cerdas. Dengan kata lain, guru harus memandang bahwa
pada dasarnya semua siswa adalah cerdas, cerdas dalam aspek yang
berbeda-beda. Kedua, perubahan desain dan strategi pembelajaran. Berdasarkan
asumsi bahwa setiap siswa mempunyai jenis kecerdasan yang berbeda, maka guru
perlu membuat desain pembelajaran yang variatif. Desain pembelajaran yang
variatif dimaksudkkan untuk memberi ruang kepada siswa dengan cara belajar yang
berbeda. Ada siswa yang mudah belajar dengan cara melihat dengan
komposisi warna-warna tertentu, ada yang mudah menangkap dengan cara memberikan
gerakan-gerakan, ada yang dapat denganmendengar atau hanya dengan abstraksi
saja.
Sebagai sebuah konsep baru, aplikasi teori kecerdasan ganda di kelas masih
dalam proses eksploratif. Masing-masing guru dapat menerapkannya dengan
berbagai cara. Menurut Armstrong (2004) belum ada petunjuk standar yang harus
diikuti, gagasan-gagasan yang dikumukakan oleh para ahli selama ini barulah
sebatas usulan, seperti Armstrong sendiri mengusulkan pembelajaran dilakukan
secara tematis dengan memperhatikan keunikan atau jenis kecerdasan yang
menonjol pada setiap anak..
Contoh
Aplikasi Musical Intelligence dalam Strategi Pembelajaran
- Strategi
Pembelajaran
a.
Ruang kelas irama, nyanyian, dan lagu
b.
Discografis (menyediakan daftar musik pilihan untuk mrlrngkapi unit- unit atau
projek-projek)
c.
Musik supermemory (untuk menolong siswa yang memiliki kesulitan informasi
untuk mengingat dengan menyimpannya pada musik).
d.
Konsep-konsep musik abstrak (dicoba dengan membawa gambar-gambar atau
kata-kata yang menggunakan pilihan musik non-verbal)
e. Mood music (
dilakukan ketika dilakukan ujian, sedang belajar, atau ketika sedang
kerja kelompok)
- Cara
membantu MI siswa
a.
Buatlah lab music yang mudah dijangkau, dengan perlengkapan kaset, earphone,
CD, dan lain-lain
b.
Milikilah sebuah pusat latihan untuk tampil (panggung), dengan peralatan
perekaman, perlatan musik, dan peralatan yang dapat dipakai untuk menentukan
kecepatan lagu (metroname).
c.
Kreasikan sebuah lab untuk “listening”, dimana siswa dapat mendengan suara musik dan
lainnya dengan menggunakan stetoskop, walkie-talkie, botol-botol suara
- Teknik
penataan kelas
a.
Tatalah kelas dengan mengacu pada suatu lagu atau buku lagu
b.
Tentukan sebuah lagu wajib untuk masing-masing siswa agar dinyanyikan tanpa
kelas itu berhenti bernyanyi dimana semua siswa menyanyi. Kemudian biarkanlah
mereka menyanyikan suatu lagu dan menemukan teman lainnya yang sedang
menyanyikan lagu yang sama, jadikanlah mereka satu kelompok.
c.
Untuk maslalah disiplin, temukan musik pilihan yang berkaitan dengan masalah
yang dihadapi siswa.
d.
Sediakan musik yang mendorong bakat semua laku siswa
e.
Ketika seorang siswa merasa marah, berbicaralah kepada mereka suatu “permainan”
nyanyian favorit mereka di kepala mereka untuk menghindari rash.
Kesimpulan
Setiap
individu memiliki potensi yang unik yang harus dikembangkan menjadi kompetensi.
Pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mengembangkan potensi
individu menjadi kompetensi. Manusia, pada dasarnya, memiliki beberapa
jenis kecerdasan yang menonjol. Howard Gardner, seorang pakar psikologi dari
Harvard University, mengemukakan delapan jenis kecerdasan yang meliputi
kecerdasan:
- Bahasa
- Matematis
logis
- Spasial
- Musikal
- Kinestetis
tubuh
- Interpersonal
- Intrapersonal
- Naturalis
Dalam
mengimplementasikan teori kecerdasan ganda di sekolah, ada beberapa faktor yang
perlu diperhatikan yaitu : masyarakat dan orang tua, guru, kurikulum, fasilitas
pembelajaran dan sistem penilaian.
Strategi
pembelejaran kecerdasan ganda bertujuan agar semua potensi anak dapat
berkembang. Strategi dasar pembelajarannya dimulai dengan :
- Membangun/memicu
kecerdasan
- Memperkuat
kecerdasan
- Mengajarkan
dengan/untuk kecerdasan
- Mentransfer
kecerdasan
Sedangkan
kegiatan-kegiatan dapat dilakukan dengan cara menyediakan hari-hari karir,
studi tour, biografi, pembelajaran terprogram, eksperimen, majalah dinding,
papan display, membaca buku-buku untuk mengembangkan kecerdasan ganda, membuat
table perkembangan kecerdasan anda, atau human
intelligence hunt. Sebaiknya pendidik
mulai mempelajari metode-metode yang tepat dalam pembelajaran agar setiap
potensi yang dimiliki oleh para siswa dapat optimal.
DAFTAR
PUSTAKA
Armstrong,
T., 2002. Sekolah Para Juara : Menerapkan
Multiple Intelegences di Dunia Pendidikan. Bandung
: Kaifa
Budiningsih,
C. Asri, 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka
Cipta.
Campbel,
L, et al. 1996. Teaching and Learning through Multiple
Intelegences.Massachusetts : Allyn and Bacon
Dalton,
J. 1990. Creative Thinking and Cooperative Talk in
Small Group. Australia : Thomas Nelson
Dryden,
G.S. 1999. Revolusi Cara Belajar : Keajaiban Pikiran. Bandung : Kaifa
Meier,
Dave. 2000. The Accerated Learning Handbook : A
Creative Guide to Designing and Delivering Faster, More
Effective Training Programs. Massachusetts :
Allyn and Bacon
Sumber : http://mynamemirza.wordpress.com/2012/06/09/teori-kecerdasan-ganda-multiple-intelligence-dan-penerapannya/
Sumber : http://mynamemirza.wordpress.com/2012/06/09/teori-kecerdasan-ganda-multiple-intelligence-dan-penerapannya/
Diawali oleh adanya pandangan dan keraguan
tentang pengukuran inteligensi melalui tes Binet (1937) sebagai pendahulu dalam
tes inteligensi. Menurut Wechsler: tes Binet memiliki keterbatasan dalam
penggunaannya, khususnya dalam pengukuran inteligensi untuk orang dewasa
sehingga perlu adanya perluasan dalam pengukuran inteligensi memerlukan
item-item yang dapat diberikan tidak hanya pada kelompok anak tetapi juga pada
orang dewasa.
Dua hal yang berbeda dengan para ahli sebelumnya:
Dua hal yang berbeda dengan para ahli sebelumnya:
- Pertama,
adanya konsep “point scale”, yaitu adanya penambahan nilai pada item-item
yang dapat diselesaikan dengan waktu yang lebih cepat serta pengukurannya
mencakup isi tertentu.
- Kedua,
menambahkan adanya pengukuran performansi, yaitu pengukuran kemampuan yang
bersifat nonverbal serta kemampuan performansi terhadap tugas
Perkembangan Konstruksi:
- WPPSI _Usia
dibawah 5 tahun
- WISC _Usia
5–15 tahun
- WBIS _Usia
10–65 tahun
- WAIS _revisi
beberapa item dari beberapa subtes
SKALA
Terdiri atas 11 seubtes yang mengukur kemampuan yang berbeda dn merupakan kombinasi berbagai kecakapan (specific factor/ s. Faktor).
1. VERBAL SCALE: ability to work with abstract verbal symbol ; perceptual skills included (auditory).
Nilai kemampuan Verbal ini mengungkap tentang:
Terdiri atas 11 seubtes yang mengukur kemampuan yang berbeda dn merupakan kombinasi berbagai kecakapan (specific factor/ s. Faktor).
1. VERBAL SCALE: ability to work with abstract verbal symbol ; perceptual skills included (auditory).
Nilai kemampuan Verbal ini mengungkap tentang:
- Kemampuan
bekerja dengan simbol-simbol abstrak
- Jumlah dan
tingkat kebergunaan latar belakang pendidikan yang dimiliki individu
- Kemampuan
memori verbal
- Kelancaran
verbal.
Dan nilai intellegency ini cenderung lebih terpengaruh
kultur atau budaya. Dan didalamnya terkandung beberapa pokok penilaian, yakni:
a. Informasi.
a. Informasi.
- Menggali
kemampuan menangkap instruksi
- Mengikuti
perintah dalam persoalan
- Kecepatan
dalam memberikan jawaban.
- luasnya
pengetahuan, long-term memory
b. Pengertian.
- mengukur akal
sehat (common sense)
- penilaian
terhadap situasi sosial (social judgment)
c. Hitungan.
- mengukur
akal sehat (common sense)
- penilaian terhadap
situasi sosial (social judgment)
d. Persamaan.
