Selasa, 05 Mei 2020

MAKALAH PENGANTAR ILMU SEJARAH KESALAHAN-KESALAHAN SEJARAWAN


MAKALAH
PENGANTAR ILMU SEJARAH
KESALAHAN-KESALAHAN SEJARAWAN
logo_dhila

DISUSUN OLEH
Kelompok 6
    Asep Hardianto : 1611270002
Dosen Pembimbing:
AHMAD ABAS MUSOFA, M.Ag
FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
PROGRAM STUDI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU
2017


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya.
Makalah ini telah dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

                                                                        Bengkulu, .............. Maret 2017


                                                                                    Penyusun
                                                                                   





DAFTAR ISI
Cover................................................................................................................
Kata pengantar................................................................................................. i
Daftar isi........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar belakang.......................................................................... 1
B.     Rumusan masalah..................................................................... 1
C.     Tujuan....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Kesalahan pemilihan topik 2
B.     Kesalahan pengumpulan data...................................................... 3
C.     Kesalahan verifikasi.................................................................... 4
D.    Kesalahan interpretasi................................................................. 5
E.     Kesalahan penulisan.................................................................... 6
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan............................................................................... 8
B.     Saran......................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 9










BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Untuk memudahkan menguraikan, kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan para sejarawan akan disesuaikan dengan urutan penelitian jadi ada lima diantaranya ialah kesalahan pemilihan topik, kesalahan pengumpulan sumber, kesalahan verifikasi, kesalahan interpretasi dan kesalahan penulisan.
B.     Rumusan Masalah
a.       Apa yang disebut dengan kesalahan peilihan topik
b.      Apa yang dimaksud dengan kesalahan pengumpuan sumber
c.       Apa yang disebut dengan kesalahan verifikasi
d.      Apa yang dimaksud dengan kesalahan interpretasi
e.       Apa yang dimaksud kesalahan penulisan
C.    Tujuan
Mahasiswa tahu apa yg dimaksud dengan kesalahan kesalahan sejarawan tesebut seperti
a.       Kesalahan pemilihan topik
b.      Kesalahan pengumpulan data
c.       Kesalahan verifikasi
d.      Kesalahan interpretasi
e.       Kesalahan penulisan








BAB II
PEMBAHASAN
A.  Kesalahan pemilihan topik
Memilih topik adalah pekerjaan pertama sejarawan, sebab tampa topik pekerjaan selajutnya tidak akan bisa dikerjakan. Akan tetapi, dalam pemilihan topik sejarawan harus hati-hati, tidak senang dengan emosional atau intelektual. Ada beberapa kemungkinan kesalahan.
a.      Kesalahan baconian
Kesalhan ini bermula pada pendapat yang benar, ialah bahwa sejarah itu ilmu empiris. Sehingga orang menyimpulkan bahwa satu-satunya metode yang dapat ialah induksi, yaitu dari pengetahuan tentang ha-hal yang khusus akan dapat disimpulkan pengetahuan yang umum, persis seperti cara kerja ilmu alam. Francis Bacon (1561-1629) adalah seorang empirisis dari inggris yang percaya bahwa pengetahuan yang benar hanya mungkin dicapai lewat pengalaman atau pengamatan. Seorang sejarawan melakukan kesalahan baconian ketika ia beranggapan bahwa tampa teori,konsep, ide, atau generalisasi lainnya, penelitian sejarah dapat dikerjakan. Anggapan yang demikian tidak akan berjalan, apapun jenis sejarah yang ditulis. Apalagi untuk sejarah dengan pendekatan ilmu-ilmu sosial.
b.      Kesalahan karna terlalu banyak pertanyaan
Tulisan orang tidak boleh menanyakan sekaligus beberapa hal. Pertanyaan yang terlalu banyak akan membuat orang kehilangan titik pembicaraan dan tidak sempat mencapai detail, sehingga sejarah yang ditulis hanya mengemukakan kebenaran umum yang sudah diketahui.
Kesalahan ini terjadi karna
1.    Kalau sejarawan menanyakan lebih dari dua pertanyaan sekaligus
2.    Sejarawan menanyakan satu masalah, tetapi jawaban pertanyaan itu menimbulkan pertanyaan
3.    Pertanyaan itu terlalu komleks[1]

c.       Kesalahan pertanyaan yang bersifat dikotomi
Pandangan  sejarah yang hitam putih atau seolah-olah sejarah hanya memiliki dua kemungkinan. Dengan ini, seakan-akan sejarawan bertugas mengadili, padahal seorang sejarawan bertugas untuk melukiskan peristiwa sebagaimana hal itu benar-benar terjadi.
d.      Kesalahan metafisik
Termasuk kesalahan metafisik ialah topik-topik filsafat, moral, dan teologi. Bukanlah tugas sebagai ilmu empiris, untuk membahas persoalan metafisik. Dalam penelitiannya sendiri harus bersifat rasional dan empiris, sesuai dengan wacan ilmu, supaya tidak melakukan moralisasi.
e.       Kesalahan topik fiktif
Fiktif bukanlah topik sejarah. Karena tidak ada pengandaiaan. Benar memang ada pembukaan jalan kereta api semarang-vorstenlanden(1872).
B.  Kesalahan Pengumpulan Sumber
a.      Kesalahan Holisme
Kesalahan Holisme adalah kesalahan yang terjadi karena sejarawan memilih satu bagian penting dan dianggap bagian itu mewakili seluruhnya. Contoh: Seorang sejarawan menetapkan suatu kejadian masalah konflik di Aceh sama halnya masalah konflik di Jawa,Kalimantan, dan lain-lain. Karena di setiap konflik suatu daerah pasti tidak sama permasalahannya dengan daerah yang lain. Contoh: Para sejarawan mengira bahwa masalah konflik di Aceh sama halnya dengan masalah konflik di Jawa. Padahal tidak, konflik di Aceh disebabkan karena ketidak adilan pemerintah pusat terhadap rakyat Aceh, sedangkan di jawa permasalahannya lain.2
b.      Kesalahan Pramatis
Kesalahan Pramatis terjadi karena sumber yang dipilih untuk tujuan tertentu. Pengumpulan sumber ini sering tidak utuh, yang dimaksud tidak utuh adalah biar tidak  Nampak kejelekan/kebaikan yang besar sehingga orang mengira di dalam suatu sejarah itu di anggap benar.
c.       Kesalahan Ad Hominem
Kesalahan Ad Hominem terjadi karena dalam pengumpulan data sejarah peneliti memilih orang, otoritas, profesi, pangkat atau jabatan tertentu. Untuk mengindarinya perlu di lakukan pengumpulan data dari 3 sumber, yaitu sumber pertama, pihak yang berkaitan dengan peristiwa, sumber kedua, pihak yang saling bertentangan, dan sumber ketiga,  sanksi mata yang tidak terlibat sama sekali.
d.      Kesalahan kuantitatif
Kesalahan kuantitatif sering terjadi karena orang lebih percaya pada dokumen angka-angka daripada testimony biasa. Padahal, alangkah mudahnya orang menipu dengan statistik.
e.       Kesalahan estetis
Sebenarnya  jenis kesalahan ini sama dengan kesalahan pragmatis. Kesalahan estetis dapat terjadi bila sejarawan hanya memilih sumber-sumber sejarah yang sekiranya mempuunyai efek estetis.
C.    Kesalahan Verifikasi
Tidak ada sejarawan mengaku tahu keseluruhan. Seperti ilmuan lainnnya, sejarawan hanya mengetahui sepotong kebenarannya. Tetapi, pengetahuan sejarawan itu sering terganggu oleh isu tentang relativisme sejarah. Relativisme itu hal yang baik untu seni dan sastra, bahkan suatu keharusan, tetapi menjadikan orang ragu terhadap kemampuan dan metode sejarah dalam mencapai objektivitas.
a.        Kesalahan pars pro toto
Kesalahan ini terjadi karena ada anggapan bahwa bukti yang hanya berlaku untuk keseluruhan. Misalnya dalam karya “Habis Gelap Terbitlah Terang, Kartini mengeluh bahwa wanita Jawa selalu dipingit. Keluhan in sebenarnya hanya terbukti untuk anak-anak gadis bangsawan. Hal ini tidak dialami oleh anak-anak gadis desa dan pesantren.

b.        Kesalahan totem pro porte
Kesalahan ini adalah kebalikan dari kesalahan pars pro toto. Sejarawan mengemukakan keseluruhannya, padahal yang dimaksudkan adalah bukti untuk sebagian. Misalnya, semua orang yang bersekolah di negeri Belanda digambarkan seolah-olah menjadi orang barat yang berpikir dan berbicara seperti orang Belanda. Padahal Sosrokartono kemudian menjadi mistikus.
c.         Kesalahan menganggap pendapat umum sebagai fakta.
Sejarawan  sering menganggap pendapat umum sebagai fakta. Hal ini sering terjadi. Misalnya, orang Cina dianggap pandai berdagang. Anggapan ini mendorong berdirinya koperasi-koperasi Syariat Islam padahal ada juga orang Cian yang menjadi pembantu rumah tangga.
d.        Kesalahan menganggap pendapat pribadi sebagai fakta
Kesalahan ini terjadi ketika sejarawan melihat pendapat dan kesenangan pribadi berlaku umum dan sebagai fakta sejarah.
e.         Kesalahan perincian angka yang presis
Banyak data tradisional yang kemungkinan diperinci angkanya. Usaha memberikan perincian hanya akan menimbulkan pertanyaan.
f.         Kesalahan bukti yang spekulatif
Dalam sejarah, sebagai ilmu yang empiris, tidak boleh ada bukti yang diluar jangkauaan sejarah. Kalau tidak ada bukti sejarah, sejarawan harus berani mengakui bahwa itu berada diluar luar jangkauan ilmu sejarah. Apa yang tidak dapat diverifikasikan oleh ilmu sejarah, sejarawan tidak biasa berbicara.
D.    Kesalahan Interprestasi
Dalam usaha memberikan penjelasan sejarah, sering sejarawan bahwa ia terikat ooleh logika yang telah diterima oleh semua ilmu. Kemampuan mengumpulkan sumber harus disertai dengan kemampuan penjelasan.
a.              Kesalahan tidak membedakan alasan sebab, kondisi, dan motivasi
Alasan terjadi dekat dengan peristiwa, sebab terjadi lebih dekat lagi. Kondisi menjadi latar belakang peristiwa, sedangkan motivasi adalah tujuan peristiwa. Lengsernya Presiden Soeharto dengan alasan: kemiskinan sebab: kkn, kondisi: otoriter, motivasi: demokrasi.
b.              Kesalahan post hoc, propter hoc
Penempatan peristiwa dalam urutan cerita mana yang lebih dulu secara factual. Kapan kerusuhan itu terjadi, sebelum atau sesudah Soeharto lengser.
c.         Kesalahan reduksionisme
Kesalahan ini sering dikerjakan oleh sejarawan yang berideologi, yaitu bila sejarawan menyederhanakan gejala yang sebenarnya kompleks. Masalah kemiskinan di Indonesia bukan hanya karena tanah garapannya sempit.
d.        Kesalahan pluralisme yang berlebihan
Karena masalahnya yang kompleks, sejarawan malah takut menjelaskan masalah yang dominan. Menurutnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan SBY-JK sangat kompeks, tetapi sejarawan tidak dapat menjelaskan salah satu factor yang dominan.(3)
E.     Kesalahan Penulisan
a.        Kesalahan narasi.
Kesalahan narasi artinya kesalahan yang terjadi dalam penyajian, yang meliputi kesalahan periodisasi, kesalahan didaktis, dan kesalahan pembahasan. Kesalahan periodisasi terjadi ketika sejarawan memandang periode sebagai waktu yang pasti. Misalnya, zaman kuno Indonesia tidak berakhir pada tahun 1499, walaupun dikatakan demikian karena jauh sebelumnya sudah berdiri kerajaan Islam. Kesalahan didaktis terjadi ketika sejarawan menggunakan historiografi untuk mengajarkan suatu nilai, padahal penulisan sejarah sendiri harus murni berbentuk ilmiah. Kesalahan pembahasan terjadi karena pembahasan disajikan dengan bahasa yang emosional dan nonsuquitur (kalimat yang dipakai bukan merupakan konsekuensi kalimat sebelumnya).
b.        Kesalahan argumen.
Kesalahan argumen terjadi ketika sejarawan menguraikan gagasannya. Kesalahan ini dapat berupa kesalahan konseptual dan dapat pula berupa kesalahan subtansial. Kesalahan konseptual dapat terjadi jika sejarawan mengguankan istilah yang mempunyai dua atau lebih makan (ambigu). Akibatnya, pembaca dapat terkecoh. Misalnya, kata “mau” dapat berarti progress dan dapat pula berarti kelonggaran moral masyarakat. Kesalahan subtantif terjadi apabila sejarawan mengemukakan argument yang tida relavan atau tidak rasional. Misalnya, argument yang berbunyi “demi Tuhan, saya tidak melakukan tindakan korupsi”. Argument seperti ini membuat pendengar tidak berani lagi mempertanyakannya.
c.              Kesalahan generalisasi
Kesalahan generalisasi terbagi terbagi menjadi dua yaitu generalisasi yang tudak representatif dan generalisasi sebagai kepastian. generalisasi yang tudak representative, misalnya ketika terlihat ketika seorang sejarawan yang berbicara tentang Yogyakarta dimana sultannya menerima proklamasi. Sejarawan tersebut menyimpulkan bahwa semua penguasa tradisional mendukung proklamasi. Generalisasi sebagai kepastian melihat bahwa generalisasi sejarah adalah hokum universal yang berlaku disemua tempat dan waktu. Misalnya, terlihat ketika setelah mempelajari Peristiwa Tiga Daerah, seorang sejarawan menyimpulkan bahwa penguasa-penguasa colonial pasti bertindak sewenang-wenang terhadap orang kecil. Dalam hal ini, terdapat kesalahan karena kesimpulannya itu belum tentu terjadi di tempat lain. Sejarawan yang baik adalah sejarawan yang memandang dan meneliti peristiwa melalui sudut pandang yang objektif. Ia menempatkan kebenaran peristiwa sebagai suatu hal yang utama disbanding hal lainnya.[3]



BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan sejarawan akan disesuaikan dengan urutan penelitian. Jadi,  ada  kesalahan pemilihan topik, yaitu kemungkinan Kesalahan Baconian, Kesalahan terlalu banyak pertanyaan, Kesalahan pertanyaan yang bersifat dikotomi, Kesalahan metafisik, dan Kesalahan topik fisik. Kesalahan Pengumpulan Sumber, yaitu Kesalahan Holisme, Kesalahan Pramatis,Kesalahan Ad Hominem, Kesalahan kuantitatif, dan Kesalahan estetis. Kesalahan Verifikasi, yaitu Kesalahan pars pro toto, Kesalahan totem pro porte, Kesalahan menganggap pendapat umum sebagai fakta, Kesalahan menganggap pendapat pribadi sebagai fakta,  Kesalahan perincian angka yang presis, dan Kesalahan bukti yang spekulatif. Kesalahan Interprestasi, yaitu Kesalahan tidak membedakan alasan sebab, kondisi, dan motivasi, Kesalahan post hoc, propter hoc, Kesalahan reduksionisme, dan Kesalahan pluralisme yang berlebihan.Kesalahan Penulisan, yaitu Kesalahan narasi, Kesalahan argumen, dan Kesalahan generalisasi.
B.     Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, apabila terdapat banyak kesalahan, maka itu adalah hal yang kami harap maklum. Karena itu, mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, demi kelancaran proses belajar kedepannya. Semoga makalah yang kami buat ini dapat memberi tambahan pengetahuanbagi para pembaca dan dapat menjadi pedoman dikemudian hari.







DAFTAR PUSTAKA
Kuntawijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Benteng Budaya,



[1] Kuntawijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Benteng Budaya, . 1995 hal 162
2http://13120052.blogspot.co.id/2014/04/kesalahan-sejarawan-dalam-merekontruksi.html
[3]http://13120052.blogspot.co.id/2014/04/kesalahan-sejarawan-dalam-merekontruksi.html 22:00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL “KARAKTERISTIK PENDIDIKAN IPS DI INDONESIA DAN PERKEMBANGANNYA DARI MASA KEMASA”

MAKALAH PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL   “KARAKTERISTIK PENDIDIKAN IPS DI INDONESIA DAN PERKEMBANGANNYA DARI MASA KEMASA” DI...