SELAMATAN BUMI
Asep Hardianto
Sejarah 1 Muharram tahun baru Islam, awalnya
ditandai dengan peristiwa besar berupa peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari
kota Mekkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi. Hal tersebut menjadikan sebuah
penamaan kalender Islam.
Sebelum zaman Nabi Muhammad SAW, masyarakat Arab
tidak menggunakan sistem kalender tahunan untuk memperingati suatu peristiwa.
Mereka hanya menggunakan sistem hari dan bulan. Hal tersebut dapat dibuktikan
dengan kelahiran Nabi Muhammad SAW yang lahir pada tahun Gajah, masyarakat Arab
tidak menggunakan angka dalam menentukan tahun.
Semua para sahabat Rasul Allah, seperti Utsman bin
Affan, Ali bin Abi Thalib, dan Thalhan bin Ubaidillah berdiskusi untuk
menentukan sistem kalender Islam. Dari banyaknya usulan, terpilihlah usulan
dari Ali bin Abi Thalib yang mengusulkan kalender Hijriyah Islam dimulai dari
persitiwa hijrah Nabi Muhammad SAW.
Sejarah 1
Muharram singkatnya menjadikan kalender
hijriyah sebagai sistem penanggalan sehari-hari dengan menggunakan peredaran
bulan sebagai acuannya, hal itu berlaku di beberapa negara mayoritas Islam.
Pemaknaan bulan Muharram 2019 berawal dari
peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW. Saat zaman Rasul Allah, peristiwa hijrah
dilakukan sebagai strategi dakwah dan menanggapi situasi dan kondisi yang tidak
kondusif pada masyararakat Mekkah.
Hijrah sendiri diartikan sebagai perjuangan
meninggalkan hal-hal buruk ke arah yang lebih baik. Dan, kini peristiwa hijrah
diartikan sebagai pembelajaran nilai kebaikan untuk diri sendiri, seperti
berani meninggalkan sesuatu yang buruk yang merugikan diri sendiri dan beralih
pada sesuatu yang baik.
Pada tahun 2019 keberadaan kami melaksanakan tugas KKN selama tiga
bulan dimana dari tanggal 27 juli hingga sampai tanggal 27 september.
Diperjalanan panjang kami melaksanakan KKN didesa Lokasi Baru kecamatan Air
Periukan yang ditugaskan oleh pihak LPPM (Lembaga Pemberdayaan Pengabdian
Masyarakat) oleh IAIN (Institut Agama Islam Negeri) Bengkulu. Pada saat itu
panitia KKN yaitu bapak Idwal B, Ma yang telah menugaskan kami untuk mengabdi
kepada masyarakat. Dan sekarang dipimpin oleh kepala desa Lokasi baru yaitu
bapak Adi sucipto.
Lokasi baru menyimpan banyak cerita yang menarik dimana dari beberapa
cerita unik pada malam 1 muharam atau sering di sebut malam syuro’an. Karena
pada malam itu malam kebangkitan tahun islam yang disebut dengan hijriah. Di
desa Lokasi Baru menjadi tradisi yang dianut umat beragama islam maupun umat
non islam yang bertoleransi mengikuti kegiatan Selamatan bumi. Pendiri pertama
melakukan kegiatan selamatan bumi yang ada di lokasi baru dilakukan oleh pemuka
agama dan adat bapak Juwari dan kepala desa talang benuang bapak Suparman.
Karena pada asal mula berdirinya Lokasi Baru adalah pemekaran dari desa Talang
Benuang. Berdirinya desa Lokasi Baru semenjak berjalan kurun waktu sembilan
tahun.
Lokasi baru memiliki kejadian budaya yang ada pada setiap kegiatan
1 Muharram atau malam syuro’an. Karena malam syuro’an sudah menjadi suatu budaya yang harus dilakukan oleh
masyarakat desa Lokasi Baru.
Dilokasi Baru pelaksanaan kegiatan Selamatan Bumi dilakukan 1 tahun
sekali dalam dan dilakukan di tiga tempat. Dan diselenggarakan oleh tokoh
masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dan perangkat desa Lokasi Baru. Adapun
tokoh masyarakat yaitu bapak Juwari, Sopiyanudin, Adi Sucipto, dan sebagainya.
Dan juga digerakkan oleh setiap Kepala Dusun satu sampai dusun enam. Supaya
kepala dusun dapat menghimbau masyarakat agar berpatisipasi dalam kegiatan yang
menjadi budaya dilakukan oleh masyarakat desa Lokasi Baru. Disaat itu juga
dipimpin oleh bapak Sugi Hartono selaku tokoh Masyarakat dan disaat itu
bertugas sebagai pembawa acara. Pada saat itu acara diberi juga kata sambutan
oleh kepala desa Adi Sucipto dan Diisi Dzikir bersama dan sedikit Kultum yang
di sampaikan oleh bapak Dul Majid. Didalam penyampaiaan yang disampaikan oleh
pak Dul Majid yaitu pentingnya pahala di bulan muharram yaitu memuliakan
anak-anak untuk mengajak makan keluar rumah, sedekah pada anak yatim, puasa
syuro,an.
Pelaksanaan 1 muharram dilakukan pada tiga kali. Pertama pada malam
1 muharram dilaksanakan di dusun lima dan enam yang dipimpin oleh bapak Kepala
dusun dan Tokoh Masyarakat hingga tokoh Agama seperti bapak Imam Bapak
Sukarman. Dan pelaksanaan dipimpin oleh pembawa acara dari anggota KKN yaitu
Asep Hardianto dan pembaca tilawah saudari darsi dari anggota KKn dan juga
solawat dipimpin Oleh ibuk majelis ta’lim ibuk Sri Murni dari dusun enam.
Setelah itu baru masuk ke acara inti yaitu dzikir dan istigosah yang dipimpin
oleh bapak imam masjid At Taqwa. Setelah itu baru masuk keacara syukuran makan
bersama menggunakan nampan dan dimakan secara bersama. Hingga acara selesai
ditutup dengan doa yang langsung dipimpin oleh bapak Imam.
Dimana pelaksanaan kedua dilakukan oleh dusun empat yang langsung
di pimpin oleh bapak imam Iswandi selaku Imam masjid Baiturrahim. Pelaksanaan ini
urutan dan kegiatan hampir sama dengan kegiatan yang ada di dusun lima dan
enam. Pada intinya kegiatan ini masyarakat diajak mempringati kegiatan
selamatan bumi dan mengucapkan syukur kepada Allah yang telah menciptakan
seluruh alam hingga pada sesepuh yang telah berjuang membangun desa Lokasi
Baru.
Bagaimana pelaksanaan ketiga yang dilakukan oleh desa yaitu dilakukan di simpang empat depan balai
desa, karena tempat ini strategis untuk berkumpulnya masyarakat Lokasi Baru
untuk melakukan Kegiatan. Pada persiapan dilakukan pada pukul 16.00 WIB di
simpang empat yang dilakukan oleh panitia syuroan dengan anak-anak KKN dari
IAIN Bengkulu. Setelah itu habis isa seluruh masyarakat berkumpul di simpang
empat dan mayoritas masyarakat jawa dan juga ada masyarakat yang beragama non
muslim seperti ibuk Tin yang beragama Kristen. Dan juga suku batak hingga suku
lainnya yang mmengikuti kegiatan Selamatan Bumi. Kata buk Tin “kami mengikuti
kegiatan selamatan bumi untuk berpatisipasi umat beragama karena tujuan demi
kebaikan desa ini dalam rangka Selamatan Bumi”
Dapat kita simpulkan bahwa umat beragama di desa Lokasi Baru
memiliki budaya yang setiap tahun dilakukan pada saat 1 muharram yang sering
disebut warga Selamatan Bumi. Walaupun kegiatan ini menganut budaya Islam
masyarakat disini yang bukan muslim juga berpatisipasi.
Pada intinya kegiatan ini yang sangat kita banggakan bisamenyatukan
umat beragama untuk saling bersilaturahmi dan juga memberikan rasa syukur kita
kepada Tuhan seluruh Alam yang telah memberi kita banyak kenikmatan yang dapat
kita rasakan pada saat ini. Walaupun kegiatan dilakukan tiga kali pada intinya
malam puncak pada 10 muharram dilakukan dipusat desa di simpang empat yang
diselenggarakan oleh desa.
Demikianlah cerita singkat yang dapat kita ambil di desa Lokasi
Baru. Semoga apa yang kami ceritakan ini dapat memberi manfaat untuk kita umat
beragama.
“Manfaatkan hidupmu untuk orang lain
Tanpa orang lain hidupmu tak ada
artinya”
By. Asep Hardianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar