Selasa, 05 Mei 2020

kecerdasan ganda


Kecerdasan ganda
pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan potensi individu. Melalui pendidikan, potensi yang dimiliki oleh individu akan diubah menjadi kompetensi. Kompetensi mencerminkan kemampuan dan kecakapan individu dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan. Tugas pendidik atau guru dalam hal ini adalah memfasilitasi anak didik sebagai individu untuk dapat mengembangkan potensi yng dimkili menjadi kompetensi sesuai dengan cita-citanya. Program pendidikan dan pembelajaran seperti yang berlangsung saat ini oleh karenanya harus lebih diarahkan atau lebih berorientasi kepada invidu peserta didik.
Kenyataan menunjukkan bahwa program pendidikan yang berlangsung saat ini lebih banyak dilaksanakan dengan cara membuat generalisasi terhadap potensi dan kemampuan siswa. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahman pendidik tentang karakteristik individu.
Salah satu karakteristik  penting dari individu yang perlu difahami oleh guru sebagai pendidik adalah bakat dan kecerdasan individu. Guru yang tidak memahami kecerdasan anak didik akan memiliki kesulitan dalam memfasilitasi proses pengembangan potensi individu menjadi yang dicita-citakan. Generalisasi terhadap kemampuan dan potensi individu memberikan dampak negatif yaitu siswa tidak memiliki kesempatan untuk mengebangkan secara optimal pternsi yang aa pada dirinya. Akibat penanganan salah seperti yang dilakukan oleh sistem persekolahan saat ini kita telah kehilangan bakat-bakat cemerlang. Individu-individu yang cerdas tidak dapat mengembangkan potensi diri mereka secara optimal.
Teori Kecerdasan Ganda (Multiple Inteligence) yang dikemukakan oleh Howard Gardner – seorang professor psikologi dari Harvard University – akan dijadikan acuan untuk lebih memahami bakat dan kecerdasan individu. Tulisan ini bertujuan untuk membahas dan lebih memahami tentang upaya yang perlu dilakukan oleh guru dan pendidik dalam membantu memfasilitasi pengembangan potensi individu peseta didik.
 Dalam berabad abad lamanya,pendidikan selalu berkonsentrasi dan berusaha mengembangkan kecerdasan peserta didik yang bersifat tunggal.Selama ini skala kecerdasan hanya dilihat pada skala pada skala kecerdasan tunggal,skala ini kurang dapat meramalkan kinerja yang sukses untuk masa depan seseorang.Sedangkan pada dasarnya manusia memiliki  banyak macam kecerdasan,maka dari itu dalam pembahasn kali ini kami akan menjelaskan teori tentang kecerdasan seseorang yang beragam bentuknya. 
 A.  Pengertian Kecerdasan Ganda
Kecerdasan merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang dapat diaktifkan melalui proses belajar, interaksi dengan keluarga, guru, teman dan nilai-nilai budaya yang berkembang. Kecerdasan mengandung dua aspek pokok yaitu; kemampuan belajar dari pengalaman dan beradaptasi terhadap lingkungan.
 B.  Macam-macam kecerdasan Ganda
Gardner (1983) berhasil mengidentifikasi tujuh macam kecerdasan, yang kemudian dikenal sebagai kecerdasan ganda (Multiple Intelligence) atau biasa disingkat dengan MI. Ketujuh jenis kecerdasan tersebut adalah musical/rhythmic intelligence bodily/kinesthetic intelligence, logical/mathematical intelligence,visual/spatial intelligence, verbal/linguistic intelligence, interpersonal intelligence, dan  intrapersonal intelligence (dalam perkembangannya ditambah satu jenis kecerdasan sehingga menjadi delapan, yakni naturalistic intelligence).
1. Kecerdasan musical
Gardner menyebut kecerdasan musical ini dengan istilah musical/ rhythmic intelligence.  Kecerdasan musical (KM) adalah kemampuan untuk menghasilkan dan mengapresiasi musik. Kemampuan ini meliputi menyanyi, bersiul, memainkan alat-alat musik, mengenal pola-pola nada, membuat komposisi musik, mengingat melodi, memahami struktur dan irama musik. Gardner telah mengidentifikasi bahwa  inti dasar KM musical meliputi aspek irama, pola titinada, harmoni, dan timber, tetapi dia segera mengusulkan adanya kekuatan emosional misterius dari musik. Dia menunjukkan beberapa fakta untuk mendukung teorinya bahwa kemampuan musikan berfungsi seperti sebuah intelegensi, yakni apa yang oleh composer disebut sebagai  logical musical thinking dan musical mind (101-2). Kecerdasan musik merupakan kecerdasan yang paling awal berkembang dalam diri manusia (Grow, 2005).
2. Kecerdasan Kinesthetic
          Jenis kecerdasan ini berkaitan dengan pengendalian gerakan badan. Pengenalian gerakan badan ini terletak di korteks motoris dengan  setiap belahan otak mendominasi atau mengendalikan gerakan badan di sisi yang berlawanan (Gardner, 1983). Orang yang cerdas secara kinesthetic akan lebih mudah menirukan dan menciptakan gerakan. Seorang olahragawan yang cerdas kinesthetic akan dapat menyelesaikan dan mencari alternatif gerakan. Penyelesaian gerakan tentu berbeda dengan penyelesaian persamaan matematika, sehingga dalam hal ini orang yang cerdas gerak badan boleh jadi tidak cerdas secara matematik dan sebaliknya.
3. Kecerdasan logical/mathematical
          Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan angka-angka dan bilangan, berpikir logis dan ilmiah, adanya konsistensi dalam pemikiran.. Seseorang yang cerdas secara logika-matematika seringkali tertarik dengan pola dan bilangan/angka-angka. Mereka belajar dengan cepat operasi bilangan dan cepat memahami konsep waktu, menjelaskan konsep secara logis, atau menyimpulkan informasi secara matematik. Kecerdasan ini amat penting karena akan membantu mengembangkan keterampilan berpikir dan logika seseorang. Dia menjadi mudah berpikir logis karena dilatih disiplin mental yang keras dan belajar menemukan alur piker yang benar atau tidak benar. Di samping itu juga kecerdasan ini dapat membantu menemukan cara kerja, pola, dan hubungan, mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, mengklasifikasikan dan mengelompokkan, meningkatkan pengertian terhadap bilangan dan yang lebih penting lagi meningkatkan daya ingat.
4. Kecerdasan visual/spatial
Kecerdasan ini ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk melihat secara rinci gambaran visual yang terdapat di sekitarnya. Seorang seniman dapat memiliki kemampuan persepsi yang besar. Bila mereka melihat sebuah lukisan, mereka dapat melihat adanya perbedaan yang tampak di antara goresan-goresan kuas, meskipu orang lain tidak mampu melihatnya. Dengan mengamati sebuah foto, seorang fotografer dapat membuat analisis mengenai kelemahan atau kekuatan dari foto tersebut seperti arah datangnya cahaya, latar belakang, dan sebagainya, bahkan mereka dapat memberi jalan keluar bagaimana seandainya foto itu ditingkatkan kualitasnya. Kecerdasan ini sangat dituntut pada profesi-profesi seperti fotografer, seniman, navigator, arsitek. Pada orang-orang ini dituntut untuk melihat secara tepat gambaran visual dan kemudian member arti terhadap gambaran tersebut.
5. Kecerdasan verbal/linguistik
Orang-orang yang memiliki kecerdasan ini memiliki kemampuan untuk menyusun pikirannya dengan jelas. Mereka juga mampu mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata seperti berbicara, menulis, dan membaca. Orang dengan kecerdasan verbal ini sangat cakap dalam berbahasa, menceriterakan kisah, berdebat, berdiskusi, melakukan penafsiran, menyampaikan laporan dan berbagai aktivitas lain yang terkait dengan berbicara dan menulis. Kecerdasan ini sangat diperlukan pada profesi pengacara, penulis, penyiar radio/televisi, editor, guru.
6. Kecerdasan interpersonal
Kecerdasan ini berkait dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. Pada saat berinteraksi dengan orang lain, seseorang harus dapat memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan keinginan teman interaksinya, kemudian memberikan respon yang layak. Orang dengan kecerdasan Interpersonal memiliki kemampuan sedemikian sehingga terlihat amat mudah bergaul, banyak teman dan disenangi oleh orang lain. Di dalam pergaulan mereka menunjukkan kehangatan, rasa persahabatan yang tulus, empati. Selain baik dalam membina hubungan dengan orang lain, orang dengan kecerdasan ini juga berusaha baik dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan perselihanan dengan orang lain. Kecerdasan ini amat penting, karena pada dasarnya kita tidak dapat hidup sendiri (No man is an Island). Orang yang memiliki jaringan sahabat yang luas tentu akan lebih mudah menjalani hidup ini. Seorang yang memiliki kecerdasan “bermasyarakat” akan (a) mudah menyesuaikan diri, (b) menjadi orang dewasa yang sadar secara sosial, (b) berhasil dalam pekerjaan
7. Kecerdasan intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal diperlihatkan dalam bentuk kemampuan dalam membangun persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan menggunakan kemampuan tersebut dalam membuat rencana dan mengarahkan orang lain
8. Kecerdasan naturalistik
Keahlian mengenali dan mengkategorikan spesies-flora dan fauna di lingkungannya. Para pecinta alam adalah contoh orang tergolong sebagai orang – orang yang memiliki kecerdasan ini.
Konsep MI merupakan kritik terhadap Psychometric yang biasa digunakan untuk mengukur kecerdasan manusia yang hanya bertumpu pada kekuatan otak kiri manusia. Selama ini pengukuran kecerdasan hanya pada aspek kuantitatif (logical) dan verbal. Manusia yang memiliki skor rendah berdasarkan tes tersebut dianggap memiliki tingkat kecerdasan rendah atau biasa disebut IQ(intelligence quotion) rendah. Pengukuran kecerdasan dengan IQ dalam perkembangannya dianggap tidak representatif, karena ada banyak fakta manusia dengan IQ rendah tetapi ternyata dalam hidupnya lebih sukses daripada orang yang mempunyai tingkat IQ tinggi. Orang dengan IQ yang pas-pasan ternyata dapat mempunyai keahlian yang hebat dalam bidang-bidang tertentu, seperti ahli melukis, ahli olah raga, ahli menyanyi, dan lain-lain. Kekuatan yang mendorong tes-tes MI adalah bahwa tes-tes yang biasa dilakukan inkonsisten terhadap teori-teori ilmiah besar yang mapan. MI bukanlah suatu domain atau disiplin ilmu tersendiri. Konsep MI merupakan suatu jenis konstrak baru, tetapi MI tidak sama dengan style atau gaya pembelajaran, gaya kognitif, atau gaya bekerja (Gardner, 1995).
MI sebagai suatu konsep baru berdampak pada pembuatan desain dan kurikulum sekolah. Teori MI menganjurkan  bahwa ada beberapa kecerdasan manusia yang relatif  independen dan dapat dijadikan mode dan dikombinasikan dalam keserbaragaman cara agar sesuai dengan masing-masing individu dan budaya. Independensi masing-masing jenis kecerdasan ini dapat ditunjukkan pada kasus orang tidak dapat menguasai matematika, tetapi dia amat cepat membuat atau memahami arti keindahan sebuah lukisan atau komposisi lagu. Kasus lainnya, seorang yang tidak dapat memiliki kemampuan verbal dan spatial tetapi sangat cerdas dalam gerak/kinesthetik. Dalam diri manusia mungkin terdapat satu, dua, tiga atau lebih jenis kecerdasan yang menonjol. Jenis kecerdasan ini meungkin selanjutnya berkaitan dengan learning style dan life style.
C. Kecerdasan Ganda dan Perubahan Paradigmatik Pembelajaran
          Teori MI melahirkan suatu paradigma baru dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Pertama, perubahan pola pikir para guru. Pola pikir yang dimaksud dalam hal ini adalah para guru harus mengubah cara berpikir bahwa di dalam kelas tidak ada siswa yang bodoh, apalagi beranggapan bahwa sebagian siswa cerdas, sebagian sedang-sedang saja, dan sebagian lainnya tidak cerdas. Dengan kata lain, guru harus memandang bahwa pada dasarnya semua siswa adalah cerdas, cerdas dalam aspek yang berbeda-beda.  Kedua, perubahan desain dan strategi pembelajaran. Berdasarkan asumsi bahwa setiap siswa mempunyai jenis kecerdasan yang berbeda, maka guru perlu membuat desain pembelajaran yang variatif. Desain pembelajaran yang variatif dimaksudkkan untuk memberi ruang kepada siswa dengan cara belajar yang berbeda. Ada siswa yang mudah belajar dengan  cara melihat dengan komposisi warna-warna tertentu, ada yang mudah menangkap dengan cara memberikan gerakan-gerakan, ada yang dapat denganmendengar atau hanya dengan abstraksi saja.
          Sebagai sebuah konsep baru, aplikasi teori kecerdasan ganda di kelas masih dalam proses eksploratif. Masing-masing guru dapat menerapkannya dengan berbagai cara. Menurut Armstrong (2004) belum ada petunjuk standar yang harus diikuti, gagasan-gagasan yang dikumukakan oleh para ahli selama ini barulah sebatas usulan, seperti Armstrong sendiri mengusulkan pembelajaran dilakukan secara tematis dengan memperhatikan keunikan atau jenis kecerdasan yang menonjol pada setiap anak..
 Contoh Aplikasi Musical Intelligence dalam Strategi Pembelajaran
  1. Strategi Pembelajaran
a.  Ruang kelas irama, nyanyian, dan lagu
b. Discografis (menyediakan daftar musik pilihan untuk mrlrngkapi unit- unit atau projek-projek)
c.   Musik supermemory (untuk menolong siswa yang memiliki kesulitan  informasi untuk mengingat dengan menyimpannya pada musik).
d. Konsep-konsep musik abstrak (dicoba dengan membawa gambar-gambar  atau kata-kata yang menggunakan pilihan musik non-verbal)
e. Mood music ( dilakukan ketika dilakukan ujian,  sedang belajar, atau ketika sedang kerja kelompok)
  1. Cara membantu MI siswa
a. Buatlah lab music yang mudah dijangkau, dengan perlengkapan kaset, earphone, CD, dan lain-lain
b. Milikilah sebuah pusat latihan untuk tampil (panggung), dengan peralatan  perekaman, perlatan musik, dan peralatan yang dapat dipakai untuk menentukan kecepatan lagu (metroname).
c. Kreasikan sebuah lab untuk “listening”, dimana siswa dapat mendengan suara musik dan lainnya dengan menggunakan stetoskop, walkie-talkie, botol-botol suara
  1. Teknik penataan kelas
a. Tatalah kelas dengan mengacu pada suatu lagu atau buku lagu
b. Tentukan sebuah lagu wajib untuk masing-masing siswa agar dinyanyikan tanpa kelas itu berhenti bernyanyi dimana semua siswa menyanyi. Kemudian biarkanlah mereka menyanyikan suatu lagu dan menemukan teman lainnya yang sedang menyanyikan lagu yang sama, jadikanlah mereka satu kelompok.
c. Untuk maslalah disiplin, temukan musik pilihan yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi siswa.
d. Sediakan musik yang mendorong bakat semua laku siswa
e. Ketika seorang siswa merasa marah, berbicaralah kepada mereka suatu “permainan” nyanyian favorit mereka di kepala mereka untuk menghindari rash.
Kesimpulan
Setiap individu memiliki potensi yang unik yang harus dikembangkan menjadi kompetensi. Pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mengembangkan potensi individu menjadi kompetensi. Manusia, pada dasarnya,  memiliki beberapa jenis kecerdasan yang menonjol. Howard Gardner, seorang pakar psikologi dari Harvard University, mengemukakan delapan jenis kecerdasan yang meliputi kecerdasan:
  • Bahasa
  • Matematis logis
  • Spasial
  • Musikal
  • Kinestetis tubuh
  • Interpersonal
  • Intrapersonal
  • Naturalis
Dalam mengimplementasikan teori kecerdasan ganda di sekolah, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu : masyarakat dan orang tua, guru, kurikulum, fasilitas pembelajaran dan sistem penilaian.
Strategi pembelejaran kecerdasan ganda bertujuan agar semua potensi anak dapat berkembang. Strategi dasar pembelajarannya dimulai dengan :
  • Membangun/memicu kecerdasan
  • Memperkuat kecerdasan
  • Mengajarkan dengan/untuk kecerdasan
  • Mentransfer kecerdasan
Sedangkan kegiatan-kegiatan dapat dilakukan dengan cara menyediakan hari-hari karir, studi tour, biografi, pembelajaran terprogram, eksperimen, majalah dinding, papan display, membaca buku-buku untuk mengembangkan kecerdasan ganda, membuat table perkembangan kecerdasan anda, atau human intelligence hunt. Sebaiknya pendidik mulai mempelajari metode-metode yang tepat dalam pembelajaran agar setiap potensi yang dimiliki oleh para siswa dapat optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, T., 2002. Sekolah Para Juara  : Menerapkan Multiple Intelegences di Dunia Pendidikan. Bandung : Kaifa
Budiningsih, C. Asri, 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Campbel, L, et al. 1996. Teaching and Learning through Multiple Intelegences.Massachusetts : Allyn and Bacon
Dalton, J. 1990. Creative Thinking and Cooperative Talk in Small Group. Australia : Thomas Nelson
Dryden, G.S. 1999. Revolusi Cara Belajar : Keajaiban Pikiran. Bandung : Kaifa
Meier, Dave. 2000. The Accerated Learning Handbook : A Creative Guide to Designing and Delivering FasterMore Effective Training Programs. Massachusetts : Allyn and Bacon


Sumber : 
http://mynamemirza.wordpress.com/2012/06/09/teori-kecerdasan-ganda-multiple-intelligence-dan-penerapannya/







Diawali oleh adanya pandangan dan keraguan tentang pengukuran inteligensi melalui tes Binet (1937) sebagai pendahulu dalam tes inteligensi. Menurut Wechsler: tes Binet memiliki keterbatasan dalam penggunaannya, khususnya dalam pengukuran inteligensi untuk orang dewasa sehingga perlu adanya perluasan dalam pengukuran inteligensi memerlukan item-item yang dapat diberikan tidak hanya pada kelompok anak tetapi juga pada orang dewasa.

Dua hal yang berbeda dengan para ahli sebelumnya:

  • Pertama, adanya konsep “point scale”, yaitu adanya penambahan nilai pada item-item yang dapat diselesaikan dengan waktu yang lebih cepat serta pengukurannya mencakup isi tertentu. 
  • Kedua, menambahkan adanya pengukuran performansi, yaitu pengukuran kemampuan yang bersifat nonverbal serta kemampuan performansi terhadap tugas
Perkembangan Konstruksi:
  1. WPPSI _Usia dibawah 5 tahun 
  2. WISC _Usia 5–15 tahun 
  3. WBIS _Usia 10–65 tahun 
  4. WAIS _revisi beberapa item dari beberapa subtes
SKALA

Terdiri atas 11 seubtes yang mengukur kemampuan yang berbeda dn merupakan kombinasi berbagai kecakapan (specific factor/ s. Faktor).

1. VERBAL SCALE: 
ability to work with abstract verbal symbol ; perceptual skills included (auditory).

Nilai kemampuan Verbal ini mengungkap tentang:
  • Kemampuan bekerja dengan simbol-simbol abstrak 
  • Jumlah dan tingkat kebergunaan latar belakang pendidikan yang dimiliki individu 
  • Kemampuan memori verbal 
  • Kelancaran verbal.
Dan nilai intellegency ini cenderung lebih terpengaruh kultur atau budaya. Dan didalamnya terkandung beberapa pokok penilaian, yakni:

a. Informasi.
  • Menggali kemampuan menangkap instruksi 
  • Mengikuti perintah dalam persoalan 
  • Kecepatan dalam memberikan jawaban. 
  • luasnya pengetahuan, long-term memory
b. Pengertian.
  • mengukur akal sehat (common sense) 
  • penilaian terhadap situasi sosial (social judgment) 
c.  Hitungan. 
  • mengukur akal sehat (common sense) 
  • penilaian terhadap situasi sosial (social judgment)
d. Persamaan.
  • kemampuan mengolah persamaan dari dua hal 
  • tingkat kemampuan berpikir abstraksi (konkrit, fungsional, abstrak), pembentukan konsep verbal
e. Rentangan angka.
  • kemampuan memberikan jawaban secara verbal 
  • menggali konsentrasi, attention span dan ingatan jangka pendek
f. Perbendaharaan kata.
  • kemampuan memberikan jawaban secara verbal 
  • kemampuan belajar dalam memanfaatkan pengetahuan tentang kata, luasnya perbendaharaan kata, daya ingat, pembentukan konsep dan kemampuan mendeskripsikan kata dalam susunan kalimat
2. PERFORMANCE SCALE: ability to work in concrete situasion ; perceptual skills included (visual)

Nilai Kemampuan Performansi Mengungkap tentang;
  • Tingkat dan kualitas kontak nonverbal individu dengan lingkungan 
  • Kemampuan integrasi stimulus perseptual dengan respon motorik yang relevan 
  • Kapasitas bekerja dalam situasi konkrit 
  • Kemampuan bekerja cepat 
  • Kemampuan mengevaluasi informasi visuospasial
Didalam nilai kemampuan performance atau performance scales terdiri dari beberapa aspek penilaian yang dijelaskan sebagai berikut:

a. Simbol angka.
  • kecermatan dalam mengamati data 
  • kemampuan mempelajari persoalan yang tidak umum, visual-motor dexterity, associative learning, tingkat/derajat ketelitian dan kecepatan bekerja.
b. Melengkapi gambar.
  • kemampuan menghargai adanya ketidaksempurnaan dan menentukan hal yang tidak tampak. 
  • kemampuan membedakan esensial-non esensial secara rinci, kemampuan konsentrasi, visual alertness, visual organization, visual memory.
c. Rancangan balok.
  • kemampuan mengamati dan menangkap tanda-tanda secara cermat. 
  • daya nalar, analisa spatial relationship, integrasi fungsi visual dan motorik, nonverbal concept formation, abstract thinking
d. Mengatur gambar.
  • kemampuan mengamati persoalan secara menyeluruh dan kecermatan menangkap isi permasalahan. 
  • kemampuan merencanakan yang mengacu pada hubungan sebab akibat, logika berpikir, nonverbal reasoning, kemampuan menginterpretasikan situasi sosial (memahami dan mengevaluasi)
e. Merakit objek.
  • kemampuan menangkap bagian secara cermat dan teliti 
  • kemampuan mengamati part-whole relationship, perceptual organization, visual-motor organization
Dengan mengetahui hasil tes diatas dapat diketahui tingkat kemampuan testee yang terangkum dalam 11 (sebelas) macam kemampuan, akan diperoleh 2 (dua) macam nilai (skala) intelegensi yaitu nilai intelegensi pada kemampuan verbal, dan nilai intelegensi performance, untuk kemudian dijumlahkan sehingga ditemukan nilai intelegensi total.

Skala inteligensi WAIS-R merupakan versi skala WAIS terakhir yang diterbitkan oleh The Psychological Corporation pada tahun 1981. Skala ini terdiri dari 11 (sebelas) sub-tes yang dimaksudkan untuk mengukur berbagai macam yang berbeda pada setiap bagian sub-tesnya. Tidak satu sub-tespun yang dimaksudkan sebagai ukuran murni terhadap kemampuan intelektual tapi masingmasing merupakanbagian dari suatu kombinasi berbagai kecakapan.

ITEM-ITEM TES

Subtes 1: Information
  • Luas pengalaman 
  • Luas wawasan/pengetahuan 
  • Daya simpan (retention) Minat terhadap lingkungan sekitar 
  • Daya ingat (long term memory)-remote memory 
  • Latar belakang budaya
Subtes 2: Comprehension
  • Akal sehat 
  • Judgement praktis terhadap situasi social 
  • g moderat Stabilitas emosi melalui cara Menjawab
Subtes 3: Digit Span
  • Atensi 
  • Konsentrasi 
  • Short term memory (immediate auditory Anxiety memory) 
  • Tidak mengukur g factor
Subtes 4: Arithmetic
  • Kemampuan konsentrasi 
  • Daya nalar hitung 
  • School learning 
  • g moderat 
  • Minat hitungan, motivasi, keyakinan memecahkan masalah, keterampilan menghitung, pengetahuan berhitung.
Subtes 5: Similarities
  • Berpikir abstrak (konkrit, fungsional,abstrak/logik) 
  • Formasi konsep verbal Cara menelaah masalah (praktis, kegunaan, simbolik/abstrak) 
  • g moderat
Subtes 6: Vocabulary
  • Pengetahuan perbendaharaan kata 
  • Latar belakang pendidikan, Rentang gagasan, Pengalaman masa anak dirumah dan di sekolah 
  • Konsep formasi 
  • Kemampuan deskripsi kata 
  • g factor yang paling baik
Subtes 7: Picture Arrangement
  • Kemampuan mengamati keseluruhan 
  • Kecermatan menangkap isi persoalan, kemampuan merencanakan/planning ability 
  • Kepekaan sosial dan interpersonal content 
  • Mengerti hubungan sebab akibat hubungan sosial (non verbal) 
  • Reasoning 
  • g factor yang paling baik untuk kelompok Performance
Subtes 8: Picture Completion
  • Kemampuan membedakan hal esensial 
  • Daya konsentrasi visual 
  • Visual alertness 
  • Persepsi, kognisi, jugement, penundaan impuls, pengalaman kontak lingkungan 
  • Visual organization Visual memory 
  • Tidak ada g
Subtes 9: Block Design
  • Kemampuan mengamati tanda dengan cermat 
  • Analisa spatial relationship 
  • Nonverbal concept formation 
  • Keinginan berprestasi dan kemampuan membedakan 
  • Abstract reasoning 
  • Integrasi fungsi visual motorik 
  • Konsentrasi 
  • moderat
Subtes 10: Object Assembly
  • Kemampuan menangkap part-whole relationship 
  • Perceptual organization 
  • Analisa visual 
  • Keinginan untuk produktif 
  • Kemampuan konstruktif 
  • Tidak ada g
Subtes 11: Digit Symbol
  • Kemampuan mempelajari persoalan umum 
  • Visual motor speed (Dexterity) 
  • Pengalaman tugas komprehensif, keterampilan tangan dalam bekerja, motivasi belajar 
  • Ketelitian 
  • Kecepatan 
  • Tidak ada g
Dua subtes tambahan (khusus) pada WISC

a. Subtes Mazes
  • ·Subtes ini berisi 8 maze, dua yang pertama diberikan hanya pada anak usia dibawah 8 atau yang lebih tua dengan mengalami gangguan mental. Subtes ini berdasar pada konsep bahwa kemampuan untuk merencanakan kedepan dan bergerak secara akurat dapat diprediksikan melalui kertas yang berisi maze. 
  • Kelebihan tes ini adalah subtes tidak menggunakan kata-kata (non verbal), anak-anak merasa seperti bermain dalam subtes ini. Sementara kekurangannya subtes ini kurang terstandarisasi sebagai bagian dari WISC. Korelasi dengan skor total agak kurang.
b. Subtes coding
  • Subtes ini menuntut anak untuk menemukan symbol yang sama dan memberikan tanda yang sesuai pada kotak kosong yang disediakan. Tes ini berdasar pada konsep bahwa kemampuan untuk mempelajari symbol dan bentuk atau simbol dan angka, juga untuk mengkreasi ulang kombinasi ini dengan kertas dan pensil dalam limit waktu adalah salah satu criteria intelegensi. 
  • Subtes ini mengukur visual motor dexterity (ketangkasan/kecekatan visual motor). Juga kemampuan untuk menyerap material baru yang disajikan didalam konteks hubungan. Kecepatan dan ketepatan juga dibutuhkan. Subtes ini merupakan yang dapat paling cepat diadministrasikan. 
  • Kekurangan subtes ini adalah anak sering memandang subtes ini tidak bermutu, tidak inspiratif dan anak-anak cepat bosan. Anak dengan kordinasi visualmotor yang rendah motor akan mengalami kesulitan dalam subtes ini.
KLASIFIKASI IQ
Classification IQ
limits
% included
Very superior
128 and over
2.2
Superior
120-127
6.7
Average
91-110
50.0
Dull normal
80-90
16.1
Borderline
66-79
6.7
Deffective
65 and below
2.2


Referensi


Anastasi, Anna.2006. Tes Psikologi. Jakarta: PT Indeks

Suryabrata, Sumadi.1990. Pembimbing ke Psikodiagnostik. Yogyakarta: Rake Sarasin










Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL “KARAKTERISTIK PENDIDIKAN IPS DI INDONESIA DAN PERKEMBANGANNYA DARI MASA KEMASA”

MAKALAH PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL   “KARAKTERISTIK PENDIDIKAN IPS DI INDONESIA DAN PERKEMBANGANNYA DARI MASA KEMASA” DI...