MAKALAH
PENGANTAR ILMU SEJARAH
KESALAHAN-KESALAHAN SEJARAWAN
DISUSUN OLEH
Kelompok 6
Asep Hardianto : 1611270002
Dosen Pembimbing:
AHMAD ABAS MUSOFA, M.Ag
FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
PROGRAM STUDI ILMU PENGETAHUAN
SOSIAL
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) BENGKULU
2017
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji
dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan
baik dan benar, serta tepat pada waktunya.
Makalah
ini telah dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai
pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan
makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang
dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Bengkulu,
.............. Maret 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover................................................................................................................
Kata
pengantar................................................................................................. i
Daftar isi........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan
masalah..................................................................... 1
C. Tujuan....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Kesalahan pemilihan topik 2
B.
Kesalahan pengumpulan data...................................................... 3
C.
Kesalahan verifikasi.................................................................... 4
D.
Kesalahan interpretasi................................................................. 5
E.
Kesalahan penulisan.................................................................... 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................... 8
B. Saran......................................................................................... 8
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Untuk
memudahkan menguraikan, kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan para
sejarawan akan disesuaikan dengan urutan penelitian jadi ada lima diantaranya
ialah kesalahan pemilihan topik, kesalahan pengumpulan sumber, kesalahan
verifikasi, kesalahan interpretasi dan kesalahan penulisan.
B.
Rumusan Masalah
a.
Apa
yang disebut dengan kesalahan peilihan topik
b.
Apa
yang dimaksud dengan kesalahan pengumpuan sumber
c.
Apa
yang disebut dengan kesalahan verifikasi
d.
Apa
yang dimaksud dengan kesalahan interpretasi
e.
Apa
yang dimaksud kesalahan penulisan
C.
Tujuan
Mahasiswa tahu apa yg dimaksud dengan
kesalahan kesalahan sejarawan tesebut seperti
a.
Kesalahan
pemilihan topik
b.
Kesalahan
pengumpulan data
c.
Kesalahan
verifikasi
d.
Kesalahan
interpretasi
e.
Kesalahan
penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesalahan
pemilihan topik
Memilih
topik adalah pekerjaan pertama sejarawan, sebab tampa topik pekerjaan
selajutnya tidak akan bisa dikerjakan. Akan tetapi, dalam pemilihan topik
sejarawan harus hati-hati, tidak senang dengan emosional atau intelektual. Ada
beberapa kemungkinan kesalahan.
a.
Kesalahan baconian
Kesalhan ini bermula pada pendapat yang
benar, ialah bahwa sejarah itu ilmu empiris. Sehingga orang menyimpulkan bahwa
satu-satunya metode yang dapat ialah induksi, yaitu dari pengetahuan tentang
ha-hal yang khusus akan dapat disimpulkan pengetahuan yang umum, persis seperti
cara kerja ilmu alam. Francis Bacon (1561-1629) adalah seorang empirisis dari
inggris yang percaya bahwa pengetahuan yang benar hanya mungkin dicapai lewat
pengalaman atau pengamatan. Seorang sejarawan melakukan kesalahan baconian
ketika ia beranggapan bahwa tampa teori,konsep, ide, atau generalisasi lainnya,
penelitian sejarah dapat dikerjakan. Anggapan yang demikian tidak akan
berjalan, apapun jenis sejarah yang ditulis. Apalagi untuk sejarah dengan
pendekatan ilmu-ilmu sosial.
b.
Kesalahan karna terlalu banyak pertanyaan
Tulisan orang tidak boleh menanyakan
sekaligus beberapa hal. Pertanyaan yang terlalu banyak akan membuat orang
kehilangan titik pembicaraan dan tidak sempat mencapai detail, sehingga sejarah
yang ditulis hanya mengemukakan kebenaran umum yang sudah diketahui.
Kesalahan
ini terjadi karna
1.
Kalau
sejarawan menanyakan lebih dari dua pertanyaan sekaligus
2.
Sejarawan
menanyakan satu masalah, tetapi jawaban pertanyaan itu menimbulkan pertanyaan
3.
Pertanyaan
itu terlalu komleks[1]
c.
Kesalahan pertanyaan yang bersifat
dikotomi
Pandangan sejarah
yang hitam putih atau seolah-olah sejarah hanya memiliki dua kemungkinan.
Dengan ini, seakan-akan sejarawan bertugas mengadili, padahal seorang sejarawan
bertugas untuk melukiskan peristiwa sebagaimana hal itu benar-benar terjadi.
d.
Kesalahan
metafisik
Termasuk
kesalahan metafisik ialah topik-topik filsafat, moral, dan teologi. Bukanlah
tugas sebagai ilmu empiris, untuk membahas persoalan metafisik. Dalam
penelitiannya sendiri harus bersifat rasional dan empiris, sesuai dengan
wacan ilmu, supaya tidak melakukan moralisasi.
e.
Kesalahan topik fiktif
Fiktif
bukanlah topik sejarah. Karena tidak ada pengandaiaan. Benar memang ada
pembukaan jalan kereta api semarang-vorstenlanden(1872).
B. Kesalahan
Pengumpulan Sumber
a.
Kesalahan Holisme
Kesalahan
Holisme adalah kesalahan yang terjadi karena sejarawan memilih satu bagian
penting dan dianggap bagian itu mewakili seluruhnya. Contoh: Seorang sejarawan
menetapkan suatu kejadian masalah konflik di Aceh sama halnya masalah konflik
di Jawa,Kalimantan, dan lain-lain. Karena di setiap konflik suatu daerah pasti
tidak sama permasalahannya dengan daerah yang lain. Contoh: Para sejarawan
mengira bahwa masalah konflik di Aceh sama halnya dengan masalah konflik di
Jawa. Padahal tidak, konflik di Aceh disebabkan karena ketidak adilan
pemerintah pusat terhadap rakyat Aceh, sedangkan di jawa permasalahannya lain.2
b.
Kesalahan
Pramatis
Kesalahan
Pramatis terjadi karena sumber yang dipilih untuk tujuan tertentu. Pengumpulan
sumber ini sering tidak utuh, yang dimaksud tidak utuh adalah biar tidak
Nampak kejelekan/kebaikan yang besar sehingga orang mengira di dalam
suatu sejarah itu di anggap benar.
c.
Kesalahan Ad Hominem
Kesalahan
Ad Hominem terjadi karena dalam pengumpulan data sejarah peneliti memilih
orang, otoritas, profesi, pangkat atau jabatan tertentu. Untuk mengindarinya
perlu di lakukan pengumpulan data dari 3 sumber, yaitu sumber pertama, pihak
yang berkaitan dengan peristiwa, sumber kedua, pihak yang saling bertentangan,
dan sumber ketiga, sanksi mata yang tidak terlibat sama sekali.
d.
Kesalahan kuantitatif
Kesalahan kuantitatif
sering terjadi karena orang lebih percaya pada dokumen angka-angka daripada
testimony biasa. Padahal, alangkah mudahnya orang menipu dengan statistik.
e.
Kesalahan estetis
Sebenarnya jenis
kesalahan ini sama dengan kesalahan pragmatis. Kesalahan estetis dapat terjadi
bila sejarawan hanya memilih sumber-sumber sejarah yang sekiranya mempuunyai
efek estetis.
C.
Kesalahan Verifikasi
Tidak ada sejarawan mengaku tahu
keseluruhan. Seperti ilmuan lainnnya, sejarawan hanya mengetahui sepotong
kebenarannya. Tetapi, pengetahuan sejarawan itu sering terganggu oleh isu
tentang relativisme sejarah. Relativisme itu hal yang baik untu seni dan
sastra, bahkan suatu keharusan, tetapi menjadikan orang ragu terhadap kemampuan
dan metode sejarah dalam mencapai objektivitas.
a.
Kesalahan pars pro toto
Kesalahan
ini terjadi karena ada anggapan bahwa bukti yang hanya berlaku untuk
keseluruhan. Misalnya dalam karya “Habis Gelap Terbitlah Terang, Kartini
mengeluh bahwa wanita Jawa selalu dipingit. Keluhan in sebenarnya hanya
terbukti untuk anak-anak gadis bangsawan. Hal ini tidak dialami oleh anak-anak
gadis desa dan pesantren.
b.
Kesalahan totem pro porte
Kesalahan
ini adalah kebalikan dari kesalahan pars pro toto. Sejarawan mengemukakan
keseluruhannya, padahal yang dimaksudkan adalah bukti untuk sebagian. Misalnya,
semua orang yang bersekolah di negeri Belanda digambarkan seolah-olah menjadi
orang barat yang berpikir dan berbicara seperti orang Belanda. Padahal
Sosrokartono kemudian menjadi mistikus.
c.
Kesalahan
menganggap pendapat umum sebagai fakta.
Sejarawan sering
menganggap pendapat umum sebagai fakta. Hal ini sering terjadi. Misalnya, orang
Cina dianggap pandai berdagang. Anggapan ini mendorong berdirinya
koperasi-koperasi Syariat Islam padahal ada juga orang Cian yang menjadi
pembantu rumah tangga.
d.
Kesalahan menganggap pendapat pribadi
sebagai fakta
Kesalahan
ini terjadi ketika sejarawan melihat pendapat dan kesenangan pribadi berlaku
umum dan sebagai fakta sejarah.
e.
Kesalahan
perincian angka yang presis
Banyak
data tradisional yang kemungkinan diperinci angkanya. Usaha memberikan
perincian hanya akan menimbulkan pertanyaan.
f.
Kesalahan bukti yang spekulatif
Dalam
sejarah, sebagai ilmu yang empiris, tidak boleh ada bukti yang diluar
jangkauaan sejarah. Kalau tidak ada bukti sejarah, sejarawan harus berani
mengakui bahwa itu berada diluar luar jangkauan ilmu sejarah. Apa yang tidak
dapat diverifikasikan oleh ilmu sejarah, sejarawan tidak biasa berbicara.
D.
Kesalahan Interprestasi
Dalam usaha memberikan penjelasan sejarah,
sering sejarawan bahwa ia terikat ooleh logika yang telah diterima oleh semua
ilmu. Kemampuan mengumpulkan sumber harus disertai dengan kemampuan penjelasan.
a.
Kesalahan tidak membedakan alasan sebab,
kondisi, dan motivasi
Alasan
terjadi dekat dengan peristiwa, sebab terjadi lebih dekat lagi. Kondisi menjadi
latar belakang peristiwa, sedangkan motivasi adalah tujuan peristiwa.
Lengsernya Presiden Soeharto dengan alasan: kemiskinan sebab: kkn, kondisi:
otoriter, motivasi: demokrasi.
b.
Kesalahan post hoc, propter hoc
Penempatan
peristiwa dalam urutan cerita mana yang lebih dulu secara factual. Kapan
kerusuhan itu terjadi, sebelum atau sesudah Soeharto lengser.
c.
Kesalahan reduksionisme
Kesalahan
ini sering dikerjakan oleh sejarawan yang berideologi, yaitu bila sejarawan
menyederhanakan gejala yang sebenarnya kompleks. Masalah kemiskinan di
Indonesia bukan hanya karena tanah garapannya sempit.
d.
Kesalahan pluralisme yang berlebihan
Karena
masalahnya yang kompleks, sejarawan malah takut menjelaskan masalah yang
dominan. Menurutnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan SBY-JK sangat
kompeks, tetapi sejarawan tidak dapat menjelaskan salah satu factor yang
dominan.(3)
E.
Kesalahan Penulisan
a.
Kesalahan narasi.
Kesalahan
narasi artinya kesalahan yang terjadi dalam penyajian, yang meliputi kesalahan
periodisasi, kesalahan didaktis, dan kesalahan pembahasan. Kesalahan
periodisasi terjadi ketika sejarawan memandang periode sebagai waktu yang
pasti. Misalnya, zaman kuno Indonesia tidak berakhir pada tahun 1499, walaupun
dikatakan demikian karena jauh sebelumnya sudah berdiri kerajaan Islam.
Kesalahan didaktis terjadi ketika sejarawan menggunakan historiografi untuk
mengajarkan suatu nilai, padahal penulisan sejarah sendiri harus murni berbentuk
ilmiah. Kesalahan pembahasan terjadi karena pembahasan disajikan dengan bahasa
yang emosional dan nonsuquitur (kalimat yang dipakai bukan merupakan
konsekuensi kalimat sebelumnya).
b.
Kesalahan argumen.
Kesalahan
argumen terjadi ketika sejarawan menguraikan gagasannya. Kesalahan ini dapat
berupa kesalahan konseptual dan dapat pula berupa kesalahan subtansial.
Kesalahan konseptual dapat terjadi jika sejarawan mengguankan istilah yang
mempunyai dua atau lebih makan (ambigu). Akibatnya, pembaca dapat terkecoh.
Misalnya, kata “mau” dapat berarti progress dan dapat pula berarti kelonggaran
moral masyarakat. Kesalahan subtantif terjadi apabila sejarawan mengemukakan
argument yang tida relavan atau tidak rasional. Misalnya, argument yang
berbunyi “demi Tuhan, saya tidak melakukan tindakan korupsi”. Argument seperti
ini membuat pendengar tidak berani lagi mempertanyakannya.
c.
Kesalahan generalisasi
Kesalahan
generalisasi terbagi terbagi menjadi dua yaitu generalisasi yang tudak
representatif dan generalisasi sebagai kepastian. generalisasi yang tudak
representative, misalnya ketika terlihat ketika seorang sejarawan yang
berbicara tentang Yogyakarta dimana sultannya menerima proklamasi. Sejarawan
tersebut menyimpulkan bahwa semua penguasa tradisional mendukung proklamasi.
Generalisasi sebagai kepastian melihat bahwa generalisasi sejarah adalah hokum
universal yang berlaku disemua tempat dan waktu. Misalnya, terlihat ketika
setelah mempelajari Peristiwa Tiga Daerah, seorang sejarawan menyimpulkan bahwa
penguasa-penguasa colonial pasti bertindak sewenang-wenang terhadap orang
kecil. Dalam hal ini, terdapat kesalahan karena kesimpulannya itu belum tentu
terjadi di tempat lain. Sejarawan yang baik adalah sejarawan yang memandang dan
meneliti peristiwa melalui sudut pandang yang objektif. Ia menempatkan
kebenaran peristiwa sebagai suatu hal yang utama disbanding hal lainnya.[3]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan
sejarawan akan disesuaikan dengan urutan penelitian. Jadi, ada kesalahan pemilihan topik, yaitu kemungkinan
Kesalahan Baconian, Kesalahan terlalu banyak pertanyaan, Kesalahan pertanyaan
yang bersifat dikotomi, Kesalahan metafisik, dan Kesalahan topik fisik.
Kesalahan Pengumpulan Sumber, yaitu Kesalahan Holisme, Kesalahan
Pramatis,Kesalahan Ad Hominem, Kesalahan kuantitatif, dan Kesalahan estetis. Kesalahan
Verifikasi, yaitu Kesalahan pars pro toto, Kesalahan totem pro porte, Kesalahan
menganggap pendapat umum sebagai fakta, Kesalahan menganggap pendapat pribadi
sebagai fakta, Kesalahan perincian angka
yang presis, dan Kesalahan bukti yang spekulatif. Kesalahan Interprestasi,
yaitu Kesalahan tidak membedakan alasan sebab, kondisi, dan motivasi, Kesalahan
post hoc, propter hoc, Kesalahan reduksionisme, dan Kesalahan pluralisme yang
berlebihan.Kesalahan Penulisan, yaitu Kesalahan narasi, Kesalahan argumen, dan
Kesalahan generalisasi.
B. Saran
Demikianlah
makalah ini kami buat, apabila terdapat banyak kesalahan, maka itu adalah hal
yang kami harap maklum. Karena itu, mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca, demi kelancaran proses belajar kedepannya. Semoga
makalah yang kami buat ini dapat memberi tambahan pengetahuanbagi para pembaca
dan dapat menjadi pedoman dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Kuntawijoyo.
1995. Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta:
Yayasan Benteng Budaya,
[1] Kuntawijoyo.
Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Benteng Budaya, . 1995 hal 162
[3]http://13120052.blogspot.co.id/2014/04/kesalahan-sejarawan-dalam-merekontruksi.html
22:00
Tidak ada komentar:
Posting Komentar