- kemampuan
mengolah persamaan dari dua hal
- tingkat
kemampuan berpikir abstraksi (konkrit, fungsional, abstrak), pembentukan
konsep verbal
e. Rentangan angka.
- kemampuan
memberikan jawaban secara verbal
- menggali
konsentrasi, attention span dan ingatan jangka pendek
f. Perbendaharaan kata.
- kemampuan
memberikan jawaban secara verbal
- kemampuan
belajar dalam memanfaatkan pengetahuan tentang kata, luasnya
perbendaharaan kata, daya ingat, pembentukan konsep dan kemampuan
mendeskripsikan kata dalam susunan kalimat
2. PERFORMANCE SCALE:
ability to work in concrete situasion ; perceptual skills included (visual)
Nilai Kemampuan Performansi Mengungkap tentang;
Nilai Kemampuan Performansi Mengungkap tentang;
- Tingkat dan
kualitas kontak nonverbal individu dengan lingkungan
- Kemampuan
integrasi stimulus perseptual dengan respon motorik yang relevan
- Kapasitas
bekerja dalam situasi konkrit
- Kemampuan
bekerja cepat
- Kemampuan
mengevaluasi informasi visuospasial
Didalam nilai kemampuan performance atau performance
scales terdiri dari beberapa aspek penilaian yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Simbol angka.
a. Simbol angka.
- kecermatan
dalam mengamati data
- kemampuan
mempelajari persoalan yang tidak umum, visual-motor dexterity,
associative learning, tingkat/derajat ketelitian dan kecepatan
bekerja.
b. Melengkapi gambar.
- kemampuan
menghargai adanya ketidaksempurnaan dan menentukan hal yang tidak tampak.
- kemampuan
membedakan esensial-non esensial secara rinci, kemampuan
konsentrasi, visual alertness, visual organization, visual memory.
c. Rancangan balok.
- kemampuan
mengamati dan menangkap tanda-tanda secara cermat.
- daya nalar,
analisa spatial relationship, integrasi fungsi visual dan motorik, nonverbal
concept formation, abstract thinking
d. Mengatur gambar.
- kemampuan
mengamati persoalan secara menyeluruh dan kecermatan menangkap isi
permasalahan.
- kemampuan
merencanakan yang mengacu pada hubungan sebab akibat, logika berpikir,
nonverbal reasoning, kemampuan menginterpretasikan situasi sosial
(memahami dan mengevaluasi)
e. Merakit objek.
- kemampuan
menangkap bagian secara cermat dan teliti
- kemampuan
mengamati part-whole relationship, perceptual organization, visual-motor
organization
Dengan mengetahui hasil tes diatas dapat diketahui
tingkat kemampuan testee yang terangkum dalam 11 (sebelas) macam kemampuan,
akan diperoleh 2 (dua) macam nilai (skala) intelegensi yaitu nilai intelegensi
pada kemampuan verbal, dan nilai intelegensi performance, untuk kemudian
dijumlahkan sehingga ditemukan nilai intelegensi total.
Skala inteligensi WAIS-R merupakan versi skala WAIS terakhir yang diterbitkan oleh The Psychological Corporation pada tahun 1981. Skala ini terdiri dari 11 (sebelas) sub-tes yang dimaksudkan untuk mengukur berbagai macam yang berbeda pada setiap bagian sub-tesnya. Tidak satu sub-tespun yang dimaksudkan sebagai ukuran murni terhadap kemampuan intelektual tapi masingmasing merupakanbagian dari suatu kombinasi berbagai kecakapan.
ITEM-ITEM TES
Subtes 1: Information
Skala inteligensi WAIS-R merupakan versi skala WAIS terakhir yang diterbitkan oleh The Psychological Corporation pada tahun 1981. Skala ini terdiri dari 11 (sebelas) sub-tes yang dimaksudkan untuk mengukur berbagai macam yang berbeda pada setiap bagian sub-tesnya. Tidak satu sub-tespun yang dimaksudkan sebagai ukuran murni terhadap kemampuan intelektual tapi masingmasing merupakanbagian dari suatu kombinasi berbagai kecakapan.
ITEM-ITEM TES
Subtes 1: Information
- Luas
pengalaman
- Luas
wawasan/pengetahuan
- Daya simpan (retention)
Minat terhadap lingkungan sekitar
- Daya ingat
(long term memory)-remote memory
- Latar belakang
budaya
Subtes 2: Comprehension
- Akal sehat
- Judgement
praktis terhadap situasi social
- g moderat
Stabilitas emosi melalui cara Menjawab
Subtes 3: Digit Span
- Atensi
- Konsentrasi
- Short term
memory (immediate auditory Anxiety memory)
- Tidak mengukur
g factor
Subtes 4: Arithmetic
- Kemampuan
konsentrasi
- Daya nalar
hitung
- School
learning
- g
moderat
- Minat
hitungan, motivasi, keyakinan memecahkan masalah, keterampilan menghitung,
pengetahuan berhitung.
Subtes 5: Similarities
- Berpikir
abstrak (konkrit, fungsional,abstrak/logik)
- Formasi konsep
verbal Cara menelaah masalah (praktis, kegunaan, simbolik/abstrak)
- g moderat
Subtes 6: Vocabulary
- Pengetahuan
perbendaharaan kata
- Latar belakang
pendidikan, Rentang gagasan, Pengalaman masa anak dirumah dan di
sekolah
- Konsep
formasi
- Kemampuan
deskripsi kata
- g factor yang
paling baik
Subtes 7: Picture Arrangement
- Kemampuan
mengamati keseluruhan
- Kecermatan
menangkap isi persoalan, kemampuan merencanakan/planning ability
- Kepekaan
sosial dan interpersonal content
- Mengerti
hubungan sebab akibat hubungan sosial (non verbal)
- Reasoning
- g factor yang
paling baik untuk kelompok Performance
Subtes 8: Picture Completion
- Kemampuan
membedakan hal esensial
- Daya
konsentrasi visual
- Visual
alertness
- Persepsi,
kognisi, jugement, penundaan impuls, pengalaman kontak lingkungan
- Visual
organization Visual memory
- Tidak ada g
Subtes 9: Block Design
- Kemampuan
mengamati tanda dengan cermat
- Analisa
spatial relationship
- Nonverbal
concept formation
- Keinginan
berprestasi dan kemampuan membedakan
- Abstract
reasoning
- Integrasi
fungsi visual motorik
- Konsentrasi
- moderat
Subtes 10: Object Assembly
- Kemampuan
menangkap part-whole relationship
- Perceptual
organization
- Analisa
visual
- Keinginan
untuk produktif
- Kemampuan
konstruktif
- Tidak ada g
Subtes 11: Digit Symbol
- Kemampuan
mempelajari persoalan umum
- Visual motor
speed (Dexterity)
- Pengalaman
tugas komprehensif, keterampilan tangan dalam bekerja, motivasi
belajar
- Ketelitian
- Kecepatan
- Tidak ada g
Dua subtes tambahan (khusus) pada WISC
a. Subtes Mazes
a. Subtes Mazes
- ·Subtes ini
berisi 8 maze, dua yang pertama diberikan hanya pada anak usia dibawah 8
atau yang lebih tua dengan mengalami gangguan mental. Subtes ini berdasar
pada konsep bahwa kemampuan untuk merencanakan kedepan dan bergerak secara
akurat dapat diprediksikan melalui kertas yang berisi maze.
- Kelebihan tes
ini adalah subtes tidak menggunakan kata-kata (non verbal), anak-anak merasa
seperti bermain dalam subtes ini. Sementara kekurangannya subtes ini
kurang terstandarisasi sebagai bagian dari WISC. Korelasi dengan skor
total agak kurang.
b. Subtes coding
- Subtes ini
menuntut anak untuk menemukan symbol yang sama dan memberikan tanda yang
sesuai pada kotak kosong yang disediakan. Tes ini berdasar pada konsep
bahwa kemampuan untuk mempelajari symbol dan bentuk atau simbol dan angka,
juga untuk mengkreasi ulang kombinasi ini dengan kertas dan pensil dalam
limit waktu adalah salah satu criteria intelegensi.
- Subtes ini
mengukur visual motor dexterity (ketangkasan/kecekatan visual motor). Juga
kemampuan untuk menyerap material baru yang disajikan didalam konteks
hubungan. Kecepatan dan ketepatan juga dibutuhkan. Subtes ini merupakan yang
dapat paling cepat diadministrasikan.
- Kekurangan
subtes ini adalah anak sering memandang subtes ini tidak bermutu, tidak
inspiratif dan anak-anak cepat bosan. Anak dengan kordinasi visualmotor
yang rendah motor akan mengalami kesulitan dalam subtes ini.
KLASIFIKASI IQ
Classification IQ
|
limits
|
% included
|
Very superior
|
128 and over
|
2.2
|
Superior
|
120-127
|
6.7
|
Average
|
91-110
|
50.0
|
Dull normal
|
80-90
|
16.1
|
Borderline
|
66-79
|
6.7
|
Deffective
|
65 and below
|
2.2
|
Referensi
Anastasi, Anna.2006. Tes Psikologi. Jakarta: PT Indeks
Suryabrata, Sumadi.1990. Pembimbing ke Psikodiagnostik. Yogyakarta: Rake Sarasin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar