BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia adalah mahkluk
biopsikososial dan spiritual yang unik dan menerapkan sitem terbuka serta
saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untukmempertahankan keseimbangan
hidupnya. Kesimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut sehat. Manusia
memiliki kebutuhan yang secara terus menerus untuk dipenuhinya. Manusia dibekali
cipta (cognitive), rasa (affective) dan karsa (psychomotor), serta dapat mengatur dunia
untuk kepentingan hidupnya sehingga timbullah kebudayaan dengan segala macam
corak dan bentuknya, yang membedakan dengan makhluk lainnya di bumi. Proses
perkembangan perilaku manusia sebagian ditentukan olehbkehendaknya sendiri dan
sebagian bergantung pada alam.
Manusia sebagai
makhluk biopsikososial merupakan model umum atau pendekatan yang berpendapat
bahwa biologis, psikologis (yang mencakup pikiran, emosi, dan perilaku), dan
sosial faktor, semua memainkan peran penting dalam fungsi manusia dalam konteks
penyakit atau penyakit. Memang, kesehatan paling baik dipahami dalam hal
kombinasi, psikologis, sosial dan spiritual faktor biologi daripada murni dalam
istilah biologi.
1.2. RUMUSAN MASALAH
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia adalah mahkluk
biopsikososial dan spiritual yang unik dan menerapkan sitem terbuka serta
saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untukmempertahankan keseimbangan
hidupnya. Kesimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut sehat. Manusia
memiliki kebutuhan yang secara terus menerus untuk dipenuhinya. Manusia dibekali
cipta (cognitive), rasa (affective) dan karsa (psychomotor), serta dapat mengatur dunia
untuk kepentingan hidupnya sehingga timbullah kebudayaan dengan segala macam
corak dan bentuknya, yang membedakan dengan makhluk lainnya di bumi. Proses
perkembangan perilaku manusia sebagian ditentukan olehbkehendaknya sendiri dan
sebagian bergantung pada alam.
Manusia sebagai
makhluk biopsikososial merupakan model umum atau pendekatan yang berpendapat
bahwa biologis, psikologis (yang mencakup pikiran, emosi, dan perilaku), dan
sosial faktor, semua memainkan peran penting dalam fungsi manusia dalam konteks
penyakit atau penyakit. Memang, kesehatan paling baik dipahami dalam hal
kombinasi, psikologis, sosial dan spiritual faktor biologi daripada murni dalam
istilah biologi.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu manusia
2. Apa iyang dimaksud dengan manusia sebagai makhluk biologis
3. Apa iyang dimaksud dengan manusia sebagai makhluk psikologi
4. Apa yang dimaksut dengan psikologi sosial
5. Apa yang dimaksud dengan psikologi spiritual
1.3. Tujuan
Tujuan dibuatnya
makalah ini, yaitu:
1. Memenuhi tugas mata kuliah PSIKOLOGI
PENDIDIKAN
2. Memahami konsep manusia sebagai makhluk
bio-psiko-sosial-spiritual
BAB II
KONSEP MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK
BIO-PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL
2.1 Pengertian manusia
Manusia adalah mahkluk
biopsikososial dan spiritual yang unik dan menerapkan sitem terbuka serta
saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan
hidupnya. Kesimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut sehat. Manusia memiliki
kebutuhan yang secara terus menerus untuk dipenuhinya. Manusia dibekali cipta (cognitive), rasa (affective) dan karsa (psychomotor),
serta dapat mengatur dunia untuk kepentingan hidupnya sehingga timbullah
kebudayaan dengan segala macam corak dan bentuknya, yang membedakan dengan
makhluk lainnya di bumi. Proses perkembangan perilaku manusia sebagian
ditentukan olehbkehendaknya sendiri dan sebagian bergantung pada alam.[1]
Manusia adalah makhluk
misterius dan banyak hal tentang manusia yg belum terungkap mengapa manusia
berbuat sesuatu untuk sesuatu
Manusia
adalah makhluk unik dan merupakan individu yang identik (sama)
kendati dibesarkan dalam suatu kondisi lingkungan yang sama pula.
Manusia selalu
berusaha untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Dalam mencapai kebutuhannya
tersebut, manusia mencoba belajar menggali dan menggunakan sumber-sumber yang
diperlukan berdasarkan potensi dengan segala keterbatasannya.
Manusia secara terus menerus menghadapi berbagai perubahan lingkungan dan selalu berusaha menyesuaikan diri agar tercapai keseimbangan à interaksi dengan lingkungan dan menciptakan hubungan antar manusia secara serasi.
Manusia secara terus menerus menghadapi berbagai perubahan lingkungan dan selalu berusaha menyesuaikan diri agar tercapai keseimbangan à interaksi dengan lingkungan dan menciptakan hubungan antar manusia secara serasi.
Dalam teori
keperawatan sering memandang manusia sebagai manusia
holistik yaitu Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
2.2 Manusia Sebagai
Makhluk Biologis
Secara biologis,
manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin untuk manusia),
sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan
tinggi.Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis
kelaminnya. Secara alamiah, jenis kelamin seorang anak yang baru lahir entah
laki-laki atau perempuan. Anak muda laki-laki dikenal sebagai putra dan
laki-laki dewasa sebagai pria. Anak muda perempuan dikenal sebagai putri dan
perempuan dewasa sebagai wanita. Penggolongan lainnya adalah berdasarkan usia,
mulai dari janin, bayi, balita, anak-anak, remaja, akil balik, pemuda/i,
dewasa, dan (orang) tua.
Selain itu masih
banyak penggolongan-penggolongan yang lainnya, berdasarkan ciri-ciri fisik
(warna kulit, rambut, mata; bentuk hidung; tinggi badan), afiliasi
sosio-politik-agama (penganut agama/kepercayaan XYZ, warga negara XYZ,
anggota partai XYZ), hubungan
kekerabatan (keluarga: keluarga dekat, keluarga jauh, keluarga tiri, keluarga
angkat, keluarga asuh; teman; musuh) dan lain sebagainya.
Dalam biologi, manusia
biasanya dipelajari sebagai salah satu dari berbagai spesies di muka Bumi.
Pembelajaran biologi manusia kadang juga diperluas ke aspek psikologis serta
ragawinya, tetapi biasanya tidak ke kerohanian atau keagamaan. Secara biologi,
manusia diartikan sebagai hominid dari spesies Homo sapiens. Satu-satunya
subspesies yang tersisa dari Homo Sapiens
ini adalah Homo sapiens. Mereka
biasanya dianggap sebagai satu-satunya spesies yang dapat bertahan hidup dalam
genus Homo. Manusia menggunakan daya penggerak bipedalnya (dua kaki) yang
sempurna. Dengan ada nya kedua kaki untuk menggerakan badan, kedua tungkai
depan dapat digunakan untuk memanipulasi obyek menggunakan jari jempol (ibu
jari).
Rata-rata tinggi badan
perempuan dewasa Amerika adalah 162 cm (64 inci) dan rata-rata berat 62 kg (137
pound). Pria umumnya lebih besar: 175 cm (69 inci) dan 78 kilogram (172 pound).
Tentu saja angka tersebut hanya rata rata, bentuk fisik manusia sangat
bervariasi, tergantung pada faktor tempat dan sejarah. Meskipun ukuran tubuh
umumnya dipengaruhi faktor keturunan, faktor lingkungan dan kebudayaan juga
dapat mempengaruhinya, seperti gizi makanan.
Anak manusia lahir
setelah sembilan bulan dalam masa kandungan, dengan berat pada umumnya 3-4
kilogram (6-9 pound) dan 50-60 centimeter (20-24 inci) tingginya. Tak berdaya
saat kelahiran, mereka terus bertumbuh selama beberapa tahun, umumnya mencapai
kematangan seksual pada sekitar umur 12-15 tahun. Anak laki-laki masih akan
terus tumbuh selama beberapa tahun setelah ini, biasanya pertumbuhan tersebut
akan berhenti pada umur sekitar 18 tahun.
Sebuah kerangka
manusia.Warna kulit manusia bervariasi dari hampir hitam hingga putih
kemerahan. Secara umum, orang dengan nenek moyang yang berasal dari daerah yang
terik mempunyai kulit lebih hitam dibandingkan dengan orang yang
bernenek-moyang dari daerah yang hanya mendapat sedikit sinar matahari. (Namun,
hal ini tentu saja bukan patokan mutlak, ada orang yang mempunyai nenek moyang
yang berasal dari daerah terik dan kurang terik; dan orang-orang tersebut dapat
memiliki warna kulit berbeda dalam lingkup spektrumnya.) Rata-rata, wanita
memiliki kulit yang sedikit lebih terang daripada pria.
Perkiraan panjang umur
manusia pada kelahiran mendekati 80 tahun di negara-negara makmur, hal ini bisa
tercapai berkat bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jumlah orang yang
berumur seratus tahun ke atas di dunia diperkirakan berjumlah sekitar 50,000
pada tahun 2003. Rentang hidup maksimal manusia diperhitungkan sekitar 120
tahun.
Sementara banyak
spesies lain yang punah, Manusia dapat tetap eksis dan berkembang sampai
sekarang. Keberhasilan mereka disebabkan oleh daya intelektualnya yang tinggi,
tetapi mereka juga mempunyai kekurangan fisik. Manusia cenderung menderita
obesitas lebih dari primata lainnya. Hal ini sebagian besar disebabkan karena
manusia mampu memproduksi lemak tubuh lebih banyak daripada keluarga primata
lain. Karena manusia merupakan bipedal semata (hanya wajar menggunakan dua kaki
untuk berjalan), daerah pinggul dan tulang punggung juga cenderung menjadi
rapuh, menyebabkan kesulitan dalam bergerak pada usia lanjut. Juga, manusia
perempuan menderita kerumitan melahirkan anak yang relatif (kesakitan karena
melahirkan hingga 24 jam tidaklah umum). Sebelum abad ke-20, melahirkan
merupakan siksaan berbahaya bagi beberapa wanita, dan masih terjadi di beberapa
lokasi terpencil atau daerah yang tak berkembang di dunia saat ini.
2.3 Manusia Sebagai
Makhluk Psikologi
Mengenai sifat makhluk
yang bernama manusia itu sendiri yakni bahwa makhluk itu memiliki potensi lupa
atau memiliki kemampuan bergerak yang melahirkan dinamisme, atau makhluk yang
selalu atau sewajarnya melahirkan rasa senang, humanisme dan kebahagiaan pada
pihak-pihak lain. Dan juga manusia itu pada hakikatnya merupakan makhluk yang
berfikir, berbicara, berjalan, menangis, merasa, bersikap dan bertindak serta
bergerak.
Psikologi itu
merupakan ilmu mengenai jiwa. Menurut Plato, manusia adalah jiwanya dan
tubuhnya hanya sekadar alat saja. Sedangkan aristoteles mengatakan bahwa jiwa
adalah fungsi dari badan sebagaimana penglihatan adalah fungsi dari mata.
Walaupun jiwa itu tidak nampak, tetapi dapat dilihat keadaan-keadaan yang dapat
dipandang sebagai gejala-gejala kehidupan kejiwaan, misalnya orang yang sedang
menggerutu, suatu pertanda bahwa orang ini sedang tidak senang dalam hatinya.
Dalam literatur
psikologi pada umumnya para ahli ilmu ini berpendapat bahwa penentu perilaku
utama manusia dan corak kepribadian adalah keadaan jasmani, kualitas kejiwaan,
dan situasi lingkungan. Selain itu psikologi apapun alirannya menunjukkan bahwa
filsafat yang mendasarinya bercorak antroposentrisme yang menempatkan manusia
sebagai pusat segala pengalaman dan relasi-relasinya serta penentu utama segala
peristiwa yang menyangkut masalah manusia. Aliran psikologis ini , yakni:
·
Psikoanalisis
Pendiri psikoanalisis
adalah Sigmund Freud (1856-1839), seorang neurolog berasal dari Austria,
keturunan Yahudi. Freud memandang manusia sebagai homo volens, yakni makhluk
yang perilakunya dikendalikan oleh alam bawah sadarnya. Menurut freud
kepribadian manusia terdiri dari 3 sistem yaitu id (dorongan biologis), Ego
(kesadaran terhadap realitas kehidupan), dan Superego (kesadaran normatif) yang
berinteraksi satu sama lain. Id merupakan potensi yang terbawa sejak lahir yang
berorientasi pada kenikmatan (pleasure principle), menghindari hal-hal yang
tidak menyenangkan, dan menuntut kenikmatan untuk segera dipenuhi. Ego berusaha
memenuhi keinginan dari id berdasarkan kenyataan yang ada (Reality principle).
Sedangkan superego menuntut adanya kesempurnaan dalam diri dan tuntutan yang
bersifat idealitas.
·
Behaviorisme
Aliran ini menganggap
bahwa manusia adalah netral, baik atau buruk dari perilakunya ditentukan oleh
situasi dan perlakuan yang dialami oleh manusia tersebut. Aliran ini memandang
perilaku manusia bukan dikendalikan oleh factor dalam (alam bawah sadar) tetapi
sepenuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Menurut aliran ini manusia disebut
sebagai homo machanicus, manusia mesin.
2.4. Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Mempelajari psikologi
sosial ternyata tidak sulit.ini karena ilmu tersebut sangat erat hubunganya
dengan ilmu lain seperti sosiologi, antropologi budaya, ekonomi,
sejarah, administrasi public dan bahkan ilmu hukum.[2]
Psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
bagaimana prilaku individu dapat di pengaruhi tetapi dapat juga mempengaruhi
orang dalam situasi-situasi sosial.[3]
Menurut kodratnya
manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga
diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan.
Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup
bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir
akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan
sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia
dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan
dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga
tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah
manusia.
Tanpa bantuan manusia
lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang
lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa
mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan,
bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu:
a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain
dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi
dengan orang lain
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup
di tengah-tengah manusia.
Ø Interaksi Sosial
Kata interaksi berasal
dari kata inter dan action. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik
saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial, dan masyarakat.
Interaksi adalah
proses di mana orang-oarang berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi dala
pikiran danb tindakana. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan
sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain.
Interaksi sosial antar
individu terjadi manakala dua orang bertemu, interaksi dimulai: pada saat itu
mereka saling menegeur, berjabat tangan, saling berbicara, atau bahkan mungkin
berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk dari
interaksi sosial.
Interaksi sosial
terjadi dengan didasari oleh faktor-faktor sebagai berikut
·
Imitasi adalah suatu
proses peniruan atau meniru.
·
Sugesti adalah suatu poroses di mana seorang
individu menerima suatu cara penglihatan atau peduman-pedoman tingkah laku
orang lain tanpa dkritik terlebih dahulu. Yang dimaksud sugesti di sini adalah
pengaruh pysic, baik yang datang dari dirinya sendiri maupuhn dari orang lain,
yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik. Arti sugesti dan imitasi dalam
hubungannya, dengan interaksi sosial adalaha hampir sama. Bedanya ialah bahwa
imitasi orang yang satu mengikuti salah satu dirinya, sedangkan pada sugesti
seeorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya, lalu diterima oleh orang
lain di luarnya.
·
Identifikasi dalam
psikologi berarti dorongan untuk menjadi identi (sama) dengan orang lain, baik
secara lahiriah maupun batiniah.
·
Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang
satu terhadap orang yang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional,
melainkan berdasarkan penilain perasaan seperti juga pada proses identifikasi.
Ø Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Bentuk-bentuk intraksi
sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition), dan
pertentangan (conflict). Suatu keadaan dapat dianggap sebagai bentuk keempat
dari interaksi sosial, keempat pokok dari interaksi sosial tersebut tidak perlu
merupakan kontinuitas dalam arti bahwa interaksi itu dimulai dengan adanya
kerja sama yang kemudian menjadi persaingan serta memuncak menjadi pertiakain
untuk akhirnya sampai pada akomodasi.
Gilin and Gilin pernah
mengadakan pertolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka ada dua macam pross
sosial yang timbul sebagaiu akibat adanya interaksi sosial, yaitu
1.
Proses Asosiatif,
terbagi dalam tiga bentuk khusus yaitu akomodasi, asimilasi, dan akulturasi.
a.
Akomodasi sebagai
keadaan akomodasi merupakan bentuk keseimbangan yang berkaitan dengan norma
sosial dan nilai sosial dalam interaksi antar individu atau kelompok
·
Koersi (coersion),
merupakan salah satu bentuk akomodasi yang dilakukan dengan cara kekerasan atau
paksaan baik secara fisik (langsung) maupun secara psikis(
tidak langsung) Contoh Koersi : ayah memukul adik ketika
adik ketahuan mencuri uang di dompet ayah.
·
Kompromi (compromize),
dalam akomodasi ini pihak-pihak yang memiliki konflik saling mengurangi
tuntutan masing-masing agar permasalahan cepat teratasi. Contoh Kompromi :
perjanjian yang dibuat pemerintah terhadap kelompok Gerakan Aceh Merdeka demi
menjaga kestabilitasan keamanan di Aceh.
·
Arbitrasi
(arbitration), merupakan penyelesaian masalah antara dua pihak dengan bantuan
pihak ketiga. Pihak ketiga disini ditunjuk serta memiliki kedudukan yang lebih
tinggi artinya kedua belah pihak harus menerima keputusan dari pihak ketiga
untuk menentukan pemecahan masalah. Contoh Arbitrasi : penyelesaian
pertikaian yang terjadi antara golongan buruh dengan pemiliki perusahaan oleh
Dinas tenaga kerja sebagai pihak ketiganya.
·
Mediasi (mediation),
yaitu penyelesaian masalah antara dua belah pihak yang dibantu pihak ketiga
sebagai penengah. Pihak ketiga disini berposisi netral, artinya tidak memihak
satu pihak pun dalam penyelesaian masalah tersebut. Contoh Mediasi :
pemerintah Indonesia dibantu oleh pemerintah Firlandia dalam penyelesaian
konflik dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
·
Konsiliasi
(conciliation), yaitu upaya penyelesaian masalah dengan mempertemukan keinginan
dari kedua belah pihak yang berkonflik untuk mencapai tujuan bersama melalui
lembaga-lembaga.Contoh Konsiliasi : konsultasi masalah tarif angkutan umum
antara supir angkutan umum dingan dinas perhubungan.
·
Toleransi, upaya
akomodasi yang dilandasi kesadaran untuk saling menghormati antar individu atau
kelompok yang bertikai sehingga masalah dapat di cegah
sebelum terjadi. Contoh Toleransi : toleransi antar
perbedaan kepercayaan agama yang terjadi di Indonesia.
·
Ajudikasi
(adjudication), merupakan bentuk akomadasi yang dilakuakn melalui pengadilan
(meja hijau).Contoh Ajudikasi : Penyelesaian kasus sengketa tanah lewat meja
hijau atau pengadilan.
·
Stalemate,
permasalahan yang terjadi pada konflik berhenti pada tingkatan tertentu ketika
pihak-pihak yang berkonflik tidak dapat maju ataupun mundur (seimbang).Contoh
Stalemate : pertikaian antara Amerika Serikat dengan Iran berhenti akibat isu
nuklir.
b.
Asimilasi, yaitu peleburan dua unsur kebudayaan atau lebih menjadi satu kebudayaan
milik bersama. Asimilasi mengarah pada hilangnya perbedaan
contohnya :
Musik dangdut yang merupakan hasil asimilasi dari musik tradisional
daerah dengan musik India.
Cara pernikahan di banyak agama juga merupakan hasil asimilasi dari
praktik agama yang dianut dan budaya tradisional setempat
c.
Akulturasi, merupakan proses penerimaan kebudayaan-kebudayaan lain ke dalam
kebudayaan sendiri tanpa menghilangkan kepribadian asli ataupun ciri khas dari
kebuyaan sendiri. Contohnya :
Bangunan bergaya Belanda di beberapa gedung
pemerintahan. Salah satu cirinya adalah adanya pintu utama dan pilar utama yang
berukuran sangat besar.
Masjid Demak
merupakan hasil akulturasi antara budaya Islam dan budaya Hindu. Terdapat beberapa
arsitektur bercorak Hindu, namun tetap tidak meninggalkan fungsi utama Masjid
itu sendir
2.
Proses Disosiatif,
mencakup persaingan yang meliputi “contravention” dan pertentangan pertikain.
Persaingan
Persaingan adalah suatu proses
sosial yang terjadi di mana individu atau kelompok saling bersaing untuk
berlomba atau berkompetisi mencari keuntungan melalui bidang-bidang tertentu
dengan menggunakan cara-cara yang terbuka dan adil. Misalnya, persaingan antara
dua juara kelas di satu sekolah untuk membuktikan siapa yang layak menjadi
bintang sekolah. Kedua juara kelas itu akan belajar dengan sungguh-sungguh
mencapai gelar tersebut. Persaingan yang terjadi antara dua orang merupakan
persaingan pribadi. Ada juga persaingan yang bersifat kelompok. Misalnya,
persaingan antara Persipura Jayapura dan Persib Bandung dalam memperebutkan
tempat di putaran final Liga Indonesia.
Persaingan berlangsung dalam berbagai aspek kehidupan. Berikut adalah beberapa bentuk persaingan.
Persaingan berlangsung dalam berbagai aspek kehidupan. Berikut adalah beberapa bentuk persaingan.
a.
Persaingan ekonomi, contohnya perang
iklan menawarkan produk, baik di media massa cetak maupun elektronik;
persaingan memperoleh pekerjaan.
b.
Persaingan kebudayaan, contohnya sinetron dan telenovela,
peminat film Avatar lebih banyak daripada penggemar film Si Unyil, persaingan
antara tontonan tradisional seperti wayang orang dan film-film di bioskop
c.
Persaingan kedudukan dan peranan,
misalnya persaingan antara para calon gubernur dan wakil gubernur dalam
pilkada.
d.
Persaingan ras, misalnya persaingan
antara orang kulit putih dan orang kulit hitam di Afrika Selatan.
Pertentangan
Pertentangan adalah suatu proses
sosial di mana seseorang atau kelompok dengan sadar atau tidak sadar menentang
pihak lain yang disertai ancaman atau kekerasan untuk mencapai tujuan atau
keinginannya. Konflik biasanya terjadi karena adanya perbedaan paham dan
kepentingan. Hal ini dapat menimbulkan semacam gap (jurang pemisah) yang dapat
mengganggu interaksi sosial di antara pihak-pihak yang bertikai. Pertentangan
dapat terjadi pada semua lapisan masyarakat, individu atau kelompok, mulai dari
lingkungan kecil sampai masyarakat luas. Pertentangan dapat timbul karena:
a. perbedaan
pendapat, prinsip, aturan antar individu.
b. perbedaan adat istiadat, kebudayaan
c. perbedaan kepentingan politik,
ekonomi, dan sosial
d. perubahan sosial, disorganisasi, dan
disintegrasi
Kontravensi
Kontravensi ialah bentuk interaksi
sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan. Kontravensi ditandai
dengan gejala adanya ketidakpuasan terhadap seseorang atau sesuatu. Sikap
tersebut dapat terlihat jelas atau tersembunyi. Sikap tersembunyi tersebut
dapat berbuah menjadi kebencian, akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan
atau pertikaian. Menurut sifatnya, bentuk-bentuk kontravensi adalah sebagai
berikut.
a.
Umum:
penolakan, keengganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes,
gangguan-gangguan, perbuatan kekerasan, dan mengacaukan rencana pihak lain.
b.
Sederhana:
menyangkal pernyataan orang lain di muka umum, memaki-maki melalui selebaran,
mencerca, memfitnah, melemparkan beban pembuktian kepada pihak lain.
c.
Intensif:
penghasutan, menyebarkan desas-desus, mengecewakan pihak-pihak lain.
d.
Rahasia:
mengumumkan rahasia pihak lain, perbuatan khianat.
e.
Taktis: mengejutkan lawan, mengganggu atau
membingungkan pihak lain, memaksa pihak lain dengan kekerasan, provokasi, dan
intimidasi.
3.
Ø Adaptasi
Adaptasi
adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam berespon
terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari, promosi
kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga atau komunitas
terhadap stress.Ada banyak bentuk adaptasi. Adaptasi fisiologis memungkinkan
homeostasis fisiologis (Homeostasis adalah suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam
menghadapi kondisi yang di alaminya).
Namun demikian mungkin terjadi proses yang serupa dalam dimensi psikososial dan
dimensi lainnya.
Suatu
proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan eksternal
menyebabkan penyimpangan keseimbangan organisme. Dengan demikian adaptasi
adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang optimal. Adaptasi
melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk perlindungan, mekanisme koping dan
idealnya dapat mengarah pada penyesuaian atau penguasaan situasi (Selye, 1976,
; Monsen, Floyd dan Brookman, 1992).Stresor yang menstimulasi adaptasi mungkin
berjangka pendek, seperti demam atau berjangka panjang seperti paralysis dari
anggota gerak tubuh. Agar dapat berfungsi optimal, seseorang harus mampu
berespons terhadap stressor dan beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan
yang dibutuhkan. Adaptasi membutuhkan respons aktif dari seluruh individu.
2.5. Pandangan Tentang
Manusia sebagai Makhluk Spiritual
Dalam hal kerohanian,
mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama,
dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup,
dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Manusia adalah
satu kata yang sangat bermakna dimana makhluk yang sangat sempurna dari makhluk
makhluk lainya ,makhluk yang sangat spesial dan berbeda dari makhluk yang ada
sebelumnya , makhluk yang bersifat nyata dan mempunyai akal fikiran dan nafsu
yang diberikan Tuhan untuk berfikir, mecari kebenaran, mencari Ilmu
Pengetahuan, membedakan mana yang baik atau buruk, dan hal lainya. Karena
begitu banyak kesempurnaan yang di miliki manusia tidak terlepas dari tugas
mereka sebagai khalifah di Bumi ini. Karena itu, kualitas, hakikat, fitrah,
kesejatian manusia adalah baik, benar, dan indah. Tidak ada makhluk di dunia
ini yang memiliki kualitas dan kesejatian semulia itu . Sungguhpun demikian,
harus diakui bahwa kualitas dan hakikat baik benar dan indah itu selalu
mengisyaratkan dilema-dilema dalam proses pencapaiannya. Artinya, hal tersebut
mengisyaratkan sebuah proses perjuangan yang amat berat untuk bisa menyandang
predikat seagung itu. Sebab didalam hidup manusia selalu dihadapkan pada
tantangan moral yang saling mengalahkan satu sama lain. Karena itu, kualitas
sebaliknya yaitu buruk, salah, dan jelek selalu menjadi batu sandungan bagi
manusia untuk meraih prestasi sebagai manusia berkualitas.
Secara fitrah manusia
menginginkan “kesatuan dirinya” dengan Tuhan, karena itulah pergerakan dan
perjalanan hidup manusia adalah sebuah evolusi spiritual menuju dan mendekat
kepada Sang Pencipta. Tujuan mulia itulah yang akhirnya akan mengarahkan dan
mengaktualkan potensi dan fitrah tersembunyi manusia untuk digunakan sebagai
sarana untuk mencapai “spirituality progress”.
Menurut Abraham Maslow
manusia mempunyai lima kebutuhan yang membentuk tingkatan-tingkatan atau
disebut juga hirarki dari yang paling penting hingga yang tidak penting dan
dari yang mudah hingga yang sulit untuk dicapai atau didapat. Motivasi manusia
sangat dipengaruhi oleh kebutuhan mendasar yang perlu dipenuhi. Kebutuhan
maslow harus memenuhi kebutuhan yang paling penting dahulu kemudian meningkat
ke yang tidak terlalu penting. Untuk dapat merasakan nikmat suatu tingkat
kebutuhan perlu dipuaskan dahulu kebutuhan yang berada di bawahnya .
Lima (5) kebutuhan
dasar Maslow – disusun berdasarkan kebutuhan yang paling penting hingga yang
tidak terlalu krusial :
·
Kebutuhan Fisiologis.
Contohnya adalah : Sandang: pakaian, pangan: makanan, papan: rumah, dan
kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain
sebagainya.
·
Kebutuhan Keamanan dan
Keselamatan. Contoh seperti : Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas
dari rasa sakit, bebas dari teror, dan lain sebagainya.
·
Kebutuhan Sosial.
Misalnya adalah : memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan
jenis, dan lain-lain.
·
Kebutuhan Penghargaan. Contoh : pujian,
piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya.
·
Kebutuhan Aktualisasi
Diri. Adalah kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan
bakat dan minatnya.
2.6. Perkembangan Spiritual Peserta Didik
A. Pengertian spiritual
Spiritual berasal dari bahasa latin
“spiritus” yang berarti nafas atau udara, spirit memberikan hidup, menjiwai
seseorang. Spiritual meliputi komunikasi dengan Tuhan (fox 1983), dan upaya
seseorang untuk bersatu dengan Tuhan (Magill dan Mc Greal 1988), spiritualitas
didefinisikan sebagai suatu kepercayaan akan adanya suatu kekuatan atau suatu
yang lebih agung dari dirisendiri (Witmer 1989).
Karakteristik
spiritual
Karakteristik spiritual yang utama
meliputi perasaan dari keseluruhan dan keselarasan dalam diri seorang, dengan
orang lain, dan dengan Tuhan atau kekuatan tertinggi sebagai satu penetapan.
Orang-orang, menurut tingkat perkembangan mereka, pengalaman, memperhitungkan
keamanan individu, tanda-tanda kekuatan, dan perasaan dari harapan. Hal itu
tidak berarti bahwa individu adalah puas secara total dengan hidup atau jawaban
yang mereka miliki. Seperti setiap hidup individu berkembang secara normal,
timbul situasi yang menyebabkan kecemasan, tidak berdaya, atau
kepusingan. Karakteristik kebutuhan spiritual meliputi:
a. Kepercayaan
b. Pemaafan
c. Cinta dan hubungan
d. Keyakinan, kreativitas dan
harapan
e. Maksud dan tujuan serta
anugrah dan harapan.
Karakteristik dari kebutuhan
spiritual ini menjadi dasar dalam menentukan karakteristik dari perubahan
fungsi spiritual yang akan mengrahkan individu dalam berperilaku, baik itu
kearah perilaku yang adaptif maupun perilaku yang maladaptif.
perkembangan aspek spiritual
berdasarkan tumbuh-kembang manusia. Perkembangan spiritual pada anak sangatlah
penting untuk diperhatikan.
1. Individu
yang berusia antara 0-18 bulan, Bayi yang sedang dalam proses tumbuh
kembang, yang mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial, dan
spiritual) yang berbeda dengan orang dewasa. Anak adalah individu yang masih bergantung
pada orang dewasa dan lingkungan, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat
memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri.
Tahap awal perkembangan manusia dimulai dari masa perkembangan bayi. Haber (1987)
menjelaskan bahwa perkembangan spiritual bayi merupakan dasar untuk
perkembangan spiritual selanjutnya. Bayi memang belum memiliki moral untuk
mengenal arti spiritual. Keluarga yang spiritualnya baik merupakan sumber dari
terbentuknya perkembangan spiritual yang baik pada bayi.
2. Dimensi spiritual mulai menunjukkan
perkembangan pada masa kanak-kanak awal (18 bulan-3 tahun). Anak sudah
mengalami peningkatan kemampuan kognitif. Anak dapat belajar membandingkan hal
yang baik dan buruk untuk melanjuti peran kemandirian yang lebih besar. Tahap
perkembangan ini memperlihatkan bahwa anak-anak mulai berlatih untuk
berpendapat dan menghormati acara-acara ritual dimana mereka merasa tinggal
dengan aman. Observasi kehidupan spiritual anak dapat dimulai dari kebiasaan
yang sederhana seperti cara berdoa sebelum tidur dan berdoa sebelum makan, atau
cara anak memberi salam dalam kehidupan sehari-hari. Anak akan lebih merasa
senang jika menerima pengalaman-pengalaman baru, termasuk pengalaman spiritual.
3. Perkembangan
spiritual pada anak masa pra sekolah (3-6 tahun) berhubungan erat dengan
kondisi psikologis dominannya yaitu super ego. Anak usia pra sekolah mulai
memahami kebutuhan sosial, norma, dan harapan, serta berusaha menyesuaikan
dengan norma keluarga. Anak tidak hanya membandingkan sesuatu benar atau salah,
tetapi membandingkan norma yang dimiliki keluarganya dengan norma keluarga
lain. Kebutuhan anak pada masa pra sekolah adalah mengetahui filosofi yang
mendasar tentang isu-isu spiritual. Kebutuhan spiritual ini harus diperhatikan
karena anak sudah mulai berfikiran konkrit. Mereka kadang sulit menerima
penjelasan mengenai Tuhan yang abstrak, bahkan mereka masih kesulitan
membedakan Tuhan dan orang tuanya.
4. Usia
sekolah merupakan masa yang paling banyak mengalami peningkatan kualitas
kognitif pada anak (6-12 tahun). Anak usia sekolah (6-12 tahun)
berfikir secara konkrit, tetapi mereka sudah dapat menggunakan konsep abstrak
untuk memahami gambaran dan makna spriritual dan agama mereka. Minat anak sudah
mulai ditunjukan dalam sebuah ide, dan anak dapat diajak berdiskusi dan
menjelaskan apakah keyakinan. Orang tua dapat mengevaluasi pemikiran sang anak
terhadap dimensi spiritual mereka.
5. Remaja
(12-18 tahun). Pada tahap ini individu sudah mengerti akan arti dan tujuan
hidup, Menggunakan pengetahuan misalnya untuk mengambil keputusan saat ini dan
yang akan datang. Kepercayaan berkembang dengan mencoba dalam hidup. Remaja
menguji nilai dan kepercayaan orang tua mereka dan dapat menolak atau menerimanya.
Secara alami, mereka dapat bingung ketika menemukan perilaku dan role model
yang tidak konsisten. Pada tahap ini kepercayaan pada kelompok paling tinggi
perannya daripada keluarga. Tetapi keyakinan yang diambil dari orang lain
biasanya lebih mirip dengan keluarga, walaupun mereka protes dan memberontak
saat remaja. Bagi orang tua ini merupakan tahap paling sulit karena orang tua
melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali
muncul konflik orang tua dan remaja.
6. Dewasa
muda (18-25 tahun). Pada tahap ini individu menjalani proses
perkembangannya dengan melanjutkan pencarian identitas spiritual, memikirkan
untuk memilih nilai dan kepercayaan mereka yang dipelajari saaat kanak-kanak
dan berusaha melaksanakan sistem kepercayaan mereka sendiri. Spiritual bukan
merupakan perhatian utama pada usia ini, mereka lebih banyak memudahkan hidup
walaupun mereka tidak memungkiri bahwa mereka sudah dewasa.
7. Dewasa
pertengahan (25-38 tahun). Dewasa pertenghan merupakan tahap perkembangan
spiritual yang sudah benar-benar mengetahui konsep yang benar dan yang salah,
mereka menggunakan keyakinan moral, agama dan etik sebagai dasar dari sistem
nilai. Mereka sudah merencanakan kehidupan, mengevaluasi apa yang sudah
dikerjakan terhadap kepercayaan dan nilai spiritual.
8. Dewasa akhir (38-65 tahun). Periode
perkembangan spiritual pada tahap ini digunakan untuk instropeksi dan mengkaji
kembali dimensi spiritual, kemampuan intraspeksi ini sama baik dengan dimensi
yang lain dari diri individu tersebut. Biasanya kebanyakan pada tahap ini
kebutuhan ritual spiritual meningkat.
9. Lanjut usia (65 tahun
sampai kematian). Pada tahap perkembangan ini, menurut Haber (1987) pada
masa ini walaupun membayangkan kematian mereka banyak menggeluti spiritual
sebagai isu yang menarik, karena mereka melihat agama sebagai faktor yang
mempengaruhi kebahagian dan rasa berguna bagi orang lain. Riset membuktikan
orang yang agamanya baik, mempunyai kemungkinan melanjutkan kehidupan lebih
baik. Bagi lansia yang agamanya tidak baik menunjukkan tujuan hidup yang
kurang, rasa tidak berharga, tidak dicintai, ketidakbebasan dan rasa takut
mati. Sedangkan pada lansia yang spiritualnya baik ia tidak takut mati dan
dapat lebih mampu untuk menerima kehidupan. Jika merasa cemas terhadap kematian
disebabkan cemas pada proses bukan pada kematian itu sendiri. Dimensi
spiritual menjadi bagian yang komprehensif dalam kehidupan manusia. Karena
setiap individu pasti memiliki aspek spiritual, walaupun dengan tingkat
pengalaman dan pengamalan yang berbeda-beda berdasarkan nilai dan keyaninan
mereka yang mereka percaya. Setiap fase dari tahap perkembangan individu
menunjukkan perbedaan tingkat atau pengalaman spiritual yang berbeda.
2.7.
TEORI KOGNITIF PIAGET
A. Teori Kognitif Jean Piaget
Teori
perkembangan kognitif piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana
anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian
disekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek,
seperti mainan, perabot, dan makanan, serta objek-objek social seperti diri,
orang tua dan teman.
Pada
pandangan piaget (1952), kemampuan atau perkembangan kognitif adalah hasil dari
hubungan perkembangan otak dan system nervous dan pengalaman-pengalaman yang
membantu individu untuk beradaptasi dengan lingkungannya.
Piaget
(1964) berpendapat, karena manusia secara genetik sama dan mempunyai pengalaman
yang hampir sama, mereka dapat diharapkan untuk sungguh-sungguh memperlihatkan
keseragaman dalam perkembangan kognitif mereka. Oleh karena itu, dia
mengembangkan empat tahap tingkatan perkembangan kognitif yang akan terjadi
selama masa kanak-kanak sampai remaja, yaitu sensori motor (0-2 tahun) dan
praoperasional (2-7 tahun). Yang akan kita bicarakan untuk masa kanak-kanak
adalah dua tahap ini lebih dahulu, sedangkan dua tahap yang lain, yaitu
operasional konkret (7-11 tahun) dan operasional formal (11-dewasa), akan kita
bicarakan pada masa awal pubertas dan masa remaja.
Dalam
teori perkembangan kognitif Piaget, masa remaja adalah tahap transisi dari
penggunaan berpikir konkret secara operasional ke berpikir formal secara
operasional. Remaja mulai menyadari batasan-batasan pikiran mereka. Mereka
berusaha dengan konsep-konsep yang jauh dari pengalaman mereka sendiri.
Inhelder dan Piaget (1978) mengakui bahwa perubahan otak pada pubertas mungkin
diperlukan untuk kemajuan kognitif remaja.
B. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif
Piaget
Menurut
Jean Piaget, perkembangan manusia melalui empat tahap perkembangan kognitif
dari lahir sampai dewasa. Setiap tahap ditandai dengan munculnya kemampuan
intelektual baru di mana manusia mulai mengerti dunia yang bertambah kompleks.
Tahap-Tahap
|
Umur
|
Kemampuan
|
Sensori-motorik
|
0-2 tahun
|
Menunjuk pada konsep
permanensi objek, yaitu kecakapan psikis untuk mengerti bahwa suatu objek
masih tetap ada. Meskipun pada waktu itu tidak tampak oleh kita dan tidak
bersangkutan dengan aktivitas pada waktu itu. Tetapi, pada stadium ini
permanen objek belum sempurna.
|
Praoperasional
|
2-7 tahun
|
Perkembangan kemampuan
menggunakan simbol-simbol yang menggambarkan objek yang ada di sekitarnya.
Berpikir masih egosentris dan berpusat.
|
Operasional
|
7-11 tahun
|
Mampu berpikir logis.
Mampu konkret memperhatikan lebih dari satu dimensi sekaligus dan juga dapat menghubungka
dimensi ini satu sama lain. Kurang egosentris. Belum bisa berpikir abstrak.
|
Operasional formal
|
11tahun-dewasa
|
Mampu
berpikir abstrak dan dapat menganalisis masalah secara ilmiah dan kemudian
menyelesaikan masalah.
|
B.
TEORI
BELAJAR KOGNITIF
Teori belajar cognitive field
menitik beratkan perhatian pada kepribadian dan psikologi sosial, Karena pada
hakikatnya masing-masing individu berada dalam suatu medan kekuatan, yang
bersifat psikologis, yang disebut life space. Life space mencakup perwujudan
lingkungan di mana individu bereaksi, misalnya orang yang dijumpai, pungsi
kejiwaan yang dimiliki dan objek material yang dihadapi.[4]
Teori
benyamin s. bloom
Benyamin s. bloom telah
mengembangkan “taksonomi” untuk domain kognitif. Taksonomi adalah mitode untuk
membuat aturan pemikiran dari tahap dasar ke arah yang lebih tinggi dari
kegiatan mental, dengan enam tahap sebagai berikut.
a.
Pengetahuan
b.
Pemahaman
c.
Aplikasi
d.
Analisis
e.
Sentisis
f.
evaluasi[5]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Manusia merupakan
makhluk bio-psikososial yang utuh dan unik dan mempunyai kebutuhan
bio-psiko-sosio-spiritual. Dalam hal ini manusia dipandang secara menyeluruh
dan holistik.
Mempunyai siklus
kehidupan meliputi kembang, memberi keturunan, memiliki kemampuan untuk
mengatasi perubahan dengan menggunakan berbagai mekanisme yang dibawa sejak
lahir maupun yang didapat bersifat biologis, psikologis dan sosial.
Manusia cenderung
untuk selalu mempertahankan keseimbangan kondisi internal yang disebut
hemostatis. Manusia selalu mencoba memenuhi kebutuhannya melalui serangkaian
peristiwa yang mencakup belajar, menggali, serta menggunakan sumber-sumber yang
diperlukan berdasarkan potensi dan keterbatasannya. Manusia mempunyai kemampuan
berpikir, belajar merasionalisasi, berkomunikasi serta mengembangkan budidaya
dan nilai-nilai.
Oleh karena itu
manusia adalah faktor penting dalam keperawatan:
- Tindakan keperawatan berdasarkan pada
kebutuhan manusia. Keperawatan dilaksanakan secara universal terjadi pada semua
tingkatan manusia
- Tingkah laku dalam keperawatan meliputi rasa
simpati, empati, menghargai orang lain, tenggang rasa
- Keperawatan menghargai kepercayaan dan
nilai-nilai yang dianut manusiaKeperawatan membantu klien mengenal dirinya,
sebagai makhluk yang memiliki kebutuhan yang unik
DAFTAR PUSTAKA
Alimul,
A.Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba
Medika
www.g oogle.com (manusia sebagai
makhluk biopsikososial dan spiritual)
Prof. Dr.
H. Djaali. 13220. Psikologi pendidikan. Jakarta: Bumi aksara.
Fisher ,
Ronald J,1982. Social psychology: An Approch.new York:St. Martin Press.
Sugeng Sejati, 2012. Psikologi Sosial. Yokyakarta: Teras
[1] http://teonkognitifpiaget,blogspot.co.id/2010.
[2] Kuppuswamy, B, Elements of Social psychology (New Delhi: Vikas
Publishing Hous PVT LTD,1979), hlm. 12.
[4] Prof. Dr. H. Djaali, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: Bumu Aksara,
13220 ), hlm. 75.
[5] Psikologi Pendidikan,Benyamin S. Bloom, hlm. 77
1.3. Tujuan
Tujuan dibuatnya
makalah ini, yaitu:
1. Memenuhi tugas mata kuliah PSIKOLOGI
PENDIDIKAN
2. Memahami konsep manusia sebagai makhluk
bio-psiko-sosial-spiritual
BAB II
KONSEP MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK
BIO-PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL
2.1 Pengertian manusia
Manusia adalah mahkluk
biopsikososial dan spiritual yang unik dan menerapkan sitem terbuka serta
saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan
hidupnya. Kesimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut sehat. Manusia memiliki
kebutuhan yang secara terus menerus untuk dipenuhinya. Manusia dibekali cipta (cognitive), rasa (affective) dan karsa (psychomotor),
serta dapat mengatur dunia untuk kepentingan hidupnya sehingga timbullah
kebudayaan dengan segala macam corak dan bentuknya, yang membedakan dengan
makhluk lainnya di bumi. Proses perkembangan perilaku manusia sebagian
ditentukan olehbkehendaknya sendiri dan sebagian bergantung pada alam.[1]
Manusia adalah makhluk
misterius dan banyak hal tentang manusia yg belum terungkap mengapa manusia
berbuat sesuatu untuk sesuatu
Manusia
adalah makhluk unik dan merupakan individu yang identik (sama)
kendati dibesarkan dalam suatu kondisi lingkungan yang sama pula.
Manusia selalu
berusaha untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Dalam mencapai kebutuhannya
tersebut, manusia mencoba belajar menggali dan menggunakan sumber-sumber yang
diperlukan berdasarkan potensi dengan segala keterbatasannya.
Manusia secara terus menerus menghadapi berbagai perubahan lingkungan dan selalu berusaha menyesuaikan diri agar tercapai keseimbangan à interaksi dengan lingkungan dan menciptakan hubungan antar manusia secara serasi.
Manusia secara terus menerus menghadapi berbagai perubahan lingkungan dan selalu berusaha menyesuaikan diri agar tercapai keseimbangan à interaksi dengan lingkungan dan menciptakan hubungan antar manusia secara serasi.
Dalam teori
keperawatan sering memandang manusia sebagai manusia
holistik yaitu Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
2.2 Manusia Sebagai
Makhluk Biologis
Secara biologis,
manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin untuk manusia),
sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan
tinggi.Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis
kelaminnya. Secara alamiah, jenis kelamin seorang anak yang baru lahir entah
laki-laki atau perempuan. Anak muda laki-laki dikenal sebagai putra dan
laki-laki dewasa sebagai pria. Anak muda perempuan dikenal sebagai putri dan
perempuan dewasa sebagai wanita. Penggolongan lainnya adalah berdasarkan usia,
mulai dari janin, bayi, balita, anak-anak, remaja, akil balik, pemuda/i,
dewasa, dan (orang) tua.
Selain itu masih
banyak penggolongan-penggolongan yang lainnya, berdasarkan ciri-ciri fisik
(warna kulit, rambut, mata; bentuk hidung; tinggi badan), afiliasi
sosio-politik-agama (penganut agama/kepercayaan XYZ, warga negara XYZ,
anggota partai XYZ), hubungan
kekerabatan (keluarga: keluarga dekat, keluarga jauh, keluarga tiri, keluarga
angkat, keluarga asuh; teman; musuh) dan lain sebagainya.
Dalam biologi, manusia
biasanya dipelajari sebagai salah satu dari berbagai spesies di muka Bumi.
Pembelajaran biologi manusia kadang juga diperluas ke aspek psikologis serta
ragawinya, tetapi biasanya tidak ke kerohanian atau keagamaan. Secara biologi,
manusia diartikan sebagai hominid dari spesies Homo sapiens. Satu-satunya
subspesies yang tersisa dari Homo Sapiens
ini adalah Homo sapiens. Mereka
biasanya dianggap sebagai satu-satunya spesies yang dapat bertahan hidup dalam
genus Homo. Manusia menggunakan daya penggerak bipedalnya (dua kaki) yang
sempurna. Dengan ada nya kedua kaki untuk menggerakan badan, kedua tungkai
depan dapat digunakan untuk memanipulasi obyek menggunakan jari jempol (ibu
jari).
Rata-rata tinggi badan
perempuan dewasa Amerika adalah 162 cm (64 inci) dan rata-rata berat 62 kg (137
pound). Pria umumnya lebih besar: 175 cm (69 inci) dan 78 kilogram (172 pound).
Tentu saja angka tersebut hanya rata rata, bentuk fisik manusia sangat
bervariasi, tergantung pada faktor tempat dan sejarah. Meskipun ukuran tubuh
umumnya dipengaruhi faktor keturunan, faktor lingkungan dan kebudayaan juga
dapat mempengaruhinya, seperti gizi makanan.
Anak manusia lahir
setelah sembilan bulan dalam masa kandungan, dengan berat pada umumnya 3-4
kilogram (6-9 pound) dan 50-60 centimeter (20-24 inci) tingginya. Tak berdaya
saat kelahiran, mereka terus bertumbuh selama beberapa tahun, umumnya mencapai
kematangan seksual pada sekitar umur 12-15 tahun. Anak laki-laki masih akan
terus tumbuh selama beberapa tahun setelah ini, biasanya pertumbuhan tersebut
akan berhenti pada umur sekitar 18 tahun.
Sebuah kerangka
manusia.Warna kulit manusia bervariasi dari hampir hitam hingga putih
kemerahan. Secara umum, orang dengan nenek moyang yang berasal dari daerah yang
terik mempunyai kulit lebih hitam dibandingkan dengan orang yang
bernenek-moyang dari daerah yang hanya mendapat sedikit sinar matahari. (Namun,
hal ini tentu saja bukan patokan mutlak, ada orang yang mempunyai nenek moyang
yang berasal dari daerah terik dan kurang terik; dan orang-orang tersebut dapat
memiliki warna kulit berbeda dalam lingkup spektrumnya.) Rata-rata, wanita
memiliki kulit yang sedikit lebih terang daripada pria.
Perkiraan panjang umur
manusia pada kelahiran mendekati 80 tahun di negara-negara makmur, hal ini bisa
tercapai berkat bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jumlah orang yang
berumur seratus tahun ke atas di dunia diperkirakan berjumlah sekitar 50,000
pada tahun 2003. Rentang hidup maksimal manusia diperhitungkan sekitar 120
tahun.
Sementara banyak
spesies lain yang punah, Manusia dapat tetap eksis dan berkembang sampai
sekarang. Keberhasilan mereka disebabkan oleh daya intelektualnya yang tinggi,
tetapi mereka juga mempunyai kekurangan fisik. Manusia cenderung menderita
obesitas lebih dari primata lainnya. Hal ini sebagian besar disebabkan karena
manusia mampu memproduksi lemak tubuh lebih banyak daripada keluarga primata
lain. Karena manusia merupakan bipedal semata (hanya wajar menggunakan dua kaki
untuk berjalan), daerah pinggul dan tulang punggung juga cenderung menjadi
rapuh, menyebabkan kesulitan dalam bergerak pada usia lanjut. Juga, manusia
perempuan menderita kerumitan melahirkan anak yang relatif (kesakitan karena
melahirkan hingga 24 jam tidaklah umum). Sebelum abad ke-20, melahirkan
merupakan siksaan berbahaya bagi beberapa wanita, dan masih terjadi di beberapa
lokasi terpencil atau daerah yang tak berkembang di dunia saat ini.
2.3 Manusia Sebagai
Makhluk Psikologi
Mengenai sifat makhluk
yang bernama manusia itu sendiri yakni bahwa makhluk itu memiliki potensi lupa
atau memiliki kemampuan bergerak yang melahirkan dinamisme, atau makhluk yang
selalu atau sewajarnya melahirkan rasa senang, humanisme dan kebahagiaan pada
pihak-pihak lain. Dan juga manusia itu pada hakikatnya merupakan makhluk yang
berfikir, berbicara, berjalan, menangis, merasa, bersikap dan bertindak serta
bergerak.
Psikologi itu
merupakan ilmu mengenai jiwa. Menurut Plato, manusia adalah jiwanya dan
tubuhnya hanya sekadar alat saja. Sedangkan aristoteles mengatakan bahwa jiwa
adalah fungsi dari badan sebagaimana penglihatan adalah fungsi dari mata.
Walaupun jiwa itu tidak nampak, tetapi dapat dilihat keadaan-keadaan yang dapat
dipandang sebagai gejala-gejala kehidupan kejiwaan, misalnya orang yang sedang
menggerutu, suatu pertanda bahwa orang ini sedang tidak senang dalam hatinya.
Dalam literatur
psikologi pada umumnya para ahli ilmu ini berpendapat bahwa penentu perilaku
utama manusia dan corak kepribadian adalah keadaan jasmani, kualitas kejiwaan,
dan situasi lingkungan. Selain itu psikologi apapun alirannya menunjukkan bahwa
filsafat yang mendasarinya bercorak antroposentrisme yang menempatkan manusia
sebagai pusat segala pengalaman dan relasi-relasinya serta penentu utama segala
peristiwa yang menyangkut masalah manusia. Aliran psikologis ini , yakni:
·
Psikoanalisis
Pendiri psikoanalisis
adalah Sigmund Freud (1856-1839), seorang neurolog berasal dari Austria,
keturunan Yahudi. Freud memandang manusia sebagai homo volens, yakni makhluk
yang perilakunya dikendalikan oleh alam bawah sadarnya. Menurut freud
kepribadian manusia terdiri dari 3 sistem yaitu id (dorongan biologis), Ego
(kesadaran terhadap realitas kehidupan), dan Superego (kesadaran normatif) yang
berinteraksi satu sama lain. Id merupakan potensi yang terbawa sejak lahir yang
berorientasi pada kenikmatan (pleasure principle), menghindari hal-hal yang
tidak menyenangkan, dan menuntut kenikmatan untuk segera dipenuhi. Ego berusaha
memenuhi keinginan dari id berdasarkan kenyataan yang ada (Reality principle).
Sedangkan superego menuntut adanya kesempurnaan dalam diri dan tuntutan yang
bersifat idealitas.
·
Behaviorisme
Aliran ini menganggap
bahwa manusia adalah netral, baik atau buruk dari perilakunya ditentukan oleh
situasi dan perlakuan yang dialami oleh manusia tersebut. Aliran ini memandang
perilaku manusia bukan dikendalikan oleh factor dalam (alam bawah sadar) tetapi
sepenuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Menurut aliran ini manusia disebut
sebagai homo machanicus, manusia mesin.
2.4. Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Mempelajari psikologi
sosial ternyata tidak sulit.ini karena ilmu tersebut sangat erat hubunganya
dengan ilmu lain seperti sosiologi, antropologi budaya, ekonomi,
sejarah, administrasi public dan bahkan ilmu hukum.[2]
Psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
bagaimana prilaku individu dapat di pengaruhi tetapi dapat juga mempengaruhi
orang dalam situasi-situasi sosial.[3]
Menurut kodratnya
manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga
diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan.
Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup
bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir
akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan
sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia
dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan
dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga
tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah
manusia.
Tanpa bantuan manusia
lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang
lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa
mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan,
bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu:
a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain
dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi
dengan orang lain
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup
di tengah-tengah manusia.
Ø Interaksi Sosial
Kata interaksi berasal
dari kata inter dan action. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik
saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial, dan masyarakat.
Interaksi adalah
proses di mana orang-oarang berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi dala
pikiran danb tindakana. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan
sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain.
Interaksi sosial antar
individu terjadi manakala dua orang bertemu, interaksi dimulai: pada saat itu
mereka saling menegeur, berjabat tangan, saling berbicara, atau bahkan mungkin
berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk dari
interaksi sosial.
Interaksi sosial
terjadi dengan didasari oleh faktor-faktor sebagai berikut
·
Imitasi adalah suatu
proses peniruan atau meniru.
·
Sugesti adalah suatu poroses di mana seorang
individu menerima suatu cara penglihatan atau peduman-pedoman tingkah laku
orang lain tanpa dkritik terlebih dahulu. Yang dimaksud sugesti di sini adalah
pengaruh pysic, baik yang datang dari dirinya sendiri maupuhn dari orang lain,
yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik. Arti sugesti dan imitasi dalam
hubungannya, dengan interaksi sosial adalaha hampir sama. Bedanya ialah bahwa
imitasi orang yang satu mengikuti salah satu dirinya, sedangkan pada sugesti
seeorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya, lalu diterima oleh orang
lain di luarnya.
·
Identifikasi dalam
psikologi berarti dorongan untuk menjadi identi (sama) dengan orang lain, baik
secara lahiriah maupun batiniah.
·
Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang
satu terhadap orang yang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional,
melainkan berdasarkan penilain perasaan seperti juga pada proses identifikasi.
Ø Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Bentuk-bentuk intraksi
sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition), dan
pertentangan (conflict). Suatu keadaan dapat dianggap sebagai bentuk keempat
dari interaksi sosial, keempat pokok dari interaksi sosial tersebut tidak perlu
merupakan kontinuitas dalam arti bahwa interaksi itu dimulai dengan adanya
kerja sama yang kemudian menjadi persaingan serta memuncak menjadi pertiakain
untuk akhirnya sampai pada akomodasi.
Gilin and Gilin pernah
mengadakan pertolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka ada dua macam pross
sosial yang timbul sebagaiu akibat adanya interaksi sosial, yaitu
1.
Proses Asosiatif,
terbagi dalam tiga bentuk khusus yaitu akomodasi, asimilasi, dan akulturasi.
a.
Akomodasi sebagai
keadaan akomodasi merupakan bentuk keseimbangan yang berkaitan dengan norma
sosial dan nilai sosial dalam interaksi antar individu atau kelompok
·
Koersi (coersion),
merupakan salah satu bentuk akomodasi yang dilakukan dengan cara kekerasan atau
paksaan baik secara fisik (langsung) maupun secara psikis(
tidak langsung) Contoh Koersi : ayah memukul adik ketika
adik ketahuan mencuri uang di dompet ayah.
·
Kompromi (compromize),
dalam akomodasi ini pihak-pihak yang memiliki konflik saling mengurangi
tuntutan masing-masing agar permasalahan cepat teratasi. Contoh Kompromi :
perjanjian yang dibuat pemerintah terhadap kelompok Gerakan Aceh Merdeka demi
menjaga kestabilitasan keamanan di Aceh.
·
Arbitrasi
(arbitration), merupakan penyelesaian masalah antara dua pihak dengan bantuan
pihak ketiga. Pihak ketiga disini ditunjuk serta memiliki kedudukan yang lebih
tinggi artinya kedua belah pihak harus menerima keputusan dari pihak ketiga
untuk menentukan pemecahan masalah. Contoh Arbitrasi : penyelesaian
pertikaian yang terjadi antara golongan buruh dengan pemiliki perusahaan oleh
Dinas tenaga kerja sebagai pihak ketiganya.
·
Mediasi (mediation),
yaitu penyelesaian masalah antara dua belah pihak yang dibantu pihak ketiga
sebagai penengah. Pihak ketiga disini berposisi netral, artinya tidak memihak
satu pihak pun dalam penyelesaian masalah tersebut. Contoh Mediasi :
pemerintah Indonesia dibantu oleh pemerintah Firlandia dalam penyelesaian
konflik dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
·
Konsiliasi
(conciliation), yaitu upaya penyelesaian masalah dengan mempertemukan keinginan
dari kedua belah pihak yang berkonflik untuk mencapai tujuan bersama melalui
lembaga-lembaga.Contoh Konsiliasi : konsultasi masalah tarif angkutan umum
antara supir angkutan umum dingan dinas perhubungan.
·
Toleransi, upaya
akomodasi yang dilandasi kesadaran untuk saling menghormati antar individu atau
kelompok yang bertikai sehingga masalah dapat di cegah
sebelum terjadi. Contoh Toleransi : toleransi antar
perbedaan kepercayaan agama yang terjadi di Indonesia.
·
Ajudikasi
(adjudication), merupakan bentuk akomadasi yang dilakuakn melalui pengadilan
(meja hijau).Contoh Ajudikasi : Penyelesaian kasus sengketa tanah lewat meja
hijau atau pengadilan.
·
Stalemate,
permasalahan yang terjadi pada konflik berhenti pada tingkatan tertentu ketika
pihak-pihak yang berkonflik tidak dapat maju ataupun mundur (seimbang).Contoh
Stalemate : pertikaian antara Amerika Serikat dengan Iran berhenti akibat isu
nuklir.
b.
Asimilasi, yaitu peleburan dua unsur kebudayaan atau lebih menjadi satu kebudayaan
milik bersama. Asimilasi mengarah pada hilangnya perbedaan
contohnya :
Musik dangdut yang merupakan hasil asimilasi dari musik tradisional
daerah dengan musik India.
Cara pernikahan di banyak agama juga merupakan hasil asimilasi dari
praktik agama yang dianut dan budaya tradisional setempat
c.
Akulturasi, merupakan proses penerimaan kebudayaan-kebudayaan lain ke dalam
kebudayaan sendiri tanpa menghilangkan kepribadian asli ataupun ciri khas dari
kebuyaan sendiri. Contohnya :
Bangunan bergaya Belanda di beberapa gedung
pemerintahan. Salah satu cirinya adalah adanya pintu utama dan pilar utama yang
berukuran sangat besar.
Masjid Demak
merupakan hasil akulturasi antara budaya Islam dan budaya Hindu. Terdapat beberapa
arsitektur bercorak Hindu, namun tetap tidak meninggalkan fungsi utama Masjid
itu sendir
2.
Proses Disosiatif,
mencakup persaingan yang meliputi “contravention” dan pertentangan pertikain.
Persaingan
Persaingan adalah suatu proses
sosial yang terjadi di mana individu atau kelompok saling bersaing untuk
berlomba atau berkompetisi mencari keuntungan melalui bidang-bidang tertentu
dengan menggunakan cara-cara yang terbuka dan adil. Misalnya, persaingan antara
dua juara kelas di satu sekolah untuk membuktikan siapa yang layak menjadi
bintang sekolah. Kedua juara kelas itu akan belajar dengan sungguh-sungguh
mencapai gelar tersebut. Persaingan yang terjadi antara dua orang merupakan
persaingan pribadi. Ada juga persaingan yang bersifat kelompok. Misalnya,
persaingan antara Persipura Jayapura dan Persib Bandung dalam memperebutkan
tempat di putaran final Liga Indonesia.
Persaingan berlangsung dalam berbagai aspek kehidupan. Berikut adalah beberapa bentuk persaingan.
Persaingan berlangsung dalam berbagai aspek kehidupan. Berikut adalah beberapa bentuk persaingan.
a.
Persaingan ekonomi, contohnya perang
iklan menawarkan produk, baik di media massa cetak maupun elektronik;
persaingan memperoleh pekerjaan.
b.
Persaingan kebudayaan, contohnya sinetron dan telenovela,
peminat film Avatar lebih banyak daripada penggemar film Si Unyil, persaingan
antara tontonan tradisional seperti wayang orang dan film-film di bioskop
c.
Persaingan kedudukan dan peranan,
misalnya persaingan antara para calon gubernur dan wakil gubernur dalam
pilkada.
d.
Persaingan ras, misalnya persaingan
antara orang kulit putih dan orang kulit hitam di Afrika Selatan.
Pertentangan
Pertentangan adalah suatu proses
sosial di mana seseorang atau kelompok dengan sadar atau tidak sadar menentang
pihak lain yang disertai ancaman atau kekerasan untuk mencapai tujuan atau
keinginannya. Konflik biasanya terjadi karena adanya perbedaan paham dan
kepentingan. Hal ini dapat menimbulkan semacam gap (jurang pemisah) yang dapat
mengganggu interaksi sosial di antara pihak-pihak yang bertikai. Pertentangan
dapat terjadi pada semua lapisan masyarakat, individu atau kelompok, mulai dari
lingkungan kecil sampai masyarakat luas. Pertentangan dapat timbul karena:
a. perbedaan
pendapat, prinsip, aturan antar individu.
b. perbedaan adat istiadat, kebudayaan
c. perbedaan kepentingan politik,
ekonomi, dan sosial
d. perubahan sosial, disorganisasi, dan
disintegrasi
Kontravensi
Kontravensi ialah bentuk interaksi
sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan. Kontravensi ditandai
dengan gejala adanya ketidakpuasan terhadap seseorang atau sesuatu. Sikap
tersebut dapat terlihat jelas atau tersembunyi. Sikap tersembunyi tersebut
dapat berbuah menjadi kebencian, akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan
atau pertikaian. Menurut sifatnya, bentuk-bentuk kontravensi adalah sebagai
berikut.
a.
Umum:
penolakan, keengganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes,
gangguan-gangguan, perbuatan kekerasan, dan mengacaukan rencana pihak lain.
b.
Sederhana:
menyangkal pernyataan orang lain di muka umum, memaki-maki melalui selebaran,
mencerca, memfitnah, melemparkan beban pembuktian kepada pihak lain.
c.
Intensif:
penghasutan, menyebarkan desas-desus, mengecewakan pihak-pihak lain.
d.
Rahasia:
mengumumkan rahasia pihak lain, perbuatan khianat.
e.
Taktis: mengejutkan lawan, mengganggu atau
membingungkan pihak lain, memaksa pihak lain dengan kekerasan, provokasi, dan
intimidasi.
3.
Ø Adaptasi
Adaptasi
adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam berespon
terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari, promosi
kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga atau komunitas
terhadap stress.Ada banyak bentuk adaptasi. Adaptasi fisiologis memungkinkan
homeostasis fisiologis (Homeostasis adalah suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam
menghadapi kondisi yang di alaminya).
Namun demikian mungkin terjadi proses yang serupa dalam dimensi psikososial dan
dimensi lainnya.
Suatu
proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan eksternal
menyebabkan penyimpangan keseimbangan organisme. Dengan demikian adaptasi
adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang optimal. Adaptasi
melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk perlindungan, mekanisme koping dan
idealnya dapat mengarah pada penyesuaian atau penguasaan situasi (Selye, 1976,
; Monsen, Floyd dan Brookman, 1992).Stresor yang menstimulasi adaptasi mungkin
berjangka pendek, seperti demam atau berjangka panjang seperti paralysis dari
anggota gerak tubuh. Agar dapat berfungsi optimal, seseorang harus mampu
berespons terhadap stressor dan beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan
yang dibutuhkan. Adaptasi membutuhkan respons aktif dari seluruh individu.
2.5. Pandangan Tentang
Manusia sebagai Makhluk Spiritual
Dalam hal kerohanian,
mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama,
dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup,
dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Manusia adalah
satu kata yang sangat bermakna dimana makhluk yang sangat sempurna dari makhluk
makhluk lainya ,makhluk yang sangat spesial dan berbeda dari makhluk yang ada
sebelumnya , makhluk yang bersifat nyata dan mempunyai akal fikiran dan nafsu
yang diberikan Tuhan untuk berfikir, mecari kebenaran, mencari Ilmu
Pengetahuan, membedakan mana yang baik atau buruk, dan hal lainya. Karena
begitu banyak kesempurnaan yang di miliki manusia tidak terlepas dari tugas
mereka sebagai khalifah di Bumi ini. Karena itu, kualitas, hakikat, fitrah,
kesejatian manusia adalah baik, benar, dan indah. Tidak ada makhluk di dunia
ini yang memiliki kualitas dan kesejatian semulia itu . Sungguhpun demikian,
harus diakui bahwa kualitas dan hakikat baik benar dan indah itu selalu
mengisyaratkan dilema-dilema dalam proses pencapaiannya. Artinya, hal tersebut
mengisyaratkan sebuah proses perjuangan yang amat berat untuk bisa menyandang
predikat seagung itu. Sebab didalam hidup manusia selalu dihadapkan pada
tantangan moral yang saling mengalahkan satu sama lain. Karena itu, kualitas
sebaliknya yaitu buruk, salah, dan jelek selalu menjadi batu sandungan bagi
manusia untuk meraih prestasi sebagai manusia berkualitas.
Secara fitrah manusia
menginginkan “kesatuan dirinya” dengan Tuhan, karena itulah pergerakan dan
perjalanan hidup manusia adalah sebuah evolusi spiritual menuju dan mendekat
kepada Sang Pencipta. Tujuan mulia itulah yang akhirnya akan mengarahkan dan
mengaktualkan potensi dan fitrah tersembunyi manusia untuk digunakan sebagai
sarana untuk mencapai “spirituality progress”.
Menurut Abraham Maslow
manusia mempunyai lima kebutuhan yang membentuk tingkatan-tingkatan atau
disebut juga hirarki dari yang paling penting hingga yang tidak penting dan
dari yang mudah hingga yang sulit untuk dicapai atau didapat. Motivasi manusia
sangat dipengaruhi oleh kebutuhan mendasar yang perlu dipenuhi. Kebutuhan
maslow harus memenuhi kebutuhan yang paling penting dahulu kemudian meningkat
ke yang tidak terlalu penting. Untuk dapat merasakan nikmat suatu tingkat
kebutuhan perlu dipuaskan dahulu kebutuhan yang berada di bawahnya .
Lima (5) kebutuhan
dasar Maslow – disusun berdasarkan kebutuhan yang paling penting hingga yang
tidak terlalu krusial :
·
Kebutuhan Fisiologis.
Contohnya adalah : Sandang: pakaian, pangan: makanan, papan: rumah, dan
kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain
sebagainya.
·
Kebutuhan Keamanan dan
Keselamatan. Contoh seperti : Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas
dari rasa sakit, bebas dari teror, dan lain sebagainya.
·
Kebutuhan Sosial.
Misalnya adalah : memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan
jenis, dan lain-lain.
·
Kebutuhan Penghargaan. Contoh : pujian,
piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya.
·
Kebutuhan Aktualisasi
Diri. Adalah kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan
bakat dan minatnya.
2.6. Perkembangan Spiritual Peserta Didik
A. Pengertian spiritual
Spiritual berasal dari bahasa latin
“spiritus” yang berarti nafas atau udara, spirit memberikan hidup, menjiwai
seseorang. Spiritual meliputi komunikasi dengan Tuhan (fox 1983), dan upaya
seseorang untuk bersatu dengan Tuhan (Magill dan Mc Greal 1988), spiritualitas
didefinisikan sebagai suatu kepercayaan akan adanya suatu kekuatan atau suatu
yang lebih agung dari dirisendiri (Witmer 1989).
Karakteristik
spiritual
Karakteristik spiritual yang utama
meliputi perasaan dari keseluruhan dan keselarasan dalam diri seorang, dengan
orang lain, dan dengan Tuhan atau kekuatan tertinggi sebagai satu penetapan.
Orang-orang, menurut tingkat perkembangan mereka, pengalaman, memperhitungkan
keamanan individu, tanda-tanda kekuatan, dan perasaan dari harapan. Hal itu
tidak berarti bahwa individu adalah puas secara total dengan hidup atau jawaban
yang mereka miliki. Seperti setiap hidup individu berkembang secara normal,
timbul situasi yang menyebabkan kecemasan, tidak berdaya, atau
kepusingan. Karakteristik kebutuhan spiritual meliputi:
a. Kepercayaan
b. Pemaafan
c. Cinta dan hubungan
d. Keyakinan, kreativitas dan
harapan
e. Maksud dan tujuan serta
anugrah dan harapan.
Karakteristik dari kebutuhan
spiritual ini menjadi dasar dalam menentukan karakteristik dari perubahan
fungsi spiritual yang akan mengrahkan individu dalam berperilaku, baik itu
kearah perilaku yang adaptif maupun perilaku yang maladaptif.
perkembangan aspek spiritual
berdasarkan tumbuh-kembang manusia. Perkembangan spiritual pada anak sangatlah
penting untuk diperhatikan.
1. Individu
yang berusia antara 0-18 bulan, Bayi yang sedang dalam proses tumbuh
kembang, yang mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial, dan
spiritual) yang berbeda dengan orang dewasa. Anak adalah individu yang masih bergantung
pada orang dewasa dan lingkungan, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat
memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri.
Tahap awal perkembangan manusia dimulai dari masa perkembangan bayi. Haber (1987)
menjelaskan bahwa perkembangan spiritual bayi merupakan dasar untuk
perkembangan spiritual selanjutnya. Bayi memang belum memiliki moral untuk
mengenal arti spiritual. Keluarga yang spiritualnya baik merupakan sumber dari
terbentuknya perkembangan spiritual yang baik pada bayi.
2. Dimensi spiritual mulai menunjukkan
perkembangan pada masa kanak-kanak awal (18 bulan-3 tahun). Anak sudah
mengalami peningkatan kemampuan kognitif. Anak dapat belajar membandingkan hal
yang baik dan buruk untuk melanjuti peran kemandirian yang lebih besar. Tahap
perkembangan ini memperlihatkan bahwa anak-anak mulai berlatih untuk
berpendapat dan menghormati acara-acara ritual dimana mereka merasa tinggal
dengan aman. Observasi kehidupan spiritual anak dapat dimulai dari kebiasaan
yang sederhana seperti cara berdoa sebelum tidur dan berdoa sebelum makan, atau
cara anak memberi salam dalam kehidupan sehari-hari. Anak akan lebih merasa
senang jika menerima pengalaman-pengalaman baru, termasuk pengalaman spiritual.
3. Perkembangan
spiritual pada anak masa pra sekolah (3-6 tahun) berhubungan erat dengan
kondisi psikologis dominannya yaitu super ego. Anak usia pra sekolah mulai
memahami kebutuhan sosial, norma, dan harapan, serta berusaha menyesuaikan
dengan norma keluarga. Anak tidak hanya membandingkan sesuatu benar atau salah,
tetapi membandingkan norma yang dimiliki keluarganya dengan norma keluarga
lain. Kebutuhan anak pada masa pra sekolah adalah mengetahui filosofi yang
mendasar tentang isu-isu spiritual. Kebutuhan spiritual ini harus diperhatikan
karena anak sudah mulai berfikiran konkrit. Mereka kadang sulit menerima
penjelasan mengenai Tuhan yang abstrak, bahkan mereka masih kesulitan
membedakan Tuhan dan orang tuanya.
4. Usia
sekolah merupakan masa yang paling banyak mengalami peningkatan kualitas
kognitif pada anak (6-12 tahun). Anak usia sekolah (6-12 tahun)
berfikir secara konkrit, tetapi mereka sudah dapat menggunakan konsep abstrak
untuk memahami gambaran dan makna spriritual dan agama mereka. Minat anak sudah
mulai ditunjukan dalam sebuah ide, dan anak dapat diajak berdiskusi dan
menjelaskan apakah keyakinan. Orang tua dapat mengevaluasi pemikiran sang anak
terhadap dimensi spiritual mereka.
5. Remaja
(12-18 tahun). Pada tahap ini individu sudah mengerti akan arti dan tujuan
hidup, Menggunakan pengetahuan misalnya untuk mengambil keputusan saat ini dan
yang akan datang. Kepercayaan berkembang dengan mencoba dalam hidup. Remaja
menguji nilai dan kepercayaan orang tua mereka dan dapat menolak atau menerimanya.
Secara alami, mereka dapat bingung ketika menemukan perilaku dan role model
yang tidak konsisten. Pada tahap ini kepercayaan pada kelompok paling tinggi
perannya daripada keluarga. Tetapi keyakinan yang diambil dari orang lain
biasanya lebih mirip dengan keluarga, walaupun mereka protes dan memberontak
saat remaja. Bagi orang tua ini merupakan tahap paling sulit karena orang tua
melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali
muncul konflik orang tua dan remaja.
6. Dewasa
muda (18-25 tahun). Pada tahap ini individu menjalani proses
perkembangannya dengan melanjutkan pencarian identitas spiritual, memikirkan
untuk memilih nilai dan kepercayaan mereka yang dipelajari saaat kanak-kanak
dan berusaha melaksanakan sistem kepercayaan mereka sendiri. Spiritual bukan
merupakan perhatian utama pada usia ini, mereka lebih banyak memudahkan hidup
walaupun mereka tidak memungkiri bahwa mereka sudah dewasa.
7. Dewasa
pertengahan (25-38 tahun). Dewasa pertenghan merupakan tahap perkembangan
spiritual yang sudah benar-benar mengetahui konsep yang benar dan yang salah,
mereka menggunakan keyakinan moral, agama dan etik sebagai dasar dari sistem
nilai. Mereka sudah merencanakan kehidupan, mengevaluasi apa yang sudah
dikerjakan terhadap kepercayaan dan nilai spiritual.
8. Dewasa akhir (38-65 tahun). Periode
perkembangan spiritual pada tahap ini digunakan untuk instropeksi dan mengkaji
kembali dimensi spiritual, kemampuan intraspeksi ini sama baik dengan dimensi
yang lain dari diri individu tersebut. Biasanya kebanyakan pada tahap ini
kebutuhan ritual spiritual meningkat.
9. Lanjut usia (65 tahun
sampai kematian). Pada tahap perkembangan ini, menurut Haber (1987) pada
masa ini walaupun membayangkan kematian mereka banyak menggeluti spiritual
sebagai isu yang menarik, karena mereka melihat agama sebagai faktor yang
mempengaruhi kebahagian dan rasa berguna bagi orang lain. Riset membuktikan
orang yang agamanya baik, mempunyai kemungkinan melanjutkan kehidupan lebih
baik. Bagi lansia yang agamanya tidak baik menunjukkan tujuan hidup yang
kurang, rasa tidak berharga, tidak dicintai, ketidakbebasan dan rasa takut
mati. Sedangkan pada lansia yang spiritualnya baik ia tidak takut mati dan
dapat lebih mampu untuk menerima kehidupan. Jika merasa cemas terhadap kematian
disebabkan cemas pada proses bukan pada kematian itu sendiri. Dimensi
spiritual menjadi bagian yang komprehensif dalam kehidupan manusia. Karena
setiap individu pasti memiliki aspek spiritual, walaupun dengan tingkat
pengalaman dan pengamalan yang berbeda-beda berdasarkan nilai dan keyaninan
mereka yang mereka percaya. Setiap fase dari tahap perkembangan individu
menunjukkan perbedaan tingkat atau pengalaman spiritual yang berbeda.
2.7.
TEORI KOGNITIF PIAGET
A. Teori Kognitif Jean Piaget
Teori
perkembangan kognitif piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana
anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian
disekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek,
seperti mainan, perabot, dan makanan, serta objek-objek social seperti diri,
orang tua dan teman.
Pada
pandangan piaget (1952), kemampuan atau perkembangan kognitif adalah hasil dari
hubungan perkembangan otak dan system nervous dan pengalaman-pengalaman yang
membantu individu untuk beradaptasi dengan lingkungannya.
Piaget
(1964) berpendapat, karena manusia secara genetik sama dan mempunyai pengalaman
yang hampir sama, mereka dapat diharapkan untuk sungguh-sungguh memperlihatkan
keseragaman dalam perkembangan kognitif mereka. Oleh karena itu, dia
mengembangkan empat tahap tingkatan perkembangan kognitif yang akan terjadi
selama masa kanak-kanak sampai remaja, yaitu sensori motor (0-2 tahun) dan
praoperasional (2-7 tahun). Yang akan kita bicarakan untuk masa kanak-kanak
adalah dua tahap ini lebih dahulu, sedangkan dua tahap yang lain, yaitu
operasional konkret (7-11 tahun) dan operasional formal (11-dewasa), akan kita
bicarakan pada masa awal pubertas dan masa remaja.
Dalam
teori perkembangan kognitif Piaget, masa remaja adalah tahap transisi dari
penggunaan berpikir konkret secara operasional ke berpikir formal secara
operasional. Remaja mulai menyadari batasan-batasan pikiran mereka. Mereka
berusaha dengan konsep-konsep yang jauh dari pengalaman mereka sendiri.
Inhelder dan Piaget (1978) mengakui bahwa perubahan otak pada pubertas mungkin
diperlukan untuk kemajuan kognitif remaja.
B. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif
Piaget
Menurut
Jean Piaget, perkembangan manusia melalui empat tahap perkembangan kognitif
dari lahir sampai dewasa. Setiap tahap ditandai dengan munculnya kemampuan
intelektual baru di mana manusia mulai mengerti dunia yang bertambah kompleks.
Tahap-Tahap
|
Umur
|
Kemampuan
|
Sensori-motorik
|
0-2 tahun
|
Menunjuk pada konsep
permanensi objek, yaitu kecakapan psikis untuk mengerti bahwa suatu objek
masih tetap ada. Meskipun pada waktu itu tidak tampak oleh kita dan tidak
bersangkutan dengan aktivitas pada waktu itu. Tetapi, pada stadium ini
permanen objek belum sempurna.
|
Praoperasional
|
2-7 tahun
|
Perkembangan kemampuan
menggunakan simbol-simbol yang menggambarkan objek yang ada di sekitarnya.
Berpikir masih egosentris dan berpusat.
|
Operasional
|
7-11 tahun
|
Mampu berpikir logis.
Mampu konkret memperhatikan lebih dari satu dimensi sekaligus dan juga dapat menghubungka
dimensi ini satu sama lain. Kurang egosentris. Belum bisa berpikir abstrak.
|
Operasional formal
|
11tahun-dewasa
|
Mampu
berpikir abstrak dan dapat menganalisis masalah secara ilmiah dan kemudian
menyelesaikan masalah.
|
B.
TEORI
BELAJAR KOGNITIF
Teori belajar cognitive field
menitik beratkan perhatian pada kepribadian dan psikologi sosial, Karena pada
hakikatnya masing-masing individu berada dalam suatu medan kekuatan, yang
bersifat psikologis, yang disebut life space. Life space mencakup perwujudan
lingkungan di mana individu bereaksi, misalnya orang yang dijumpai, pungsi
kejiwaan yang dimiliki dan objek material yang dihadapi.[4]
Teori
benyamin s. bloom
Benyamin s. bloom telah
mengembangkan “taksonomi” untuk domain kognitif. Taksonomi adalah mitode untuk
membuat aturan pemikiran dari tahap dasar ke arah yang lebih tinggi dari
kegiatan mental, dengan enam tahap sebagai berikut.
a.
Pengetahuan
b.
Pemahaman
c.
Aplikasi
d.
Analisis
e.
Sentisis
f.
evaluasi[5]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Manusia merupakan
makhluk bio-psikososial yang utuh dan unik dan mempunyai kebutuhan
bio-psiko-sosio-spiritual. Dalam hal ini manusia dipandang secara menyeluruh
dan holistik.
Mempunyai siklus
kehidupan meliputi kembang, memberi keturunan, memiliki kemampuan untuk
mengatasi perubahan dengan menggunakan berbagai mekanisme yang dibawa sejak
lahir maupun yang didapat bersifat biologis, psikologis dan sosial.
Manusia cenderung
untuk selalu mempertahankan keseimbangan kondisi internal yang disebut
hemostatis. Manusia selalu mencoba memenuhi kebutuhannya melalui serangkaian
peristiwa yang mencakup belajar, menggali, serta menggunakan sumber-sumber yang
diperlukan berdasarkan potensi dan keterbatasannya. Manusia mempunyai kemampuan
berpikir, belajar merasionalisasi, berkomunikasi serta mengembangkan budidaya
dan nilai-nilai.
Oleh karena itu
manusia adalah faktor penting dalam keperawatan:
- Tindakan keperawatan berdasarkan pada
kebutuhan manusia. Keperawatan dilaksanakan secara universal terjadi pada semua
tingkatan manusia
- Tingkah laku dalam keperawatan meliputi rasa
simpati, empati, menghargai orang lain, tenggang rasa
- Keperawatan menghargai kepercayaan dan
nilai-nilai yang dianut manusiaKeperawatan membantu klien mengenal dirinya,
sebagai makhluk yang memiliki kebutuhan yang unik
DAFTAR PUSTAKA
Alimul,
A.Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba
Medika
www.g oogle.com (manusia sebagai
makhluk biopsikososial dan spiritual)
Prof. Dr.
H. Djaali. 13220. Psikologi pendidikan. Jakarta: Bumi aksara.
Fisher ,
Ronald J,1982. Social psychology: An Approch.new York:St. Martin Press.
Sugeng Sejati, 2012. Psikologi Sosial. Yokyakarta: Teras
[1] http://teonkognitifpiaget,blogspot.co.id/2010.
[2] Kuppuswamy, B, Elements of Social psychology (New Delhi: Vikas
Publishing Hous PVT LTD,1979), hlm. 12.
[4] Prof. Dr. H. Djaali, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: Bumu Aksara,
13220 ), hlm. 75.
[5] Psikologi Pendidikan,Benyamin S. Bloom, hlm. 77
Tidak ada komentar:
Posting Komentar